Chapter 22 (b)

2.3K 554 182
                                    


Minggu pagi, Tante Fang hendak membawa berkas-berkas yang dikumpulkannya dari basement ke kantor polisi. Ia akan mengolahnya di sana bersama tim. Shai dan Kei pun dipanggil untuk membantu dalam penyidikan. Sementara River menemani Bunda Dhias.

"Kamu enggak usah ikut. Sentuhan Clair enggak diperlukan," kata Tante, bahkan sebelum aku membuka mulut. "Kamu bakal bikin Shai enggak fokus juga."

Tambahannya membuatku tersedak. Tante Fang tertawa.

"Perempuan yang dilingkari Shai ... Kalian akan mencarinya?"

"Ya. Aku akan kerahkan semua sumberdaya dan koneksi di SPF untuk menemukan siapa dia. Kalau benar perempuan itu terlibat dalam pembunuhan Susan, kasus ini bakal ramai lagi."

"Shai nanti dihukum?" Aku terbelalak ngeri. "Big David mati karena kesaksiannya."

"Jangan panik dulu. Shai enggak salah. Hanya kesaksiannya enggak lengkap. Aku sudah mempelajari berkas Susan Cho dari SPF. Kejadiannya di studio milik Big David. Sky Lee, 13 tahun, menemani Susan berlatih sampai tertidur. Ia mendengar kegaduhan dan terbangun, mengintip keluar. Posisinya tersembunyi tapi memungkinkan untuk menyaksikan dengan jelas. Susan roboh ke lantai, Big David membungkuk, memegang jarum suntik. Ada kotak hitam di lantai, berisi empat jarum suntik lagi. Sky Lee melihat Big David menggunakan semuanya untuk diinjeksikan ke tangan Susan. Hasil otopsi sesuai dengan kesaksian Sky Lee. Susan OD. Suntikan pertama dapat menggagalkan jantung dan sistem pernafasan. Suntikan selanjutnya menyebabkan kerusakan otak permanen hingga kematian."

Aku bergidik. "Jadi, kalaupun suntikan pertama dilakukan orang lain, Big David tetap bersalah?"

Tante mengiakan. "Big David ikut andil dalam kematian Susan. Ada ataupun enggak ada perempuan misterius ini, sudah selayaknya ia dihukum," tegas Tante. "Selama persidangan, Sky Lee enggak pernah menyebut-nyebut keberadaan orang lain. Trauma bisa membuatnya lupa. Persis kamu, Rhe. Belakangan, memorinya teraduk keluar. SPF harus menemukan perempuan ini. Aku akan bantu mereka dengan menggali informasi dari Shai, kalau perlu dengan hipnoterapi."

Ah, hipnoterapi. Entah berapa kali aku menjalaninya demi menggali ingatan masa kecil. Tapi otakku seperti cangkang kerang yang tertutup erat. Bang El dan Tante Fang menyudahi terapi itu karena khawatir pemaksaan malah memecahkan cangkangku.

Sepeninggal Tante Fang, Bang El mengajak aku dan Daniel jogging di taman seberang apartemen. Bang El dan Daniel berlari kecil di kanan kiriku. Mereka bukan hanya menjagaku, tapi memperlakukan aku seperti seorang putri kerajaan. Aku pengin jajanan, salah satunya langsung lari membelikan. Buang sampah, langsung diambil alih yang satu lagi. Aku menangkap pandangan iri perempuan-perempuan di sepanjang trek. Kalian tidak tahu latar belakang kondisi ini. Kalau boleh memilih, aku lebih suka jogging sendiri dengan perasaan aman dan damai. Daripada terkungkung karena penjagaan, selalu waswas, tapi akhirnya, begitu lengah sedikit, bahaya menemuiku juga.

Sebelum aku sadar betul apa yang terjadi, seorang wanita asing menabrakku di restroom, menumpahkan minumannya ke dadaku. "Oops, sorry," katanya.

Aku mendongak. Wajahnya tidak kukenal tapi suaranya familier, juga jemari langsing berkutek itu. "Stella?"

Ia tersenyum lebar. "Hello, Rhea. Aih, jangan buru-buru pergi!"

Instingku menyuruhku lari, tapi kenapa kakiku tidak menurut perintah? Aku terbelalak, masih sempat mencurigai cairan yang membasahi bajuku. Masih bisa mendengar Stella bilang, aku harus ganti baju. Untung dia bawakan satu setel, lengkap dengan topi dan rambut palsu. Lalu ia mengubah penampilanku dengan cepat. Kenapa tangan dan tubuhku seperti milik orang lain? Seperti boneka di tangan wanita ini. Aku ingin menjerit, tapi suaraku hanya berupa lenguh yang berpusaran di tenggorokan.

"Nah, selesai. Kamu kelelahan joging, dan aku harus memapah kamu pulang. Ayo cepat! Kita cuma punya beberapa menit untuk pergi dari sini. Selagi pengawalmu sibuk dengan pengalihan yang kubuat. Kamu tahu, aku adalah yang terbaik dalam melenyapkan orang."



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dear all

Clair minggu depan tinggal final chapters ya. Akan diupdate sampai tamat.

Untuk versi cetak tentu saja akan ada chapter tambahan.

Jadi, mari kita berdoa untuk Rhea.

Nah, untuk next chapter, bukan tebak plot, tapi apa yang kamu harap terjadi. Tulis sini, siapa tahu wish come true.


Salam

sayang.

CLAIR [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang