e m p a t

15.1K 978 23
                                    

Setelah menyadari bahwa dirinya hanyalah pemeran pendukung dalam novel yang hanya sekedar lewat tanpa disebutkan namanya, Aurora senang bukan kepalang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menyadari bahwa dirinya hanyalah pemeran pendukung dalam novel yang hanya sekedar lewat tanpa disebutkan namanya, Aurora senang bukan kepalang.

Bukannya apa-apa, siapa yang tidak senang menjadi putri tunggal keluarga kaya raya dalam semalam tanpa harus berusaha?

Gadis itu dapat mengingat jelas kehidupan lamanya sebagai pembunuh bayaran.

Sera, tidak ada nama belakang atau nama keluarganya. Nama yang dia punya pun adalah kode yang diberikan oleh ketua organisasi saat mengambilnya dari daerah kumuh. Selama hidupnya, Sera selalu bersusah payah untuk hidup karena jika tidak memiliki bakat dalam organisasi maka hanya tinggal menghitung jari untuk disingkirkan oleh yang lain.

Namun di tempat ini, gadis itu dapat bersantai tanpa perlu mengkhawatirkan apa-apa karena punya segalanya, baik itu uang, kuasa, sampai keluarga.

Aurora tersenyum senang selama perjalanan pulangnya menuju kediaman Akazuki, membuat sang ayah mengernyit bingung. "Ada apa Aurora? Kamu nampak sangat senang hari ini."

Aurora menoleh lalu memasang senyum semanis mungkin untuk Arata, ayahnya. "Oh ya? Kelihatan ya? Sebenarnya aku senang karena hari ini bisa pergi keluar bersama ayah. Mari kita pergi lagi bersama lain kali ayah."

Arata menutup mulutnya, nampak terharu dengan ucapan sang anak lalu mengelus lembut rambut Aurora. "Iya, sayang. Nanti kita pergi bersama lagi."

Sebetulnya yang membuang suasana hati gadis itu senang adalah kenyataan bahwa kini ia berada di dalam novel dan dirinya mengingat semua alur dan plot cerita novel ini karena merasa baru saja habis membacanya.

Mobil memasuki kediaman mansion Akazuki. Pelayan membukakan pintu untuk Arata dan Aurora. Gadis itu tersenyum bangga seraya meninggikan dagunya. Rasanya ia sudah seperti putri raja saja.

"Bos ketua, ada laporan yang datang dari cabang China." ucap seorang pelayan menghampiri Arata dan Akira.

"Aku akan kesana," Arata menatap putrinya lembut. "Aurora, ayah bekerja dulu ya."

"Iya!" serunya bersemangat. Arata dan para pelayan yang lain mengikutinya. Menyisakan Anna dan Aurora disana. Aurora menoleh pada Anna. "Ann, apa rumah ini memiliki gudang harta atau ruangan barang berharga?"

"Apa maksud anda nona? Tentu saja anda punya. Ini kan kediaman Akazuki." ujar Anna mengernyitkan dahi. "Nona mau melihatnya kesana sekarang?"

"Iya, aku mau!" balas Aurora semangat.

Mereka berdua berjalan menyusuri lorong mansion yang mewah. Desain interiornya yang bergaya Jepang kuno menegaskan Aurora bahwa ada darah Asia mengalir deras di dalam dirinya. Namun mata gadis itu yang berwarna agak kebiruan juga memberitahunya bahwa ia memiliki darah barat sebagai campuran.

"Hey, Anna. Sudah berapa lama kau bekerja dengan ayah? Apakah sudah sampai bertahun-tahun?" tanya Aurora karena tidak ingat karakter pelayan bernama Anna di dalam novel.

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang