t i g a

15K 1K 13
                                    

Aurora melihat orang-orang yang berlalu lalang mempersiapkan sebuah acara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aurora melihat orang-orang yang berlalu lalang mempersiapkan sebuah acara. Seseorang datang menghampiri bos ketua lalu menunduk hormat. Sekilas Aurora dapat merasakan bagaimana cara pandang orang-orang terhadap ayahnya.

"Silahkan duduk disini, tuan besar Arata." ujar orang tersebut menunjukkan kursi terdepan katedral pada bos ketua.

Aurora refleks terdiam dan berhenti berjalan. Bos ketua yang menyadari putrinya mendadak berhenti sontak menoleh. "Ada apa sayang?"

Arata? Wait?! Tambahkan Akazuki, jadi Arata Akazuki kan?! Arata Akazuki?! Arata Akazuki yang itu?! Yang di novel Ariane and his prince menjadi kepala keluarga yang membuat bangkrut keluarga second male lead?! Wait?!

"Ayah..." panggil Aurora pelan yang sontak buat Arata–bos ketua–langsung merasa khawatir.

"Kenapa sayang? Ada apa? Sakit kah? Atau ingin pulang saja?" tanya Arata cemas dengan kondisi putrinya.

"Nama ayah Arata Akazuki?" tanya aurora yang membuat Arata mengernyitkan dahi.

"Iya," jawab Arata.

"Nama ibu?"

"Vaneshaa Quessiano." sahut Arata. "apa kamu sedang mencoba mengingat sayang?!"

"Se...dikit?" ucap Aurora bingung.

Arata tersenyum penuh pengertian. "Tidak apa-apa sayang, pelan-pelan saja. Tidak dapat mengingat pun tidak apa. Ayah tidak masalah dengan itu."

Mereka berdua duduk di bagian terdepan katedral. Sementara asisten duduk di belakang mereka. Hari ini ada acara besar di katedral. Sebuah acara amal dengan anak-anak panti asuhan yang menampilkan sebuah paduan suara diiringi dengan seorang wanita bermain piano.

Namun bukan hal itu yang kini menjadi fokus Aurora. Sekarang ada suatu hal yang paling tidak mungkin dan tidak masuk akal sedang terlintas di dalam pikirannya. Jika hal ini memang sesuai dengan apa yang ia pikirkan, maka ia harus memperhatikan sesuatu.

Anak-anak panti asuhan mulai bermunculan dan mengambil tempat mereka berdiri di kelompok paduan suara. Seseorang duduk di kursi piano lalu seorang gadis remaja keluar dari barisan anak-anak panti asuhan lain, berdiri di paling depan sebagai pemimpin paduan suara.

Persis! Sama persis!

Aurora menoleh kepada Arata lalu menarik kecil jasnya. Arata sontak menoleh dan tersenyum. "Ada apa sayang?"

"Ayah, anak yang menjadi pemimpin paduan suara itu siapa namanya?" ujar Aurora menunjuk ke arah panggung.

"Ah, apakah kamu mau teman bermain sayang?" tebak Arata yang langsung dibalas oleh Aurora dengan gelengan kepala.

"Aku penasaran saja ayah,"

"Ah, begitu kah?" Arata agak sedikit menolehkan kepala ke belakang. "Aki, siapa anak yang menjadi pemimpin paduan suara."

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang