d u a

16.6K 1K 8
                                    

Atmosfir di dalam ruangan itu terasa begitu berat ketika dua orang yang terikat hubungan darah itu saling duduk berhadapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atmosfir di dalam ruangan itu terasa begitu berat ketika dua orang yang terikat hubungan darah itu saling duduk berhadapan. Seorang gadis dengan rambut cokelat panjang dan seorang pria paruh baya namun wajahnya tetap terlihat muda.

Para pelayan dan pengawal yang berdiri mengelilingi ruangan itu pun merasakan sesaknya. Entah mengapa hari ini tuan putri mereka bisa memiliki aura yang sama seperti sang ayah yang merupakan bos ketua yakuza.

Bahkan sampai dokter yang sedang memeriksa kondisi gadis itu harus menahan napas di atmosfir seperti ini.

"Aurora, sayang..." panggil pria paruh baya itu lembut terhadap putrinya yang duduk di hadapannya sambil bersilang tangan.

"Siapa Aurora?" gadis itu celingukan ke kanan dan kiri. "Bapak bukan sedang memanggil saya kan?"

Pria paruh baya itu sontak menghela napas sambil mengurut dahinya. Tidak menyangka putri satu-satunya tidak mengenali ayahnya sendiri. "Damar, bagaimana? Putri saya sehat kan?"

"Putri?" gadis itu mengernyit bingung. "Pak, saya tidak punya ayah."

"Damar! Bagaimana ini? Putri saya kenapa?!" ujar pria paruh baya itu frustasi.

"Bos ketua tolong tenang dulu, nona Aurora sepertinya mengalami hilang ingatan akibat kecelakaan waktu itu. Dan mungkin ini akan bersifat permanen." ujar Damar selaku dokter pribadi di kediaman itu dengan menundukkan kepala. Ia baru saja selesai memasangkan selang infus kembali di tangan gadis itu.

Tepat setelah mendengar penjelasan dari sang dokter, tangis pria paruh baya itu pecah. Dengan gemetar ia menggenggam tangan gadis itu. "Tenang sayang, seperti apapun keadaanmu. Ayah tetap menyayangimu. Ayah pasti akan tetap melindungimu agar kecelakaan itu tidak terjadi lagi."

Gadis itu mengernyit lalu menarik tangannya yang digenggam. "Apa sih? Saya kan tadi udah bilang bahwa saya tidak punya ayah. Sejak saya bisa mengingat, saya sudah yatim piatu, pak."

Tangis pria paruh baya itu semakin kencang. Akhirnya para pengawal bergerak membantu pria paruh baya itu untuk bangkit. Sebelum keluar pria paruh baya itu memberi pesan kepada pelayan pribadi gadis itu. Pelayan yang tadi berteriak sambil melempar bejana.

"Anna, tolong kamu jaga Aurora ya. Saya perlu mendinginkan kepala." titahnya lalu pergi dan para pengawal menutup pintu. Kini hanya tersisa dua orang di dalam, yaitu Anna–si pelayan–dan gadis itu.

Gadis itu masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan apa kejadian yang baru saja menimpanya. "Hey, tadi kudengar namamu Anna kan?"

Pelayan yang sedang merapihkan selimut yang sempat berantakan itu menengadah lalu tersenyum. "Iya, nona. Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku mau tanya, aku ini siapa sih sebenarnya?" tanya gadis itu bingung. Saat ini ia sedang menilai situasi dan memperkirakan tindakan apa yang harus ia lakukan sekarang. "Mengapa rasanya semua orang begitu mengkhawatirkanku?"

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang