Part 5

2.9K 137 0
                                    

Azura

Hampir aja bibir gue bisa bersentuhan dengan bibir milik Mikko. Gue nggak tau kenapa tiba-tiba rasanya tangan gue susah buat digerakin. Kalo nggak ada Auriga, gue pasti udah--

"Pergi lo!"

Gue menoleh ke arah Auriga yang wajahnya terlihat kesal. Gue menutup mulut yang dari tadi udah terbuka sendiri karena melihat Mikko tersungkur.

"Per.gi!" ucapnya lagi dengan nada penekanan.

Gue mengerjap. Lalu melihat ke arah Mikko yang juga terlihat kesal wajahnya. Bahkan ada tatapan sinis yang ditunjukkan kepada Auriga yang masih berdiri di dekat gue.

Gue mengerutkan dahi ketika Auriga menghampiri Mikko dan berjongkok di sampingnya. Saat gue mulai ikut berjongkok, gue nggak sengaja denger Mikko membisikkan sesuatu kepada Auriga.

"Welcome to my game."

Gue langsung berdiri dan menarik kerah seragam Auriga hingga dirinya terjungkang ke belakang. Wajahnya menunjukkan protes kepada gue, tapi gue nggak peduli. Gue lirik Mikko yang tersenyum sinis ke arah Auriga, cuma Auriga nggak sadar kalo sedang diejek.

Kemudian gue menarik tangan Mikko agar dia berdiri kembali. Gue mengangkat satu sudut bibir gue dan menepuk pelan dua kali ke dada sebelah kiri Mikko. Gue menatap Mikko dengan tatapan tajam dan bisa gue lihat dari sudut mata gue, Auriga sudah berdiri di samping Mikko sambil menatap gue dengan wajah bingung.

"Let's play the game!"

Kemudian gue menoleh kepada Auriga yang tersenyum lebar ke arah gue. Ganteng. Itu kata pertama yang terlintas di pikiran gue saat melihat Auriga tersenyum lebar seperti itu.

Setelah itu gue menoleh ke arah Mikko yang rahangnya sudah mengeras dan menutup mulutnya rapat-rapat seperti menahan emosi. Nggak buang-buang waktu, gue langsung menghadiahi Mikko tamparan di pipi kirinya.

"Itu hadiah lo karena lo hampir nyium gue tadi," kata gue.

Mikko mengusap pipi kirinya beberapa kali lalu melotot tajam kepada Auriga. Auriga hanya tersenyum sinis membalasnya, kemudian gue menarik lengan Auriga untuk pergi dari aula.

"Kenapa lo nggak berontak waktu Mikko mau nyium lo?" tanya Auriga saat sampai di koridor kelas 11 IPS.

Gue melepas cengkraman tangan gue dan baru sadar kalo dari tadi gue dan Auriga jadi tontonan murid lain. Gue menoleh dan mendapati Auriga yang menatap gue tajam.

"Entah, gue kayak nggak bisa gerak gitu," jawab gue sambil menaikkan bahu.

"Meskipun gue musuh lo, gue masih peduli sama hal negatif di sekitar gue," jawabnya.

Gue tertawa ringan mendengar jawaban Auriga. Cowok ini ngelawak? Bisa-bisanya masih peduli sama gue yang notabenya adalah musuh bebuyutan dari gue masih duduk di bangku kelas 10.

"Kenapa ketawa?" tanyanya dengan nada ketus.

Gue cuma geleng-geleng kepala sambil ngelirik jam tangan. Dan saat itu juga bertepatan dengan bel masuk berbunyi. Gue menepuk bahu Auriga dua kali lalu pergi tanpa mengucapkan satu kata pun buat dia.

ΦΦΦ

Auriga

Gue mengernyit saat melihat Azura ketawa. Emang ada yang lucu dari ucapan gue? Saat gue tanya kenapa dia ketawa, Azura cuma geleng-geleng kepala dan ngelirik jam yang melingkat di lengan kirinya.

Kemudian dia menepuk bahu gue dua kali dan berjalan pergi meninggalkan gue dengan sisa tawanya.

Cewek sinting!

Bel berbunyi. Gue segera balik ke kelas dengan pikiran masih penasaran dengan alasan Azura ketawa dengan ucapan gue.

Saat gue tiba di kelas, Leo dan Tarendra menghampiri gue dengan wajah serius. Gue digiring untuk duduk dan mereka juga duduk di kursinya masing-masing.

"Mikko," ucap Leo.

"Gue udah ketemu dia," jawab gue.

Mereka berdua hanya manggut-manggut. Setelah satu bulan gue nggak ketemu sama Mikko, dia berubah banyak. Tubuhnya lebih atletis, mungkin efek sering latihan untuk futsal. Dan yang bikin gue ngomong dia berubah banyak adalah kelakuannya.

Dia bukan tipikal cowok yang suka mainin cewek. Tapi kenapa gue tadi liat Mikko hampir nyium Azura di aula? Nggak, gue nggak cemburu. Gue cuma mau ngelindungin harga diri cewek itu meskipun dia juga musuh gue.

"Nggak ada tanda-tanda Mikko mau nyerang kita," ujar gue pada Leo dan Tarendra.

"Kita antisipasi aja," balas Tarendra.

Kemudian Bu Kinar memasuki kelas. Sekaligus menandakan obrolan gue terhenti dengan mereka.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now