Part 16

1.4K 64 0
                                    

Auriga

Mulut gue sukses terbuka lebar akibat Papa mengatakan nama cewek itu. Gue mengerjap beberapa kali dan mencondongkan badan ke arah Papa.

"Be-bener nih? Papa nggak salah ngomong?"

Papa menaikkan kedua alisnya, "Iya. Bener. Tanyain aja sama Vero."

Gue menoleh ke Kak Vero yang juga heran melihat gue dengan wajah terkejut seperti ini. Dia mendorong dahi gue dengan telunjuk sampai gue terduduk kembali.

"Apaan sih lo?" tanyanya, "Lo kenal?"

Gue mengerjap lalu mengangguk samar, "Eung..."

"HAH?! LO KENAL?!"

Gue menggeleng cepat dan melambaikan tangan tanda gue gak kenal dengan cewek itu. Kak Vero memicingkan mata dan melihat gue dengan tatapan menyelidik.

"Beneran nih lo nggak kenal?" tanyanya lagi.

"Kenapa sih emangnya?" gue bertanya balik.

"Yaaa nggak papa. Bisa gue embat tuh!"

"Enak aja!" gue tersadar dengan ucapan gue barusan, "Eh, maksud gue, enak aja main embat anak orang. Kalo dia udah punya pacar gimana?"

Papa tertawa kecil dan membuat gue menoleh ke arahnya, "Kamu tuh, kayaknya kenal ya sama Azura?"

Gue menggeleng lagi, "Kok aku dipojokin gini sih sama kalian?

"Mama nggak ikutan lho!" kata Mama sambil mengangkat kedua tangannya.

"Eh iya, kerjaan di kantor yang--"

"Akhirnya..." gue meregangkan otot saat Papa membahas tentang pekerjaan dengan Kak Vero.

Gue bisa bernapas legah sekarang. Entah kenapa gue nggak suka waktu Kak Vero mengatakan kalau dirinya mau ngembat Azura buat dijadiin pacar. Nggak, gue nggak cemburu! Bukan gitu!

"Lo besok gue anter ya," gue terlonjak saat Kak Vero tiba-tiba menepuk bahu gue.

"Kenapa sih ngelamun gitu?"

"Eng-enggak kok," Kak Vero manggut-manggut lalu duduk di sebelah gue.

"Besok gue anter, kebetulan mau ketemu klien di restoran deket sekolah lo," ujarnya.

Gue hanya mengangguk sebagai jawaban. Gue terlalu shock dengerin cerita Papa sama Kak Vero. Bukan karena mereka jadi korban pemalakan atau karena keahlian Azura ngelawan tiga laki-laki itu. Tapi karena Azura punya sisi kebaikan yang nggak pernah gue tau.

ΦΦΦ

Azura

"Ra!" gue berbalik menatap jengkel ke arah Althea yang sibuk dengan sepeda motornya.

Hari ini gue bareng Althea ke sekolah. Gue lagi males aja bawa motor atau mobil ke sekolah. Tadinya mau nebeng Cherise, tapi karena Cherise nya nggak bales chat gue, jadinya gue memutuskan untuk nebeng Althea. Althea kan baik hati.

"Apasih?!" gue menghampiri Althea yang sedang memaju-mundurkan motornya.

"Bantuin napa! Lo udah bareng gu--"

"Jadi lo nggak ikhlas?"

"Bukan gitu, Ra! Ini susah banget markirinnya, tolongin dong!" katanya menampilkan puppy face nya.

Gue mendengus kesal lalu ikut membantu Althea memarkirkan motornya. Gue menarik motor di sebelah gue dan Althea memajukan motornya dan di parkir disana. Setelah Althea keluar, gue menempatkan motor tadi di tempat semula dengan rapi.

"Yuk ah!" ajak Althea sambil menggamit lengan gue.

Baru beberapa langkah kami berdua berjalan, gue nggak sengaja menangkap sosok wajah familier di depan gerbang sekolah dengan mobil sedan hitam di sebelahnya. Cowok itu mengenakan kaos putih dan celana jeans hitam bersama cowok yang memakai seragam SMA CITRA BAKTI. Gue nggak bisa liat cowok berseragam itu, karena dia membelakangi gue.

Kayak pernah liat tas nya deh.

"Thea, berhenti dulu deh," kata gue sambil menghentikan jalan dan berbalik melepas pegangan tangan Althea di lengan gue.

"Ngapain lo kesana?" tanya Althea sambil menarik-narik tas gue.

Tanpa memperdulikan Althea yang udah jerit-jerit di belakang. Gue segera berjalan menuju gerbang untuk menemui dua cowok itu. Saat sampai di belakang cowok berseragam itu, baru gue bisa mengenali siapa dia.

"Ga," panggil gue sambil menepuk bahunya.

Auriga berbalik dan menatap gue heran. Padahal gue sendiri juga heran kenapa bisa gue nyamperin dia. Althea yang baru sampai di samping gue menatap dengan dahi berkerut.

"Apaan?" tanya Auriga dengan nada juteknya.

Gue melirik kanan kiri bingung memberi alasan yang pas. Sedangkan Althea sudah menarik-narik tas gue untuk segera beranjak pergi dari sana.

Oh iya! Tujuan gue kesini kan mau liat cowok di depan Auriga ini.

Gue menoleh kepada cowok berkaos putih itu sampai memiringkan kepala karena penasaran. Cowok itu mengangkat kedua alisnya.

"Kayak-- aduh. Emm..." gue memukul ringan kepala gue berusaha mengingat cowok di hadapan gue.

"Adik kelas lo, Ga?" tanya cowok itu melirik ke Auriga.

Auriha hanya menjawab dengan deheman singkat. Sedangkan gue masih terus berpikir dan mengingat wajah cowok itu. Otak gue tiba-tiba merekam kejadian semalam yang membuat tangan gue sedikit memar akibat perlawanan preman-preman itu.

Gue membelalakkan mata saat wajah itu muncul di dalam otak gue. Cowok itu juga membuka mulutnya dengan wajah yang sama terkejutnya dengan gue.

"Azura!"

Game Over (Completed)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant