Part 36

1.7K 79 0
                                    

≠≠Azura≠≠

Mikko melirik jam di tangannya, sudah jam enam lebih lima belas menit, tapi Azura belum juga turun. Ia ingin melihat keadaan Azura di kamarnya, namun perasaan canggung dari kemarin masih saja menyelimuti mereka berdua. Mikko juga sudah mengirim chat untuk Azura, namun Azura tidak membalasnya, bahkan membaca saja tidak.

Karena sudah semakin siang, Mikko memutuskan untuk pergi ke kamar Azura untuk mengeceknya. Dengan mengumpulkan keberanian, Mikko sudah mengetuk pintu kamar Azura tiga kali. Tidak ada jawaban. Mikko kembali mengetuknya lagi, kali ini terdengar suara seperti orang terjatuh.

"RA! LO NGGAK PAPA KAN?" teriak Mikko dari luar.

Pintu terbuka, menampilkan rambut dan baju Azura yang berantakan. Tapi tetap saja terlihat cantik. Azura mengusap tengkuknya lalu menatap Mikko secara teliti. Sedangkan Mikko menatap Azura dengan heran.

Baru bangun tidur aja masih cantik banget!

"Mau kemana pagi-pagi?" tanya Azura dengan suara khas bangun tidur.

Mikko mengerjap, "Ini udah hampir setengah tujuh, lo masih molor aja!"

Azura menepuk dahinya dengan keras, "OH MY GOD! MIKKO, GUE JADI PETUGAS UPACARA!"

Azura membanting pintu kamarnya dan langsung menuju kamar mandi. Butuh waktu sepuluh menit untuk membersihkan dirinya, dan dengan cepat Azura mengganti pakaiannya dengan seragam Pasukan pengibar bendera. Setelah memasukkan buku pelajaran secara asal, Azura mengambil .

"Sarapan dulu, Ra," kata Mikko saat melihat Azura turun dari lantai atas.

Azura hanya menoleh sebentar, "Lo nggak telat apa?!"

"Males ikut upacara. Mending nungguin sampe gerbangnya dibuka lagi."

Seusai memakai pantofelnya, Azura menarik pergelangan tangan Mikko dan menyeretnya ke dalam mobil. Tanpa disuruh dua kali, Mikko segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sampai-sampai Azura harus berteriak di dalam mobil karena ketakutan. Mikko malah tertawa saat melihat Azura dengan mimik wajah ketakutan.

"Makasih," ucap Azura tanpa menengok ke belakang.

Azura berlari dengan susah payah karena pergelangan kakinya masih sakit. Bukan hanya itu, keringatnya saja sudah mengalir di pelipisnya. Tepat saat Azura berbelok ke kelasnya, Ia tidak sengaja menabrak bahu temannya yang sedang membawa jus alpukat di tangannya.

"Anjing! Gila lo ya?!" Azura menatap horror cewek yang sedang menunduk dalam itu.

"Maaf. Maaf. Maaf, Ra."

Jus tersebut mengotori rok milik Azura. Dengan tangan gemetar, cewek bernama Kinar itu membersihkannya dengan tisu yang berada di saku roknya. Sedangkan Azura memejamkan mata untuk mengontrol amarahnya yang ingin meledak. Sebentar lagi bel berbunyi, Ia tidak punya banyak waktu untuk mengganti rok tersebut. Ia juga bingung harus meminjam kepada siapa, ini saja pinjam dari anak kelas 10.

"Elo," Azura menunjuk Kinar, "Ck! Gue nggak ada rok lagiii!" ucap Azura geregetan.

Baru saja Azura mengambil paksa tisu tersebut dari tangan Kinar, ada sebuah tangan besar yang mengusap dahinya yang penuh peluh itu. Azura menghentikan aktivitasnya membersihkan rok dan beralih menatap seseorang di sampingnya.

"Auri–"

"Kita nggak ada waktu. Ganti rok lo sama punya temen gue," tanpa basa-basi, Auriga menarik tangan Azura dan berjalan menuju koridor kelas 12 dengan sedikit berlari. Tidak peduli dengan banyaknya pasang mata yang melihat mereka berdua berlari dengan bergandengan tangan itu. Meskipun dengan susah payah Azura menahan rasa sakit di pergelangan kakinya, Ia masih bisa menyembunyikan rasa sakit itu.

ΦΦΦ

Azura memejamkan mata sebentar saat matahari telah menyinarinya dengan terik. Seperti sebelum-sebelumnya, Cherise dan Althea selalu kompak menanyakan keadaan Azura yang sudah lemas dari tadi.

"Kuat nggak nih?" bisik Cherise pada Azura.

Azura mengangguk, "Bentar lagi barisan dibubarin."

Sebenarnya kedua sahabatnya itu sangat khawatir dengan Azura. Tapi jika Azura sudah menolak ajakan untuk keluar barisan, maka mereka berdua hanya bisa diam menjaga Azura yang sudah lemas. Untung Azura tadi cepat berganti rok sebelum bel berbunyi.

Lima menit kemudian, semua peserta upacara dapat dibubarkan. Dengan senyuman bangganya, ketiga cowok itu menghampiri tiga cewek yang sibuk mengipasi lehernya. Rekor untuk tiga cewek itu bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.

"Bener-bener bangga gue sama kalian," ucap Auriga dengan senyuman lebarnya.

"Nggak sia-sia kita ngelatih kalian," timpal Tarendra.

Althea dan Cherise tertawa. Sedangkan Leo yang menyadari perubahan sikap Azura, lantas menyikut lengan Auriga, "Tuh anak kenapa?"

Auriga mengikuti arah pandangnya, "Ra, lo nggak papa?"

Mereka semua serentak menoleh pada Azura. Wajahnya pucat pasi, Ia terlihat memegangi pergelangan kakinya dan sesekali memijat pelipisnya. Keringat sudah membasahi seragam Paskibnya dan terlihat lemas.

"Gue nggak papa."

Saat Azura ingin berbalik, keseimbangannya sudah hilang. Ia jatuh pingsan dan Auriga berhasil menangkapnya. Beberapa anak disana sudah terlihat cemas melihat keadaan Azura. Tanpa disuruh, Auriga membopong Azura berlari menuju UKS dengan perasaan khawatir.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now