s a t u

19.6K 1K 9
                                    

Bugh! Bugh! Tak! Bugh! Bugh!Tak! Bugh! Duk! Bugh! Bugh!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bugh! Bugh! Tak! Bugh! Bugh!
Tak! Bugh! Duk! Bugh! Bugh!

Bugh! Bugh! Tak! Bugh! Bugh!
Tak! Bugh! Duk! Bugh! Bugh!

Bugh! Bugh! Tak! Bugh! Bugh!
Tak! Bugh! Duk! Bugh! Bugh!

Ricks menghela napas lalu berdiri dari posisi jongkoknya dan mendekati Sera yang sedang menendang perut seorang pria yang kondisinya sudah sekarat. "Hoi, hoi, jika ini diteruskan. Dia bisa mati loh."

"Lalu?" Sera menoleh dengan mata memicing tajam. Ekspresi wajahnya nampak tidak peduli.

Ricks yang dibesarkan bersama Sera sebagai agen dan pembunuh bayaran sudah pasti kebal dengan tatapan tajam itu. "Nanti ketua bisa tahu."

Sera berdecak kesal lalu memberikan tendangan terakhirnya sebelum berbalik seraya menyeka tangan yang terkena darah dengan sapu tangan lantas membuangnya setelah sekali pakai.

"Mulai kapan kau mendapatkan libur?" tanya Sera sambil menyalakan korek api dan menyulut ujung rokoknya.

Ricks memasukkan kedua tangan ke dalam saku lalu menatap langit malam kota Brussel yang bersih tanpa awan. "Entahlah, mungkin secepatnya? Bagaimana soal misi barumu? Dapat partner baru?"

Sera sontak mendelik lalu menghentakkan kaki keras pada aspal jalan dan menghembuskan asap rokok dari mulutnya. "Aku dapat misi untuk menjadi baby sitter nona Eri."

Ricks menoleh dengan ekspresi terkejut. Ia tahu seberapa besar ketidaksukaan Sera terhadap anak kecil. Yang perempuan itu sukai hanyalah kekerasan dimana dirinya dapat menjadi diri sendiri. "Dan kau terima misi itu?"

"Ya, ini perintah mutlak dari ketua." sahut Sera menghisap batang nikotin itu lagi. "Mungkin besok aku sudah mulai bekerja. Menjengkelkan."

Ricks tertawa kecil lalu menepuk kepala partnernya selama bertahun-tahun itu sejak kecil. "Good luck!"

°°°

Sera menatap anak kecil di depannya dengan sorot tak percaya, anak remaja tanggung lebih tepatnya. Perempuan itu memaksakan senyum. "Hai, saya Sera. Mulai sekarang mohon bantuannya nona."

Eri menatap Sera tak berkedip. Pandangan matanya nampak takjub. Ia memegang tangan perempuan itu secara tiba-tiba dan tersenyum lebar. "Aku Eri! Mohon bantuannya ya Sera!"

Entah untuk berapa lama, Sera akan menjalani misi ini. Yang jelas sepertinya misi ini tidak akan mudah.

°°°

Bertentangan dengan apa yang ia pikirkan soal betapa menjengkelkannya menjadi pengurus anak kecil, ternyata mengurus Eri tidaklah sulit. Gadis remaja tanggung yang berusia lima belas tahun itu aktif dan sering mengajak Sera mengobrol serta membicarakan banyak hal. Termasuk hobi gadis itu yang dianggap aneh oleh Sera.

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang