Part 28

1.8K 91 0
                                    

Auriga

Saat gue selesai ngerjain hukuman, gue pergi ke gudang tempat penyimpanan alat olahraga. Gue mengambil satu bola basket disana dan kembali menutup pintu gudang tersebut.

Dari kejauhan, gue bisa lihat ada seorang cewek sedang menyapu daun-daun yang gugur di lapangan basket tersebut. Gue memicingkan mata dan terus berjalan mendekat ke arahnya. Semakin mendekat gue berjalan, gue bisa melihat jelas siapa yang ada disana. Galexia Azura.

Gue jadi inget kalimat-kalimat yang dilontarkan Kak Vero kepada gue tentang Azura.

"Lo beneran suka sama Azura?"

Kak Vero tersenyum sinis dan menepuk bahu gue berkali-kali. Dia mengajak gue untuk duduk di bar mini.

"Lo percaya gue suka sama Azura? Kenapa? Lo cemburu?"

Skak mat! Gue mengatupkan bibir rapat-rapat dan menahan napas untuk sesaat. Gue nggak pernah ngerasain cemburu, dan gue nggak nyadar kalo gue itu ... cemburu?

"Ga?"

Gue mengerjap beberapa kali, "Gue nggak suka."

Kak Vero menaikkan kedua alisnya, "Beneran nih nggak suka? Kalo nggak suka, gue deket–"

"Jangan!" potong gue cepet.

Kak Vero tertawa ringan lalu menepuk bahu lagi gue beberapa kali, "Yaudah, ambil sana. Gue juga cuma kagum aja kok sama Azura."

"Kalo lo serius, kejar!" lanjutnya.

Kak Vero beranjak berdiri lalu berderap menuju kamarnya di lantai atas. Sedangkan gue masih terpaku di tempat ini dengan kalimat-kalimat Kak Vero yang masih berdengung di telinga gue.

Gue semakin mendekat dan berdiri tepat di belakang Azura. Dia terus menggerutu menyalahkan ucapan gue semalam. Sesekali dia menyentak-nyentakkan sapunya dengan peluh yang mengalir di pelipisnya.

"Udah biasa kan dihukum?" tanya gue sambil mengapit bola basket di lengan.

Azura membalikkan tubuhnya dengan mata membulat. Mulutnya sedikit terbuka, bahkan sapu di tangannya hampir jatuh kalau saja Azura nggak langsung mengambilnya.

"Lo-lo... Udah disini dari tadi?" tanyanya sambil menunjuk wajah gue.

Gue tersenyum miring lalu mendekat ke wajah Azura, "Kalo iya kenapa?"

Azura meraup wajah gue lalu berbalik dan kembali menyapu. Gue hanya bisa tersenyum melihat Azura salah tingkah itu. Gue men-dribble bola dan melemparnya tepat di punggung Azura. Dia terpekik dan langsung menunjukkan tatapan marah pada gue.

"Sialan! Pergi sana!"

Gue semakin ngakak saat melihat wajah marah Azura. Menggemaskan. Bukannya takut, gue malah menghampirinya dan mengelus punggung Azura.

"Woi! Mau raba-raba lo?!" Azura langsung menabok punggung dengan keras.

Gue mendelik tajam lalu menendang asal bola basket itu. Azura mendengus kesal lalu mendorong gue menjauh. Gue hanya menatap datar Azura yang sedang menyapu lapangan basket itu.

"Lo dihukum gara-gara apa?" tanya gue.

"Telat."

Gue manggut-manggut lalu duduk bersila di tengah lapangan. Memperhatikan raut wajah kesal dari Azura menambah hiburan bagi gue. Bahkan gue hampir lupa tujuan gue kesini adalah untuk bermain basket. Beberapa hari ini pikiran gue diisi oleh cewek bernama Galexia Azura itu.

"Lo sendiri ngapain disini?" gue tersentak dari lamunan.

"Dihukum."

Azura berbalik menatap gue, "Gara-gara?"

"Mabal ke rooftop."

Azura meletakkan kembali sapu di pinggir lapangan lalu menghampiri gue dan ikut duduk bersila di hadapan gue. Wajah dan bajunya penuh dengan keringat. Rambutnya juga berantakan, banyak yang terlepas dari ikatan.

"Capek banget," ujarnya sambil menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangan.

Gue terus memperhatikan Azura. Cewek yang selalu ada buat gue, entah itu kebetulan atau enggak. Cewek pertama yang berani nantangin gue berantem, dan cewek pertama yang selalu memenuhi pikiran gue. Gue, menyukainya.

"Lo kenal Mikko dari mana?" tanyanya.

"Dia sahabat gue dulu. Tapi sekarang, ya... Lo tau sendiri kan?"

Azura membelalakkan matanya, "Kok bisa jadi... Eh, sorry, gue nggak maksud kepo sama urusan lo," katanya sambil tersenyum canggung.

"Nggak papa," balas gue tersenyum maklum.

Apa gue harus membuka kembali masa lalu itu?

Hening sesaat. Gue terus menatap Azura. Sedangkan Azura menengadahkan kepalanya menatap pohon-pohon yang menjulang tinggi. Tanpa sadar, gue sendiri tersenyum melihat Azura. Mungkin semua orang menilainya sebagai cewek nakal dan bar-bar, tapi tanpa mereka tau, Azura adalah cewek yang juga mempunyai sisi kelembutan dan kadang terlihat seperti anak kecil yang sangat penakut.

Gue suka sama lo, Galexia Azura.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now