Part 42

1.7K 77 2
                                    

Azura

Gue nggak tau kalo gue bisa ngelakuin hal kayak gini. Meluk Auriga, terus nangis sambil narik-narik kerah kemejanya. Napas gue tersengal, gue capek nangis, gue ngantuk. Apalagi tangan Auriga yang nggak berhenti mengelus kepala dan punggung dengan lembut. Sebenarnya gue mau protes soal dia mengecup puncak kepala gue, tapi gue hanya menumpahkan beban gue ke dia.

"Sshh, ada gue disini," kalimat itu lagi.

Gue berhenti menangis dengan napas yang perlahan kembali normal. Gue meregangkan pelukan dan memejamkan mata di dada bidang milik Auriga. Lalu semuanya gelap.

ΦΦΦ

"GA!"

Gue membuka mata perlahan. Sedikit buram, tapi lama kelamaan pandangan gue bisa terlihat jelas kalau gue saat ini berada di kamar gue. Kok bisa? Mungkin Auriga. Siapa lagi yang tadi bersama gue. Suara bentakan tadi membuat gue terbangun. Segera gue bangkit dan berlari kecil menuruni anak tangga.

"Gue nggak ngapa-ngapain Azura!" suara itu semakin jelas.

Gue rasa sumbernya ada di ruang tamu. Gue berjalan tergesa-gesa kesana, dan langsung berjengit kaget melihat Auriga yang tersungkur di lantai dengan darah segar yang mengalir di sudut bibirnya. Gue melirik ke depan Auriga, disana terlihat Mikko yang membelakangi gue dengan kedua tangan terkepal dan napasnya yang memburu.

"Dia benar, Mik."

Kedua cowok itu langsung menoleh ke arah gue dengan terkejut. Gue berjalan mendekat dan langsung memberi satu tonjokan ke wajah Mikko. Dia nggak protes, dengan satu tangan mengusap bekas tonjokan gue.

Gue beralih ke Auriga dan langsung berjongkok membantu Auriga bangun. Dia mengusap darah di sudut bibirnya dan menatap tajam ke arah Mikko. Kini mata gue beralih menatap Mikko yang sibuk membalas tatapan tajam dari Auriga.

"Ada apa?" tanya gue dengan suara dingin.

"Lo nggak diapa-apain sama Auriga?!" tanya Mikko sedikit membentak.

"Kenapa emangnya?" gue bertanya balik.

Mikko mendengus, "Gue nggak mau lo kenapa-napa."

"Mendingan lo diem aja deh kalo nggak tau masalahnya."

Saat Mikko membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, dari luar terdengar suara bel pintu dan suara cempreng khas cewek yang terus meneriaki salam. Gue mengernyit hendak hendak membuka pintu, tapi tangan gue dicegah sama Mikko. Gue seperti mengenal suara ini, tapi dimana? Kapan?

Mikko berjalan melewati gue kemudian membuka pintu rumah. Gue dan Auriga mengikutinya dari belakang, dari sana gue tau kalau kedua tangan Mikko terkepal kuat.

"Mikko! Putu kangen Mikko! Mikko kangen nggak sama Putu?"

Gue dan Auriga saling tatap. Putu? Gue berjalan mendekat ke arah mereka. Saat sampai di samping Auriga, cewek itu menghambur dan memeluk Mikko sangat erat. Rambutnya sebahu, tingginya hampir sama dengan gue, cuma dia sedikit lebih pendek. Pipinya chubby. Auriga tidak membalas pelukannya, tapi justru menjauhkan cewek itu dan memberi tatapan tajam. Cewek itu sedikit terkejut, tapi kembali tersenyum lagi. Matanya sipit, senyumnya manis.

"Mikko, udah lama nih kita nggak jumpa!" ucapnya bersemangat.

Gue berdehem saat Mikko masih diam dan terus menatap cewek bernama Putu itu. Dilihat dari segi berpakaian, dia sama kayak gue. Tapi lebih simpel dan kelihatan seperti anak kecil. Dari ngomongnya aja bisa ditebak.

"Kita masuk dulu yuk!" ajak gue sambil tersenyum ke arah Putu.

Cewek itu beralih menata gue dengan senyuman mengembang, "Iya."

Kami semua duduk di sofa ruang tamu. Tak lupa gue juga memberikan mereka sirup yang sudah ada di kulkas. Mikko masih sama, hanya saja tatapannya ke arah lain. Sedangkan Auriga menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Jadi, nama lo Putu?" gue membuka percakapan.

Putu tersenyum, "Iya. Kenalin," dia menjulurkan tangan dan gue sambut juga, "Namaku Ni Putu Sinthya Ningsih, panggil aja Putu."

"Gue Galexia Azura. Panggil Azura aja."

Gue melepas jabatan tangan kemudian menyikut Auriga untuk ikut berkenalan, "Gue Auriga," ucapnya tanpa menjabat tangan Putu.

"Lo ngerti rumah gue dari siapa?" tanya gue pada Putu.

"Dari Papanya Mikko. Katanya Mikko ada disini, jadi Putu mutusin buat kesini aja."

Gue manggut-manggut, "Dari Bali ya? Kok nama lo gitu."

Putu mengangguk antusias, "Iya. Mikko juga dari Bali."

Mikko dari Bali?

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now