Part 6

2.8K 113 0
                                    

Azura

Gue dan dua sahabat gue, segera pergi ke lapangan yang tak jauh dari sekolah gue. Lapangan itu jauh dari pemukiman warga, jadi tak jarang banyak pelajar yang menggunakan tempat itu untuk adu jotos, kayak gue misalnya.

"Nggak capek lo? Abis mabal trus ketahuan Pak Bara masih aja mau berantem sama Auriga," cerocos Althea di belakang gue.

Gue cuma mengedikkan bahu dan terus berjalan mendekati tiga cowok yang jaraknya sepuluh meter dari posisi gue. Dari jarak segitu, gue bisa lihat Auriga tersenyum mengejek dengan tangan disilangkan di atas perut datarnya. Sok ganteng!

"Sampe juga lo akhirnya," kata Auriga saat gue udah di hadapan cowok itu.

"Gue ada urusan tadi," jawab gue santai.

Leo mendekatkan wajahnya ke telinga kanan Auriga. Dia membisikkan sesuatu yang bikin gue semakin pengen nonjok wajah Auriga yang sialnya tampan itu.

"Bener nih mau balas dendam?" bisik Leo dengan wajah ragu.

Auriga hanya mengangguk dan langsung menarik kerah seragam gue. Gue hanya terkekeh saat melihat wajah Auriga yang penuh dengan bekas tonjokan gue kemarin.

"Mulai duluan nih? Tumben?" tanya gue tanpa memalingkan wajah untuk menghadap Auriga yang lebih tinggi dari gue.

"Biar pernah," jawabnya.

Kemudian dia langsung menonjok pelipis gue lumayan keras. Gue terjungkang ke belakang dan segera bangkit untuk membalas Auriga. Gue memberi bogem mentah dua kali ke rahangnya dan satu kali tonjokan di perutnya.

Gue baru sadar kalau dua sahabat gue dan dua sahabat Auriga hanya diam menonton gue dan Auriga yang terus adu jotos.

"LO GILA YA?!"

Teriakan dari Althea berhasil membuat kegiatan gue dan Auriga langsung terhenti. Gue menoleh ke belakang, dan bisa gue lihat sekarang, wajah Althea merah akibat emosinya yang meluap.

"Lo kenapa?" tanya Cherise sedikit takut melihat ekspresi wajah Althea.

Sedangkan Althea hanya diam dan mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia memberi tatapan membunuh pada Auriga. Baru aja gue mau menghampiri Althea, tiba-tiba Althea berjalan melewati gue dan langsung memberi tamparan keras kepada Auriga.

Semuanya tertegun. Gue menghampiri mereka dengan wajah cemas melihat Althea yang sedang murka ini. Karena kalau Althea sudah begini, gue bisa begadang semaleman gara-gara mikirin wajah serem Althea.

"The, lo--"

"Lo juga, Ra!" bentak Althea.

Gue membulatkan mata nggak ngerti maksud Althea. Baru aja gue mau nanya alasan dia marah ke gue, tiba-tiba Althea menjewer Auriga sampai cowok itu meringis kesakitan. Sedangkan dua sahabatnya tidak bisa berkutik untuk menolong Auriga.

"Sekali lagi mulai nonjok Azura duluan, gue bakal bunuh lo!" ucap Althea dengan murka.

Gue dan semua yang ada disitu --kecuali Auriga dan Althea-- hanya memberi tatapan heran. Memang, Auriga nggak pernah nonjok gue duluan, karena katanya cowok harus ngalah.

"Kasih tau alasan lo kenapa nonjok Azura duluan?!" tanya Althea dengan tangan masih menjewer Auriga.

Cowok itu meringis kesakitan, "Iisshh, gue mau balas dendam."

Gue menautkan alis. Nggak biasanya Auriga balas dendam karena kekalahannya kemarin. Karena gue kesal, jadilah gue langsung menendang kaki Auriga dengan keras.

"Shit!" umpatnya sambil memegangi kaki.

Althea melepas jewerannya dan segera menarik gue dan Cherise untuk pergi dari tempat itu. Sebelum itu gue ngelirik kedua sahabat Auriga yang terkekeh pelan melihat ketuanya diserbu oleh dua cewek sekaligus.

ΦΦΦ

Setibanya gue di rumah, gue langsung pergi menuju lantai atas. Seperti biasa, rumah gue selalu sepi. Hanya suara air di akuarium yang mendominasi ruangan rumah gue.

Gue mendengus saat merasakan pelipis gue yang perih akibat tonjokan Auriga. Tubuh gue lengket penuh keringat akibat menguras tenaga untuk Auriga.

"NON, MAKAN SIANG DULU!" teriak Bi Ana dari bawah.

"IYA, ARA MANDI DULU!" balas gue.

Di lingkungan rumah, gue biasa dipanggil Ara. Oke, lupakan itu. Gue membuka kancing seragam sekolah dan langsung melemparnya ke keranjang baju kotor. Lalu gue melepas rok dan melakukan hal yang sama lagi.

"Ah, legah!" ucap gue sambil mengipas-ngipas area leher yang penuh keringat.

Gue memandang tubuh gue di cermin panjang kamar, kini gue hanya memakai tank top dan hot pants. Gue meneliti satu persatu lebam di tubuh gue. Banyak yang sudah mulai menghilang tapi timbul lagi yang baru akibat perkelahian kemarin dan tadi.

Ponsel gue berdering. Gue segera mengambilnya di dalam tas dan melihat caller ID yang tertera di layar ponsel gue. Cherise.

"Apa?"

"Nanti gue ke X1, ikut nggak?"

"Yaudah, jam berapa?"

"Sebelas. Gue tunggu kedatangan lo."

Setelah itu gue melempar ponsel ke atas kasur dan segera masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan dan membersihkan diri. Malam ini, gue bakal istirahat sejenak.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now