Part 17

1.4K 59 0
                                    

≠≠Azura≠≠

Cowok berkaos putih itu tertawa ringan saat mendapati Azura yang menatapnya tanpa berkedip. Ia memainkan tangannya di depan wajah Azura, agar Azura tersadar dari lamunannya.

"Hei!" panggilnya.

Azura mengerjap lalu tersenyum simpul ke arah cowok itu. Entah mengapa Auriga yang melihatnya terasa hangat saat memperhatikan Azura tersenyum.

"Oh iya, gue belum ngasih tau nama gue," kemudian cowok itu menjulurkan tangannya, "Gue Vero. Kakaknya Riga."

Hah?! Kakaknya?!

Azura membalas jabatan tangan itu lalu melepasnya. Lagi-lagi Azura harus dihadapkan dengan Althea yang terus menarik tasnya agar segera pergi dari sana. Azura mendengus kesal lalu mengenalkan Althea pada Vero.

"Jadi, ini dia yang nolong gue waktu itu!" ucap Vero pada Auriga.

Auriga tersenyum miring lalu melirik Azura yang masih sibuk berdebat dengan Althea.

"Jadi lo yang nolong Kakak gue?"

Azura dapat mendengar jelas pertanyaan Auriga dari jarak yang lumayan dekat ini. Ia menoleh cepat dengan wajah kesalnya dan tidak perlu basa-basi, Azura menjambak rambut Auriga untuk menyalurkan kemarahannya.

"Kenapa hah?! Setiap orang pasti ada sisi baiknya! Gue rasa gue juga begitu!" kemudian Azura melepas jambakan itu dengan kasar.

"Kak, gue pergi dulu," dengan senyuman tipisnya, Azura meninggalkan Auriga yang bersungut sebal karena jambakan Azura yang tak tanggung-tanggung itu.

"JANGAN NINGGALIN GUE, RA!" Althea segera mengejar Azura yang sudah berjalan cepat masuk ke dalam sekolah.

Sedangkan Vero memperhatikan Adiknya itu dengan tatapan menilai, "Lo kenal dia kan?"

"Hm."

Vero memutar bola mata jengah, "Udah gue duga. Masuk sono!" suruh Vero sambil mengibas-ngibaskan tangannya untuk menyuruh Auriga masuk.

Auriga menghembuskan napas pendek lalu membenarkan letak dasinya yang sedikit berantakan. Saat Ia akan berbalik, Kakaknya itu mengatakan hal yang membuat Auriga terdiam membeku di posisinya.

"Gue suka sama dia."

ΦΦΦ

Pelajaran Pak Septian kali ini benar-benar membosankan bagi Auriga. Ia hanya sesekali mendengarkan dan bersenandung kecil saat mulai bosan. Untuk mengusir rasa bosannya itu, Ia mengeluarkan ponsel dari dalam loker dan memainkan game disana. Masih terngiang ucapan Kakaknya tadi pagi saat dirinya akan memasuki sekolah.

Gue suka sama dia.

Bahkan memikirkannya saja Auriga tidak sanggup. Leo yang duduk di sebelahnya melirik sebentar ke arah ponsel Auriga. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya satu ini. Untung otaknya encer, pikirnya.

"Tumben nih nggak mau dengerin penjelasan guru?" tanya Leo sedikit berbisik.

"Biasanya juga gitu," jawab Auriga tanpa mengalihkan pandangannya ke layar ponsel.

Saat Auriga baru saja mengeluarkan permainannya, satu pop-up chat muncul di layar ponselnya. Auriga melirik Leo yang juga ikut mengeluarkan ponselnya dan terus mengetik sesuatu disana.

Tarendr44 : Mabal yuk!

Leo1 : Gue pengen bakwan deh kayaknya.

Tarendr44 : Ini cacingnya minta bakso.

Tarendr44 : Bentar, gue noleh belakang dulu. Spesies bernama Auriga masih idup nggak kira-kira.

Leo1 : Main dia.

Tarendr44 : Udah. Padahal gue pengen banget makan bakso.

Auriga : Apaan?

Leo1 : Nah, ini dia bos kita!

Tarendr44 : Mabal yuk!

Auriga : Ogah. Bentar lagi ulangan Fisika.

Setelah itu Auriga mematikan ponsel dan kembali fokus pada pelajaran Pak Septian. Sebenarnya dia juga sangat bosan, mengingat ada ulangan harian sebentar lagi, membuat Auriga harus menahan kantuk yang melanda.

ΦΦΦ

"Keren!" puji Althea sambil mengangkat kedua jempol tangannya.

Azura baru saja selesai menceritakan kejadian semalam ketika dirinya sedang melawan tiga preman itu. Bukan maksud apa-apa Azura menceritakan hal itu, hanya saja kebodohan preman itu membuatnya menjadi bahan lelucon.

"Trus? Elo mau diajak ke rumahnya?" tanya Cherise penasaran.

Azura menggeleng, "Badan gue capek habis ngibulin tuh preman."

Althea dan Cherise tertawa saat mendengar penuturan dari Azura. Memang ada-ada saja kelakuan yang dilakukan Azura. Terkadang Ia juga bisa menjadi manja, pemarah, bijak, penolong. Intinya berubah-ubah. Tapi Azura sebenarnya baik, hanya saja keadaan yang membuat Azura berubah seperti ini. Untung saja dua sahabatnya itu selalu setia untuk menemani dan menerima apa adanya sikap Azura.

"Gue tadi pagi ketemu sama salah satu cowok yang gue tolong kemarin," ucapan Azura mampu membuat kedua sahabatnya menoleh penasaran.

"Are you seriously?" tanya Althea memastikan.

"Beneran! Tuh cowok namanya Kak Vero. Tau nggak dia siapa?"

"Manusia," jawab Cherise enteng.

Azura menyentil dahi Cherise, "Bego jangan dipelihara."

Cherise hanya mengerucutkan bibirnya sambil mengusap-usap dahinya, "Terus siapa?"

"Kakaknya Auriga."

"HAH?!" teriak Althea dan Cherise bersamaan.

Tidak peduli dengan tatapan yang diberikan teman sekelasnya, Cherise beranjak menduduki meja Azura. Wajahnya sangat terkejut.

"Demi apa?!" tanyanya sambil memgguncang-guncang bahu Azura.

"Demi Lovato."

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now