d u a p u l u h d u a

9K 722 11
                                    

Renji berdehem lalu mengencangkan dasi di leher sebelum memasuki ruang makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renji berdehem lalu mengencangkan dasi di leher sebelum memasuki ruang makan. Di tangan kanannya ada tabloid yang berisi laporan perkembangan mingguan bisnis Akazuki famili di Eropa.

"Nona Aurora, saya datang." ujar Renji lalu berjalan menghampiri gadis yang duduk di meja makan besar seorang diri. Di belakang gadis itu berdiri pelayan pribadinya yang menunggu sampai sesi sarapan sang gadis selesai.

"Apa kau sudah sarapan Renji?" tanya Aurora begitu mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

"Nona tidak perlu memikirkan saya. Di sini saya hanya ingin memberikan laporan perkembangan bisnis kasino dan night club." jawab Renji dengan sedikit membungkuk.

"Baiklah. Kalau begitu sekarang aku memerintahkanmu untuk sarapan di sini bersamaku." titah Aurora mutlak yang mengejutkan Renji. Mengapa nona yang dia layani tiba-tiba bersikap seperti ini?

Renji tidak bisa menolak. Perintah Aurora adalah sebuah kemutlakan total. Pria itu menarik kursi di dekat Aurora lalu duduk. Sang gadis tersenyum senang kemudian mengangkat tangan, memberi isyarat untuk memanggil salah satu pelayan yang berdiri di sisi ruang makan.

"Suruh koki untuk mempersiapkan kopi tanpa gula. Katakan padanya untuk tuan Renji." ujarnya pada pelayan yang dipanggil.

Pelayan-pelayan lain pun mulai mempersiapkan piring dan menu sarapan lalu menghidangkannya di depan Renji. "Silahkan dinikmati, tuan Renji."

"Selesaikan sarapanmu lalu baru kau laporkan semua hal yang kuminta." ucap Aurora sebelum meminum susu yang disiapkan oleh Anna.

Renji menuruti Aurora. Dia menghabiskan sarapan dengan baik kemudian disuguhkan kopi oleh pelayan. "Terima kasih." ucapnya lalu menyesap kopi tanpa gula itu. Sesekali pria itu melirik ke arah sang nona yang terlihat sangat tenang menikmati sarapannya. 

"Hei Renji, tolong nanti pesankan aku rokok dengan merek dan rasa yang bagus. Aku ingin mencoba beberapa jenis rokok dulu sebelum memutuskan menggunakan merek mana untuk merokok. Akhir-akhir ini kepalaku mudah sekali pusing." ujar Aurora seraya menyeka bibirnya dengan serbet.

Renji sedikit terkejut namun pria itu tetap mengiyakan permintaan sang nona. Ia meletakkan cangkir kopi lalu menyalakan tabloid dan mulai membacakan laporan yang sudah dirapihkan. "Hari ini saya akan memberitahu anda tentang kasino lebih dahulu. Dalam dua minggu terakhir, bisnis kasino terus berkembang pesat. Dengan bertempat di pusat kota Las Vegas, semua berjalan sesuai rencana anda. Para anak pejabat dan politikus banyak yang menghabiskan uang di sana sebagai ajang pembuktian diri. Lalu untuk bisnis night club di Berlin saya ingin mengatakan bahwa pembangunan dan renovasinya sudah mencapai tahap finishing dan mungkin besok atau lusa sudah bisa melakukan grand opening. Apakah nona ingin melakukan acara potong pita pada night club yang akan diresmikan?"

"Ah ada acara seperti itu ya," Aurora terlihat tengah berpikir. Ia sedang memutar otak, apakah dirinya harus muncul dan menampakkan wajah di sana ataukah hanya perlu mengirim seseorang untuk bertanggung jawab di belakangnya. Gadis itu menghela napas lantas menyenderkan punggung di kursi meja makan. "Kirim seseorang untuk melakukan pekerjaan itu, buat dia memainkan peranku di atas panggung. Belum saatnya bagi diriku untuk muncul dan menampakkan diri di bisnis Eropa."

Being AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang