Part 19

1.9K 82 0
                                    

Azura

Seharusnya, gue nggak nyuruh Cherise dan Althea kabur dari latihan Paskib. Dan disinilah kami, di tengah lapangan dengan panas matahari yang membakar kulit kami bertiga dijemur habis-habisan oleh Kakak kelas sialan bernama Auriga. Baru sepuluh menit kami berjemur disini, tapi kepala gue udah mendadak berat. Bukan hanya dijemur, kami juga harus hormat bendera dari jauh. Seandainya gue ngikutin saran Althea yang seharusnya kami bertiga nggak kabur dari Auriga dan gengnya.

"Males nih gue latian Paskib," ucap Cherise sambil merapikan rambutnya yang berantakan.

Gue meliriknya sebentar, "Ikut gue kabur nanti."

Althea yang tadinya sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas langsung berhenti dan menatap gue sama Cherise tajam. Gue menaikkan kedua alis, mendongak sedikit dan tetap melanjutkan bermain HP.

"Nggak! Gak usah kabur. Kalo kabur malah nggak selesai-selesai," katanya.

"Cuma sekali elah," balas gue.

Althea berdesis dan kembali memasukkan barangnya ke dalam tas. Gue mematikan HP karena baterai udah hampir mendekati ajalnya.

"Nanti kabur lewat pintu gerbang belakang aja," ujar gue.

Cherise mengangguk semangat, sedangkan Althea hanya mengangguk pasrah saat gue mengatakan itu.

Tidak lama bel pulang bunyi, kami bertiga segera berlari menuju pintu gerbang belakang. Pintu itu tidak besar seperti gerbang sekolah bagian depan, hanya bisa dilewati dua orang jika itu jalannya bersisian.

Gue celingak-celinguk mengawasi keadaan sepi, sedangkan mereka berdua udah membuka pintu itu. Cherise berjalan duluan, lalu disusul oleh Althea. Tapi saat Althea baru aja jalan, rambutnya nggak sengaja nyangkut di ranting-ranting pohon.

Gue segera menolongnya melepas rambut yang menyangkut di ranting pohon itu. Cherise juga mencoba mengambil daun-daun yang menghalangi.

Saat gue mendengar suara langkah kaki, kami bertiga segera bersembunyi dengan membawa serta ranting pohon yang masih menyangkut di rambut Althea. Karena mereka berdua udah jalan duluan, gue menutup pintu gerbang itu sedikit keras hingga menimbulkan suara. Pada akhirnya gue takut dan langsung jatuh terjerembab ke tanah.

"Siapa itu?!"

Gue langsung meneriaki nama Althea dan Cherise untuk meminta bantuan. Tapi mereka malah kabur. Dasar! Gue mengulum bibir dan berjongkok di pojok pintu itu agar tidak terlihat.

"Le, Ren, lo pergi kesana! Gue ke arah sini."

Gue kenal suara itu. Dengan kecepatan penuh gue berlari menghindari pintu gerbang yang dibuka oleh seseorang itu. Tapi karena kalah cepat, tangan gue ditarik oleh seseorang itu dan mau nggak mau gue jatuh ke ... pelukannya.

"Sss... Sakit gila!" gue memukul dada orang tersebut.

"Diem! Ikut gue sekarang!" jawabnya sambil melepas pelukan tadi.

Gue mengikuti arah cowok bernama Auriga itu sambil mencibir pelan di belakangnya. Bagaikan kambing peliharaan, tangan gue ditarik paksa oleh cowok itu. Dari jauh gue juga liat Althea dan Cherise udah berhadapan dengan Leo dan Tarendra.

"Nggak usah kabur, karna gue bakal tau lo ada dimana," ucap Auriga lalu mensejajarkan jalannya dengan gue.

"Masa? Gimana caranya?"

"Nggak perlu tau. Intinya gue bakal ada di tempat lo berada."

"Gue bukan bintang ya! Kayak nyanyian tau gak ucapan lo," gue memutar bola mata jengah.

Auriga berdecih, "Lo nggak nyadar apa nama lo berhubungan sama benda langit?" tanyanya.

Gue mengerutkan dahi, "Galexia Azura? Gue taunya sih cuma Galexia-nya aja, yang Azura kagak," jawab gue santai.

"Azura tuh artinya Langit Biru. Kalo digabung ya jadi Galaksi di langit biru," ujarnya.

Sama aja masih kayak lagu.

Gue tertegun beberapa saat hingga tak sadar bahwa gue juga menghentikan langkah menuju lapangan. Gue melirik Auriga yang masih berjalan terus sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

Auriga menoleh ke belakang, "Kenapa diem? Cepet! Mau pulang apa enggak?!" dan akhirnya mau nggak mau gue ngikutin perkataan Auriga.

Gue tersentak ketika merasakan tangan gue ditarik oleh seseorang. Gue menoleh cepat dan menemukan siapa yang menarik tangan gue.

"Ngapain?" tanya gue panik.

Cowok itu menyeka keringatnya lalu menoleh sebentar ke belakang, "Kita latihan. Ntar bos gue marah kalo kita nggak ngejalanin tugas dari Bu Siska," jawab Leo.

Pasrah.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now