Part 25

1.9K 85 0
                                    

Auriga

Papa memutuskan untuk pulang dulu ke rumah Mama. Mobil Papa masih utuh dan terparkir di sebelah gudang kosong tadi. Gue bersyukur karena Papa baik-baik aja, meskipun nggak bisa dikatakan keseluruhan. Dengan kecepatan normal gue mengikuti Papa dari belakang.

"Lo nggak papa kan, Ga?" tanya Azura memecah keheningan.

Gue meliriknya dari spion. Terlihat wajah cantik Azura yang setia menatapa jalanan malam dengan beberapa helai rambut yang keluar dari ikatan menerpa wajahnya. Gue hanya mengangguk sebagai jawaban. Mood gue hancur seketika gara-gara Mikko dan Riyan.

Saat di lampu merah, gue melirik jam tangan. Pukul sembilan malam. Padahal gue ngerasa baru jam tujuh tadi, tapi kenapa waktu begitu cepat berlalu? Gue bahkan lupa sama janji untuk nginep bareng sama kedua sahabat gue. Mungkin sekarang mereka udah ngambek gara-gara gue keluar tanpa bicara apapun.

"Lo nggak papa, Ra?" giliran gue yang bertanya.

Azura melirik gue dari spion, dan menyunggingkan senyum tipisnya, "Nggak papa."

Kemudian lampu kembali hijau. Gue kembali menjalankan motor untuk mengikuti Papa dari belakang. Selama perjalanan sampai di rumah, gue sama Azura hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Makasih, Ga. Gue pul–"

"Lho, kok pulang? Jangan pulang dulu!"

Gue menoleh mendapati Papa yang berjalan ke arah Azura. Papa membelai rambut Azura dengan lembut dan menunjukkan senyum hangatnya.

"Kamu masuk dulu. Pasti kamu capek."

"Enggak, Om. Azu–"

"Udah. Ayo masuk!"

Azura melirik gue sebentar. Dia menggigit bibir bawahnya dan mencengkram kuat kantong plastik yang sedang dia bawa. Kenapa dia jadi penakut gini?

"Lo mau berdiri sampe pagi?"

Azura mengerjap lalu mengikuti gue berjalan. Pintu bagasi terbuka sedikit, kelihatan motor Kak Vero ada disana. Dan Azura ...

"Ra," Azura menaikkan alisnya, "Sini!"

Azura mengernyit lalu mensejajarkan jalannya dengan gue. Dengan cepat tangan gue udah menggenggam erat tangan Azura. Gue nggak tau kenapa, tapi intinya gue nggak mau Kak Vero berusaha deketin Azura.

"Lah?" Azura melirik melihat tangan gue yang menggenggam tangannya.

Gue hanya mengedikkan bahu lalu masuk ke dalam rumah. Di ruang tamu sudah ada Mama, Kak Vero, dan Papa. Ada Bi Ina juga yang menaruh teh hangat untuk Papa.

"Selamat malam, Om, Tante, Kak," ucap Azura dengan senyumnya.

Gue hanya tersenyum lalu mengajak Azura untuk duduk di samping gue. Bisa gue lihat mereka semua —kecuali Bi Ina— melirik tangan gue yang masih menggenggam erat tangan Azura. Azura kayaknya udah tau, tiba-tiba aja dia langsung melepas genggamannya dan langsung mencium tangan Papa dan Mama.

"Kamu pacarnya Riga?"

Apa-apaan Mama ini?! Baru aja sampai udah ditanya kayak gitu. Gue hanya memasang wajah polos dan sesekali melirik Kak Vero yang memperhatikan Azura dengan dahi berkerut.

"Bu-bukan, Tan. Auriga cuma kakak kelas saya," jawab Azura gugup.

"Dia, Ma," Kak Vero menunjuk Azura, "Yang udah nolongin Vero sama Papa waktu itu."

Mama membulatkan mata lalu berpindah tempat duduk di samping Azura. Mama memegang kedua bahu Azura lalu mengucakapkan terima kasih berkali-kali.

"Sama-sama, Tan," jawab Azura.

"Papa tinggal ke kamar mandi dulu ya."

Kami serempak menoleh pada Papa yang sudah berdiri. Setelah mendapat jawaban 'Iya' dari Mama, Papa pergi meninggalkan ruang tamu. Kemudian Mama mengecup dahi Azura dan izin ke dapur untuk membuatkan minum. Azura sempat menolak, tapi Mama masih bersikukuh untuk membuatkannya minum.

Keadaan jadi canggung. Hanya ada gue, Azura, dan Kak Vero. Beberapa kali gue mencuri pandang pada Kak Vero yang sibuk memainkan HPnya dan sesekali melirik Azura. Sedangkan Azura menyibukkan diri dengan pandangan menjelajahi dalam rumah. Gue berdehem untuk mencairkan suasana.

"Mmm... Udah lama Kak kesini?" tanya gue pada Kak Vero.

Kak Vero mengangkat kedua alisnya lalu memasukkan HPnya ke dalam saku jaket, "Semenjak lo telpon, gue langsung kesini."

Gue manggut-manggut. Kak Vero membenarkan posisi duduknya dan melihat ke arah Azura.

"Ra, kamu kenal Auriga sejak kapan?" tanyanya.

Gue mengernyit lalu menoleh ke samping untuk melihat Azura. Dia mengulum bibir lalu nyengir.

"Eehh, sejak hari ketiga masuk sekolah, Kak."

Gue diem. Kak Vero memiringkan kepalanya, "Waktu kenalan kayak gimana?"

Gue ingin menyela, tapi Kak Vero udah ngasih kode dengan tangannya agar gue tetep diem. Azura menyikut pinggang gue dan mulai membuka mulutnya.

"Aku, eung... Waktu itu Auriga nggak sengaja nyenggol minuman aku sampai tumpah. Trus, pas dia minta maaf, aku nanya namanya."

Gue tercenung sebentar. Perkenalan gue dengan Azura bukan kayak gitu. Lebih parah dari itu. Dan jauh dari kata maaf itu. Gue melirik dia yang masih nyengir kaku sambil memaikan kaosnya.

"Ini minumnya," Mama dateng membawa susu hangat untuk Azura.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now