Part 3

3.1K 150 0
                                    

Auriga

"Permisi," gue memasuki kelas Azura.

Disana, Bu Sulis sedang duduk di bangkunya dan gue menghampirinya. Sebelum itu, gue tersenyum penuh arti kepada Azura yang baru menyadari keberadaan gue. Pekikan dari seluruh cewek di kelas ini bikin gue pusing, akhirnya gue memutuskan untuk izin kepada Bu Sulis.

"Ada apa Auriga?" tanya beliau.

"Bu, saya pinjam Azura nya sebentar boleh?"

Guru itu menautkan kedua alisnya penuh selidik, kemudian beliau mengangguk memberi izin. Gue menghampiri Azura yang masih menatap gue dengan tatapan tajamnya. Dih! Cantik-cantik judes.

"Apa?" tanya Azura dengan ketus.

Teman-teman cewek di kelas Azura mulai manggil-manggil nama gue. Sebelum gue budeg denger suara mereka yang cempreng, alhasil gue pelototin mereka satu persatu.

"Ikut gue!" gue menarik kerah baju Azura sedikit kasar sehingga menimbulkan pekikan dari teman sebangkunya.

"Lepasin!" Azura memukul lengan gue.

Kemudian gue melepaskan Azura. Dia membenarkan kerah bajunya dan berdiri mendahului gue. Cih! Karena gue udah dipelototin sama Bu Sulis, akhirnya gue keluar kelas mengikuti Azura. Di depan kelas, Tarendra dan Leo memberi kode agar gue mengejar Azura yang berjalan dengan langkah kaki lebar menuju suatu tempat.

"Eits! Kita ikut!"

Gue menoleh ke belakang dan mendapati Althea dan Cherise menatap sinis kepada gue. Apaan sih? Gue berbalik dan segera mengejar Azura yang sudah jauh. Gue mengernyit saat lihat Azura pergi ke rooftop.

"Sini lo!" Azura langsung menyeret gue dan membuka pintu rooftop.

Sejurus kemudian, gue menepis tangan Azura dengan kasar. Dia menatap gue tajam dan penuh murka. Gue ngelirik ke arah pintu, disana ada Tarendra, Leo, Althea, dan Cherise sedang menghampiri gue dan Azura.

"Lo dendam?" tanyanya tanpa melihat gue.

Nah! Gue juga agak gengsi ngakuin kalo wajah gue masih sakit karena tonjokan Azura kemarin. Jadi nyesel gue nyeret Azura kesini. Eh, bukannya gue ya yang diseret dia?

"Nggak, cuma pengen liat muka lo babak belur aja," elak gue.

Azura melipat tangannya di atas perut. Dia meneliti wajah gue dengan cermat.

"Ngapain sih lo?!" gue mendorong kepala Azura dengan jari telunjuk.

"Bukannya elo ya yang lebih parah dari gue?"

Gue membisu. Bener juga sih. Gue menggelengkan kepala dan langsung menjitak kepala Azura dengan keras.

"O-oh, jadi lo sekarang berani main duluan?" tanya Azura dengan nada kesalnya.

Gue cuma menaikkan satu alis dan mendorong bahu Azura dengan keras. Anggap aja gue nggak punya etika sama perempuan. Tapi asal kalian tau, tonjokan kemarin bener-bener keterlaluan. Emang, gue kalah dari geng Azura kemarin. Dan gue, nggak terima!

"Kalo mau main, jangan disini! Ayo, pulang sekolah ke lapangan biasa biar puas!" ucap Azura sambil menjotos lengan kiri gue.

Tepat setelah Azura menjotos gue, dia mau menarik kerah seragam tapi kalah dengan gue yang udah narik tangannya. Azura maju beberapa langkah, dan kini jarak gue sama Azura hanya satu jengkal saja. Karena Azura pendek, dia mendongak menatap gue dengan amarah yang bisa gue lihat dari mata indahnya itu.

"Mau main nih?" tanya gue tepat di depan wajah Azura, "Boleh."

Azura merapatkan bibirnya dan mulai meronta agar gue ngelepasin cengkraman tangan di lengannya. Sedangkan gue tersenyum sinis, dan mendekatkan wajah gue ke tengkuknya.

"See you."

Setelah itu, gue langsung melepas lengan Azura dengan kasar dan meninggalkan Azura berdiri sendirian. Gue berbalik, dan bisa gue lihat sekarang. Wajah kedua teman Azura sama-sama menahan marah dan terlihat lebih menyebalkan dari terakhir yang gue lihat di depan kelasnya tadi. Sedangkan Leo dan Tarendra tersenyum puas melihat gue.

"Cabut!" temen-temen gue menuruti perintah.

Sebelum gue keluar dari rooftop, gue berbalik dan melihat Althea dan Cherise menghampiri Azura yang sudah emosi disana.

Kita liat saja nanti.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now