t u j u h

12.4K 951 8
                                    

Aurora menatap pintu besar yang menjadi jalan masuknya menuju ruang kerja sang ayah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurora menatap pintu besar yang menjadi jalan masuknya menuju ruang kerja sang ayah. Setelah mendapatkan informasi dari Anna, Aurora mengetahui garis besar apa yang sedang terjadi di kediaman dan disinilah gadis itu berada, untuk meminta sesuatu pada sang ayah.

Tok! Tok! Tok!

"Ayah, ini Aurora!" ujar gadis itu setelah mengetuk dua pintu kayu besar itu.

Hanya butuh waktu lima detik hingga pintu terbuka dan Akira, asisten pribadi sekaligus sekretaris sang ayah menyambutnya. Arata tengah duduk di balik meja kerja dengan kacamata bertengger di hidungnya. Jelas sekali sedang sibuk mengerjakan sesuatu.

Duda tampan kaya raya!

"Ayah," panggil Aurora lembut yang membuat Arata langsung mengangkat mata dari dokumen yang sedang ia baca. Bagi bapak anak satu itu, putri satu-satunya lebih penting dan berharga daripada dokumen investasi bernilai ratusan juta sampai miliaran Euro di hadapannya.

"Ada apa sayang? Oh ya hari ini hari pertamamu di sekolah kan? Bagaimana sekolahnya? Menyenangkan? Ada yang mengganggumu? Atau apakah ada pelajaran sekolah yang sulit?" tanya Arata beruntun cemas dengan putrinya.

Aurora tersenyum lalu duduk di sofa. Ia menoleh pada sang ayah. "Sekolah tidak buruk, justru cukup menyenangkan. Ada berbagai jenis orang juga di sana. Aku suka."

"Jangan ragu untuk mengatakannya pada ayah jika ada yang membuat kamu terganggu, Aurora." ucap Arata sungguh-sungguh. Tidak membiarkan sang putri menyimpan kesulitan sendirian.

Aurora menyadari seberapa besar kasih sayang yang didapat dari sang ayah. Dan untuk keinginannya, gadis itu akan memanfaatkan kasih sayang berlebihan ini.

"Ayah, sepertinya ayah sedang ada masalah ya? Aku lihat ada banyak orang asing yang datang ke rumah kita. Sepertinya situasinya cukup genting sampai ayah pun masih berkutat dengan pekerjaan di jam segini." ujar Aurora memulai dengan sebuah perhatian ringan.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ayah baik-baik saja dan akan ayah pastikan hal itu juga untuk kamu." sahut Arata memejamkan mata dengan senyum.

"Tapi ayah, aku mengkhawatirkan ayah," Aurora berdiri dan mendekati meja kerja. Ia menatap sang ayah dengan sorot cemas luar biasa. "Apa tidak boleh aku tau apa yang ayah cemaskan?"

Arata tercengang. Terkejut melihat putrinya begitu mencemaskan dirinya. "Boleh! Tentu saja boleh Aurora! Ayah akan mengatakan apapun kekhawatiran ayah padamu."

Aurora tersenyum kecil sekilas. "Lalu apakah itu?"

"Seperti yang kamu tahu keluarga Akazuki kita menguasai sudah menguasai hampir seluruh pasar Asia dan sekarang sedang merambat menuju Eropa. Namun ayah mendapat kabar jika di pusat Asia, kita sedang ada masalah kecil yang harus segera diselesaikan dan ayah harus pergi kesana. Tetapi mana mungkin ayah meninggalkan kamu dan Eropa yang keadaannya masih belum stabil saat ini, sayang." ujar Arata menghela napas gusar.

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang