Chapter 9

3.6K 621 183
                                    

Kuda putih yang dimaksudnya adalah sedan tua putih yang sudah tidak putih lagi. Baju zirahnya, kaus putih dan jaket denim hitam belel. Bang El melambaikan tangan di tempat parkir. Pasti sudah dari tadi sampai di sekolah. Ranselku memukul-mukul punggung saat aku berlari, berat dengan buku dan baju. Aku menuruni tanah miring, melompati pagar tanaman rendah. Lebih cepat sampai ketimbang mengikuti jalan normal.

"Rhea!" Ia merentangkan kedua tangan.

"Bang!" Aku melesat ke dalam pelukannya. Sesaat menikmati sensasi drama di dunia nyata.

Bang El mengangkatku sambil berputar sekali. "Kamu tambah berat ...."

Aku melepaskan diri. "Bang El yang tambah tua!"

"Aku masih 19, terakhir kali menghitung." Ia membukakan pintu mobil.

"Ya, 10 tahun lalu." Aku masuk, melemparkan ranselku ke kursi belakang.

Bang El menyusul, duduk di belakang kemudi. Memandangku dengan cengiran lebar. Kumis, cambang, dan jenggotnya sudah tumbuh lagi. Pasti tidak sempat bercukur di lokasi penelitian. Tapi aku suka kesan macho dan sangar yang ditampilkannya. Memberi rasa aman. Meski matanya tidak bisa menipu siapa pun yang memandang ke kedalamannya, Bang El selembut kelinci betina.

 Meski matanya tidak bisa menipu siapa pun yang memandang ke kedalamannya, Bang El selembut kelinci betina

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"What? Ada yang salah?" Ia mulai salah tingkah aku pandangi sedemikian rupa.

Aku menggeleng, tersenyum.

Bang El menepuk-nepuk kepalaku. "It's so good to see you again. Kamu sudah berubah banyak. Beda banget dengan di video call."

Aku nyaris mengiyakan. Karena rasanya memang sudah lama sekali. Tapi aku sadar, Aidan yang sudah membuat waktuku terasa lebih cepat berlalu. "Baru juga 4 hari lalu kita teleponan." Aku tertawa.

Bang El menjalankan mobil keluar dari pelataran parkir. "Ya, 4 hari juga bisa bikin segalanya jadi beda. Tuh contohnya, matamu sekarang sembap. Ada cowok yang bikin kamu nangis, ya? Siapa dia? Sebutkan namanya, alamatnya, anak siapa, nomor hapenya juga. Pernah enggak, dia digantung terbalik di pohon kersen atau dilelepin di empang lele? Atau dia lebih milih ketemu Fang? Fang punya borgol dan bisa sewa sel 2x24 jam—"

Gelakku lepas. "Aku belum minta izin guru piket, Bang. Ini sungguhan bolos."

"Siapa namanya, Rhe?"

"Tapi Bang El pasti sudah kontak Miss Jansen. Iya, kan? Yee, ketahuan!"

"Pintar enggak?"

"Mau berapa lama di Bandung, Bang? Jangan bilang cuma mampir sehari terus lanjut ke Papua! Kalau benar begitu, turunkan aku di kosan aja. Percuma. Tante Fang sudah kepalang ambil cuti loh."

"Tumben banget nangis gara-gara cowok. Kamu suka banget, ya?"

"Sadar enggak, aku sudah lepas sarung tangan waktu peluk Bang El?"

CLAIR [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now