Chapter 20 (a)

2.6K 526 173
                                    

Pukul 13.30. Ruang kontrol AC kosong. Aku datang terlalu awal. Untuk pertama kalinya, aku mengamati keberadaan loker 011A di sudut ruangan. Loker lama, belum pakai sistem kode. Anak kunci terselip pada lubangnya. Kubuka dengan mudah. Isinya hanya kotak peralatan. Dinding bagian dalam dan pintu loker bersih dari coretan ataupun stiker. Tapi aku masih bisa melihat tulisan samar di balik pulasan cat. Tangan kananku terulur, untuk membaca dan memastikan siapa penulisnya.

SK was here. Watching over my girl.😍

AN was here too, watching over my girl.

WHEN SKY IS BLUE, REMEMBER ME WITH YOU.

when sky is not fun,  I'll be the right one.

Get lost, Fishcake! I won't cook you dinner 2nite!

ツꆜ


Shai dan Aidan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Shai dan Aidan. Bergantian menulis sambil membayangkan aku. Aku mendesah. Tante Fang dan Bang El kompak bilang, berandai-andai hanya membawamu pada penyesalan. Andai aku membaca tulisan mereka dari dulu, so what? Dulu, aku tidak bisa memastikan tulisan itu tulus atau olok-olok. Dulu, aku tidak bisa langsung menyimpulkan mereka kembaran. Rhea diperebutkan si kembar hanyalah halusinasi.

Sekarang, setelah semua terjadi, tulisan mereka membuatku tersenyum sekaligus sedih. Meletakkan diary Aidan di dalam loker tiba-tiba saja terasa seperti meletakkan bunga pada nisan. Aku mengigit bibir. Jangan sampai pertahanan yang kubangun runtuh lagi. Biarkan mati rasa, agar mudah tersenyum untuk Shai.

Kututup loker. Beranjak ke jendela. Memandang ke lapangan basket yang dipenuhi gerai makanan dan ramai orang. Aku lupa, mulai hari ini hingga akhir pekan nanti, OSIS menggelar festival kuliner sebagai kegiatan penutup semester. Lalu libur hingga mid Januari tahun depan. Habis itu apa?

Ujian dan ujian .... Lulus .... Ujian lagi untuk masuk perguruan tinggi. Seminggu lalu, aku masih memikirkannya secara mendetail. Ingin masuk sekolah kepolisian, atau lewat kedokteran dulu, untuk kelak terjun ke forensik, atau ...

Sekarang, pikiran itu terasa jauh. Memilih jurusan apa pun, jadi apa pun nanti, aku bukan Rhea yang sama. The twins changed me forever.

Pelajaran terpenting. Jangan lari lagi. Kamu tidak tahu apa yang hilang saat kamu berpaling. Setelah hilang, baru tahu betapa pentingnya ia dalam hidupmu.

Aku tidak lari lagi. Aku menunggu. Aidan dan Shai sabar menungguku sekian tahun, mengorbankan banyak hal, apalah arti menit dan jamku? Aku merosot ke lantai setelah kakiku kesemutan dan sulit berdiri. Pukul 14.15.

Ia menyelinap masuk, menutup pintu, dan mengunci slotnya. Pelan-pelan berbalik menghadapku. Penampilannya rapi dengan kemeja dan celana formal. Tidak ada hoodie dan sarung tangan hitam. Sosok yang sama dengan yang menyelamatkan aku dari hotel Stella. Tapi bahkan wajah tampan dan bersih itu tidak mampu memancarkan kepercayaan diri. Hanya dalam beberapa jam, ia tampak lebih kurus, kuyu, tertekan.

CLAIR [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now