Part 13

2K 90 0
                                    

Azura

Gemericik air di akuarium gue mendominasi ruangan ini. Hanya ada gue yang sedang sibuk menghabiskan makan siang di ruang tamu ditemani si Putih kucing kesayangan gue.

"Heh, Putih! Ntar kalo lo udah gede, yang mandiri ya! Biar kayak gue gini," ucap gue pada kucing itu.

Gue menyendokkan satu suapan nasi ke dalam mulut lalu melipat kedua kaki untuk duduk di sofa. Putih terus menggeliat di karpet berbulu dan sesekali melompat-lompat hingga menimbulkan suara gemerincing kalung yang dipakai. Putih adalah sejenis kucing Anggora berwarna putih tulang dan baru saja berumur tiga bulan. Jenis kelaminnya cewek. Kalau udah gede, gue pengen dia nggak gampang takut kayak gue. Kecuali urusan horor.

"BIK ANA, PUTIH UDAH MAKAN BELOM?"

"UDAH, NON!"

Setelah memastikan Putih udah makan, gue kembali menyantap makanan gue. Gue melirik jam besar di ruang tamu, masih jam empat sore.

Seharusnya ini makan sore, bukan makan siang.

Setelah menghabiskan makanan gue, Putih berlarian dan itu membuat gue serasa punya temen di rumah. Saat gue menaruh piring di wastafel, Bi Ana izin keluar untuk beli obat sakit kepala di warung terdekat. Bi Ana memiliki riwayat penyakit migrain, kalau kecapekan sebentar bisa kambuh.

"Non, Bibi keluar dulu ya. Mau beli obat," katanya sambil menunjukkan beberapa lembaran uang.

Selesai menutup kran air, gue mengelap tangan di celana gue lalu menghadap Bi Ana.

"Pake uang Ara aja, Bi," gue segera mengeluarkan beberapa uang untuk membelikan Bi Ana obat.

"Nggak usah, Non. Nggak mahal kok," tolaknya.

Tanpa persetujuan Bi Ana, gue segera memberikan uang itu ke tangan Bi Ana. Bi Ana terus menolak, jadi gue memasukkan kedua tangan ke saku celana.

"Nggak usah sungkan lah, Bi. Ara seneng kok bisa bantuin Bibi," ujar gue.

Setelah mengucap terima kasih sebanyak tiga kali, Bi Ana langsung pergi membeli obat di warung terdekat. Cuma Bi Ana dan Putih yang selalu ada di rumah gue, sekaligus penghibur gue setelah Althea dan Cherise.

"Males banget di rumah. Enaknya ngapain ya?" tanya gue pada diri sendiri.

Gue memutuskan untuk berjalan ke ruangan sebelah kamar gue. Disana sudah ada beberapa alat fitness dan samsak sebagai alat favorit gue.

"Olahraga aja deh, biar sehat."

Gue menghampiri samsak itu lalu melepas kaos yang menempel di tubuh gue. Kini tersisa tank top hitam dan celana abu-abu selutut. Gue meninju-ninju samsak itu sekuat tenaga. Alat itu juga sebagai pelampiasan gue kalau lagi banyak masalah.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now