Part 41

1.8K 83 3
                                    

Auriga

"Cantiknya..."

Mama udah nyebut kata itu udah kedua belas kalinya. Gue yang denger hanya memutar bola mata jengah. Sedangkan Azura menampilkan senyum malu-malunya. Padahal dia hanya memakai atasan sweater merah lengan panjang yang kebesaran, dan celana jeans hitam dengan rambut terkuncir rapi. Tapi gue juga nggak mau bohong, kalau Azura memang cantik.

"Itu semua buat kamu, Azura. Tante kebanyakan beli," ujar Mama sambil menepuk paha Azura.

"Iya, Tante. Terima kasih banyak," balas Azura tersenyum hangat pada Mama.

"Maafin Tante, Azura. Sekarang Tante harus pergi sama temen, udah ada janji."

Azura melirik gue lalu melempar senyum pada Mama, "Oh gitu. Iya, Tante. Terima kasih banyak barang-barangnya. Azura suka."

Mama beranjak berdiri lalu menyampirkan tasnya di bahu sebelah kanan, "Tante pergi dulu ya. Auriga, kamu jagain Azura. Awas aja kalo ada apa-apa sama dia, Mama nyalahin kamu."

"Iya-iya, Ma. Dimana ada Auriga, disitu ada Azura. Tugas Auriga melindungi, tugas Azura menyayangi," gue mengedipkan satu mata ke arah Azura.

Dia mendelik tajam mau protes, tapi Mama udah mendahuluinya, "Oh gitu. Bagus deh, Mama ngerestuin kalian. Lagian Mama juga suka banget sama Azura. Tapi inget! Jangan aneh-aneh kalo pacaran. Awas aja kalo kalian–"

"Ma, nanti ditungguin temen Mama lho!"

Mama menggaruk pelipisnya, "Oh iya. Mama pergi dulu. Intinya, jagain Azura!"

Kemudian Mama pergi meninggalkan gue dan Azura yang masih berdiri bersisian di ruang tamu. Dia melirik ke gue, begitupun gue. Azura mengambil sling bag nya, lalu berganti mengambil kantong kresek besar berisi tas dan baju-baju yang diberi Mama.

"Gue pulang dulu, Ga. Thank's."

Saat Azura hendak melangkah, gue mencekal pergelangan tangannya sampai Azura terduduk. Gue duduk disampingnya dan menatap lekat iris mata Azura.

"Mikko masih di rumah?"

"Masih."

Napas gue memburu saat Azura bilang begitu. Ada rasa sesak bercampur panas di dada gue, bahkan kalau bisa, gue bakal masukin kulkas ke dalam perut, biar adem. Gue melepas cengkraman itu dan beralih merapikan poni Azura yang menutupi sebagian dahinya.

"Lo ngerasa nggak, kalo sikap gue berubah?" gue bertanya sambil memegang sisi tengku Azura.

Dia mengangguk samar, "Dulu, lo adalah orang pertama yang harus gue singkirin dari kehidupan gue. Tapi kenapa sekarang berubah jadi orang pertama yang harus gue lindungin saat ini?" gue tersenyum tanpa mengalihkan tatapan tajam pada Azura.

"Bahkan selamanya."

Semburat merah di pipi Azura hampur terlihat jelas oleh gue. Dia merapatkan bibir lalu menunduk nggak berani membalas tatapan gue lagi. Azura yang gue kenal dulu orang yang nggak tau malu, nggak kenal takut, dan pantang menyerah. Tapi sekarang gue tau kalau ada yang disembunyiin dari dia.

"Don't hiding. Cause I'll catch you."

Gue menyentuh dagu Azura dan mendongakkan kepalanya sedikit kwe arah gue, "Gue tau ada yang lo sembunyiin."

Selanjutnya tangis Azura pecah dan langsung memeluk gue sampai gue terjatuh ke belakang. Jadi posisi gue...

"Azura, pelukannya sambil duduk aja ya," gue menepuk-nepuk punggung Azura, berharap dia bakal bangun.

Tapi yang terjadi malah dia semakin mempererat pelukannya dan menenggelamkan kepalanya di leher gue.

"Sayang, ada Bi Ina lho di dapur."

Plak!

Gue ditampar. Dia bangkit dan langsung duduk membelakangi gue dengan tangan terlipat di atas perut. Gue masih terkejut dengan tamparan Azura yang sebenarnya nggak begitu sakit, cuma panas.

"Nggak usah manggil-manggil gue sayang!" ujarnya ketus dengan suara parau sehabis menangis.

Gue terkekeh lalu ikut bangkit dan duduk semakin mendekat ke Azura. Gue memeluknya dari belakang, bisa gue rasain, tubuh Azura seakan membeku.

"Cerita aja kalo pengen. Kalo nggak mau cerita, itu nggak mas–"

Sebelum gue melanjutkan kalimat gue, dia berbalik dan langsung memeluk gue lagi. Dia menangis dan menarik-narik kerah kemeja gue.

"Kenapa sih Papa nggak pernah merhatiin gue? Kenapa Papa suka pergi keluar kota, bahkan keluar negeri? Emang Papa nggak pernah nganggep gue ada?! Papa lupa jalan pulang ke rumah?!"

Gue semakin mempererat pelukan dan mengecup singkat puncak kepala Azura.

Gue sayang sama lo, Ra.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now