Chapter 13 (b)

2.8K 671 178
                                    

"Nak, kamu kenapa?" Pak Wisnu memegang bahuku.

Aku mengambil tangannya dan berdiri. Kugenggam erat. Pak Wisnu memandangku dengan lembut. Ia tidak menolak, mungkin karena aku tampak memelas.

"Pak, Aidan pernah membawa Koda jalan-jalan di tahun baru, kan? Ceritakan padaku, apa yang terjadi. Tahun kapan itu?"

"Oh, itu 1 Januari tiga tahun lalu."

"Tiga tahun lalu?" Aku masih SMP. Aidan baru masuk SMA. "Mungkin Bapak salah ingat?"

Pak Wisnu terkekeh. "Usiaku 63 tahun, tapi ingatanku sama cemerlangnya dengan kamu."

Candanya mengusir awan dari mataku. Betapa ironis, ingatanku jauh dari cemerlang. Abaikan dulu soal tahunnya. Kenangannya mungkin lebih pasti. Sambil mendengarkan Pak Wisnu bercerita, aku membaca memorinya.

Aidan berbicara dengannya. "Maafkan aku, Pak. Aku bodoh sekali membawanya ke taman. Ada anak-anak main petasan di sana. Aku mengabaikan peringatan Bapak. Koda lari. Aku cari-cari, dua jam, Pak, kayak orang gila. Aku sempat ke kantor damkar. Tapi mereka sibuk. Mencari anjing hilang bukan tugas mereka. Aku ke kantor polisi. Lebih sibuk lagi. Aku nyaris putus asa. Aku tahu Koda seperti anakmu. Enggak mungkin aku pulang tanpa dia. Untungnya ada yang bisa membantuku, Pak. Keponakan salah satu polisi. Dia yang menemukan Koda ...."

" .... Lalu Aidan langsung pergi lagi. Katanya, ia mau ke kantor polisi lagi karena belum berterima kasih dengan layak kepada penolongnya." Pak Wisnu geleng-geleng. "Aku tidak sempat bertanya. Tapi melihat Koda menyukaimu, kupikir, kamulah orangnya yang membantu Aidan. Terima kasih, Nak. Kamu sudah menyelamatkan Aidan dari kemarahanku andai Koda hilang. Dan kalau waktu itu aku marah, dijamin tidak lama karena keburu jantungku meletus."

Tawa Pak Wisnu berderai. Aku mengangguk, melepaskan tangannya. Mengusap air mata.

"Aku harus bawa Koda ke dokter sekarang. Check up rutin. Mampirlah ke apartemenku kalau kamu mau dengar lagi tentang Aidan. Aku juga ingin dengar ceritamu."

Aku mengangguk lagi. Berterima kasih. Lalu tertegun-tegun sepeninggal Pak Wisnu dan Koda. Tiga tahun lalu, 1 Januari. Kata-kata Kei menyeruak.

"Aku ingat, Aidan mulai bersikap aneh sejak 1 Januari, waktu kami kelas 10."

"Aidan, you crazy tangled octopus!" umpat Kei kepada Aidan. "Aku sudah curiga kamu jatuh cinta pada seseorang sejak 1 Januari itu. Urusan cinta ada di prioritas terbawah, katamu? What a sneaky liar! Kupikir, cewek itu ada di antara kita. Siapa sangka ...."

"Rhe, bisa kupastikan sekarang, ada sesuatu di antara kalian berdua. Tulisan Aidan, 'You've come along to change my life,' itu buat kamu."

Aku menggertakkan gigi. Tahan, menangis nanti saja kalau sudah di apartemen Aidan. Sekalian kugebuki kenangannya di sana. Membiarkan aku berpikir anjing terrier putih dalam memorinya adalah salah satu sosok istimewa yang datang pada 1 Januari untuk mengubah hidupnya! You crazy tangled octopus!

Tapi ... sebentar. Aku kelas 9 waktu itu. Kenapa aku sama sekali tidak ingat bertemu Aidan di kantor polisi, bahkan membantunya mencari Koda? Bagaimana mungkin kejadian sepenting itu aku tidak ingat? Apa lagi yang tidak kuingat?

Aaaah! Aku bahkan tidak ingat apa yang tidak kuingat!

Kuketuk-ketuk kepalaku dengan gemas. Satu lagi bongkahan memori lesap tidak tentu rimba dan penyebabnya. Aku harus melacak jadwalku di kantor polisi sekitar waktu itu. Pasti banyak saksi di sana. Kuembuskan napas keras-keras, merasa sedikit lega.

Tepat saat pintu lift terbuka, ponselku memberikan notifikasi pesan. Aku masuk dulu, memencet lantai 7, kemudian membaca pesan yang masuk. Dari Kei.

CLAIR [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now