d u a p u l u h e m p a t

9K 823 41
                                    

"Terima kasih atas kerja keras hari ini manajer dan wakil manajer!" ucap para pegawai ASB Club sebelum pamit pulang di pagi hari setelah bar tutup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih atas kerja keras hari ini manajer dan wakil manajer!" ucap para pegawai ASB Club sebelum pamit pulang di pagi hari setelah bar tutup. Sebagai night club yang muncul tiba-tiba dan langsung mendominasi dunia malam kota Berlin, pegawai yang dibutuhkan di ASB Club bisa dibilang cukup banyak. Ruichi dan Yumiko sendirilah yang mengatur dan menyortir orang-orang yang melamar sebagai pekerja di sana. Mereka memilih sendiri mana yang bisa dipercaya dan tidak. 

"Ya ya, terima kasih juga pada kalian untuk hari ini. Beristirahatlah dengan baik lalu kembali sore nanti." balas Ruichi mengangkat tangan seraya menguap lebar. 

Yumiko yang sedang menghitung seluruh pemasukan dan pengeluaran ASB Club hari ini hanya mengangkat tangan sebagai balasan pada para pegawai yang pulang. Ruichi yang melihat para pegawai pulang segera duduk di atas meja bar dan membersihkan gelas-gelas yang berjejer di sana. 

"Hey Yumiko, bukankah Renji senpai mengatakan kita akan kedatangan tamu? Tetapi apa ini? Sudah 2 hari berlalu sejak Renji Senpai menghubungi kita dan tidak ada tanda-tanda klub ini akan di serang." keluh Ruichi meletakan kembali gelas yang sudah dia bersihkan di tempatnya semula.

Yumiko mendelik. "Bersabarlah bodoh. Kau tidak boleh sampai mengacaukan rencana yang dibuat oleh calon Oyabun karena ketidaksabaranmu itu. Lagipula bukankah lebih bagus bila usaha night club ini tidak diserang oleh orang-orang itu?"

"Ya ya ya, aku mengerti maksud perkataanmu Yumiko." sahut Ruichi malas.

"WOY!"

Teriakan keras itu datang dari segerombolan para pria yang datang bersamaan dari arah pintu masuk ASB club. Mata Yumiko dengan sigap menghitung jumlah manusia yang baru saja masuk, bukan hanya tiga atau empat orang saja ternyata. Melainkan ada sekitar 20-25 orang yang datang ke tempat ini sambil membawa tongkat besi dan senjata tajam.

"Hey Pecundang, mana bosmu?!" ujar pria dengan bekas luka di dekat daerah bibir kiri yang memimpin kumpulan pria tersebut. Di sebelah kanannya ada lagi seorang remaja laki-laki dengan wajah tampan menatap mereka penuh ketajaman.

"SIAPA KAU, HAH?! APA KALIAN BUTA HURUF SEHINGGA TIDAK MELIHAT TANDA TUTUP DI DEPAN PINTU MASUK TADI?!" balas Ruichi sama kerasanya dengan teriakan mereka seperti di awal masuk tadi.

Yumiko segera mengamankan laporan dan beberapa dokumen penting sebelum ada yang menyadarinya. Ia menyentuh pundak Ruichi dan meliriknya, wajah Ruichi sudah memerah akibat menahan rasa senang karena melihat korban yang akhirnya datang. Laki-laki ini pasti sudah lapar sekali ingin memenuhi rasa haus darahnya. Persis serigala yang sudah melihat mangsa.

Si ps*kopat gila ini lupa dengan apa yang dikatakan senpai ya?!

Yumiko menanggapi para pria yang datang secara santai. Tidak merasa terintimidasi atau takut sekalipun. Ia tersenyum licik. "Ya ampun, nampaknya kalian itu punya gelar 'gangster' di dahi kalian ya? Apa aku benar? Sepertinya kalian juga bukan berasal dari Berlin."

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang