t i g a b e l a s

10.1K 812 11
                                    

Sebenarnya apa sih yang ku pikirkan sampai bisa menghampiri gadis itu? Mau dilihat dari sudut manapun, gadis itu lebih berbahaya ketimbang Eustachius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya apa sih yang ku pikirkan sampai bisa menghampiri gadis itu? Mau dilihat dari sudut manapun, gadis itu lebih berbahaya ketimbang Eustachius

Nevan mengacak rambutnya kesal. Ia sedang berjalan sendirian di koridor sekolah. Entah itu keberuntungan atau bukan, setelah aksi perundungan kala itu. Sudah hampir 3 hari Eustachius tidak mendatangi Nevan meski dia melihatnya. Eustachius seperti memiliki sesuatu yang lebih penting untuk dikerjakan ketimbang merundung Nevan.

"Itu di sana! Tangkap dia sekarang!" seruan itu tiba-tiba terdengar disertai kedatangan dua orang yang tiba-tiba datang menangkap Nevan. Nevan yang tidak tahu apa-apa mengernyitkan dahi.

"Eh? Ada apa ini?! Aku mau kalian bawa ke mana? Lepaskan!" Nevan meronta di bawah cekalan dua orang siswa yang datang menghampiri namun hasilnya nihil. Ia tidak bisa melawan dua orang sekaligus dengan tenaganya.

"Lebih baik kau diam saja! Kita ini diperintah untuk segera membawamu ke tempat Eustachius!" cetus salah seorang dari mereka.

Nevan salah jika berpikir Eustachius akan terus mengacuhkannya. Nyatanya satu haripun tidak akan pernah terlewatkan Nevan untuk diganggu Eustachius.

"Lepaskan!" Nevan terus meronta. Ia tidak menyerah. Karena dia tahu jika berhasil sampai dibawa ke tempat Eustachius, anak itu mungkin takkan membiarkannya keluar dengan kondisi tubuh yang baik.

Bugh!!

Uukkhh...

Nevan merasakan perutnya berdenyut sakit setelah dipukul oleh salah seorang yang menangkapnya.

"Bukankah sudah kukatakan untuk diam?!" katanya dengan mata yang menyorot dingin. "Eusta mengatakan akan membayar kami jika berhasil membawamu ke tempatnya. Jadi kau cukup diam saja!"

Kenyataannya meski mereka sesama murid sponsor, tidak ada rasa kasihan atau simpati terhadap satu sama lain. Hanya ada saling menunjuk dan mengorbankan, ini semua karena mereka masing-masing menganggap dirinyalah yang paling sengsara.

Mereka sampai di sebuah kelas yang sudah dikerubungi oleh para murid baik itu sponsor atau reguler. Nevan merasakan firasat buruk jika dirinya masuk ke dalam sana.

"Eusta, kami sudah membawa Nevan." ucap orang-orang yang menangkap Nevan seraya menjatuhkan laki-laki itu ke lantai.

Eustachius menyeringai. Ia yang sedang duduk di atas kursi di depan Nevan terlihat begitu tinggi dan sombong. Dan meski enggan untuk mengakui, Nevan merasa kecil di hadapan Eustachius. Ia bahkan tidak sanggup untuk sekedar mengangkat kepala.

"Bagus. Kalian sudah boleh pergi," sahut Eustachius memberikan dua lembar uang lalu menatap Nevan. Kedua orang itu pergi begitu saja setelah diberi uang oleh Eustachius. Kini hanya Nevan yang berada di depannya. Ia menyeringai senang.

"Aku tak tahu jika kau masih hidup setelah kupukuli dan memakan racun seperti kemarin. Daya hidupmu itu kuat ya? Ya syukurlah, aku memang sedang membutuhkanmu saat ini. Lagipula jika kau cepat mati, permainannya jadi tidak seru."

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang