Part 10

2.4K 102 0
                                    

Azura

Dengan keringat dingin yang membasahi pelipis, gue menarik-narik kemeja Auriga agar tidak terus-terusan melotot ke arah Mikko. Sedangkan Mikko, dia hanya tersenyum kemenangan saat melihat Auriga.

"Jadi, lo masih inget ucapan gue kemarin?" tanya Mikko sambil membuka kedua tangannya.

"Game?"

Gue mengernyit. Gue kira ucapan Mikko kemarin hanyalah gurauan semata, namun tidak dengan sekarang. Matanya memancarkan aura keseriusan saat menanyakan hal itu. Gue melepas tangan Auriga yang masih melingkar di perut gue, lalu berdiri di sampingnya dengan perasaan was-was.

"RA!"

Gue menoleh mendapati Althea dan Cherise berjalan tergesa-gesa ke arah gue. Setelah mereka sampai di samping gue, mereka menatap tajam ke arah Mikko. Mereka tau kalo gue sering digodain Mikko, karena gue selalu cerita kelakuan Mikko saat mencoba mendekati gue.

"Mau lo apa?" tanya Auriga ketus.

Sebelum menjawab, Riyan datang dengan membawa shot glass berisi bir. Dia tersenyum miring kepada Mikko lalu meneguk minumannya.

"Gampang. Cuma lima kemauan gue," jawabnya enteng.

Lima?!

"Lima?! Itu yang lo bilang cuma?!" protes Cherise.

Gue melirik Auriga yang sedang mengatur napasnya karena emosi. Dia mendengus kesal saat melihat wajah Mikko yang tersenyum penuh kemenangan.

"Terserah! Gue udah nggak punya urusan lagi sama lo!" kemudian Auriga pergi meninggalkan kami bertujuh.

"Cih! Udah ngaku kalah duluan mah kalo gitu," ucap Riyan lalu kembali meneguk minumnya.

Tanpa perlu berpikir lagi, gue segera keluar menyusul Auriga yang jalannya super cepet itu. Sebenernya gue kesel, gara-gara Mikko udah bener-bener ngerusak rencana hiburan gue malam ini. Tapi gue nggak tau alasan gue tiba-tiba ngejar Auriga.

"GA!"

Auriga berbalik ke belakang dan menatap gue datar. Gue tau dia masih emosi karena ucapan Mikko tadi.

"Kenapa lo ngikutin gue?"

Boom! Gue menggaruk pelipis dan mata gue bergerak sana-sini untuk mencari alasan yang tepat. Kenapa gue jadi mati kutu gini?

"Mmm... Lo kenapa sih sama Mikko? Heran deh gue," pura-pura bego emang bermanfaat.

"Lo juga. Mikko kok deketin lo terus sih?"

Hm. Gue memutar bola mata malas. Ditanya malah balik nanya. Gue menengok ke belakang dan memastikan semuanya aman. Hanya ada dua bodyguard yang berjaga di depan pintu club.

"Dia suka gue."

Mata Auriga sedikit membesar saat gue memgucapkan kalimat itu. Baru aja gue mau nanya alasan dia nggak suka sama Mikko, tiba-tiba Mikko datang bersama yang lain.

ΦΦΦ

Auriga

"Dia suka gue."

Kayak ada cubitan kecil di hati gue. Entah itu gara-gara apa, intinya sedikit sakit. Gue pengen tau semuanya. Gue pengen tau Azura kenal Mikko dari siapa dan sejak kapan.

Waktu gue mau buka mulut, tiba-tiba Mikko datang bersama yang lain. Mikko menyeret paksa gue ke parkiran yang agak jauh dari pintu utama club. Gue bisa lihat wajah khawatir dari Leo dan Tarendra dari kejauhan.

"Mau lo apa?!"

Mikko tersenyum miring lalu melepas cengkeraman tangannya. Dia memberi isyarat kepada Riyan agar mendekat. Begitu Riyan mendekat, dia langsung melayangkan satu tinju di rahang gue.

Sakit!

"Oke, kita mulai sambil main," ujarnya sambil memberi ancang-ancang untuk menonjok gue lagi.

Tanpa pikir panjang apa maksudnya, gue memberi satu bogem ke rahangnya dengan keras. Lalu dua tinju ke perut Riyan dan satunya lagi di pelipis kirinya. Nggak terima partnernya terluka, Mikko segera bangkit dan menonjok pipi kanan gue.

"STOP! STOP!"

Suara Leo terdengar keras, tapi gue nggak berhenti gitu aja. Dengan emosi yang tinggi, gue meninju Mikko lagi dibantu oleh Leo dan Tarendra. Mikko nggak putus asa, dia dan Riyan bangkit lalu meninju komplotan gue habis-habisan.

Gue sempet ngelirik ke belakang. Disana tiga cewek dengan wajah cemasnya hanya melihat dari jauh. Mungkin mereka juga ingin ikut gabung, tapi mini dressnya menjadi kendala bagi mereka. Saat konsentrasi gue buyar, Riyan melayangkan tiga tinjuan ke perut gue. Dan akhirnya geng gue kalah.

"Lima permintaan karena lo kalah," ucap Mikko dengan napas yang tersengal.

Azura, Althea, dan Cherise berlari menghampiri gue dan ikut membantu berdiri. Gue mengatur napas lalu menatap Mikko penuh kebencian.

"Apa?"

"Pulang sekolah besok, kalian bertiga," Mikko menunjuk satu-satu temen gue, "Adu jotos sama gue dan Riyan."

Awalnya gue pengen nolak, karena gue udah janji ke Mama kalo besok gak bakal keluar rumah. Bukan berartingue cemen, tapi gue pengen bikin Mama bahagia.

"Kalo kalian kalah, gue bakal nambah satu permintaan lagi. Sedangkan kalo menang, gue bakal mengurangi permintaan gue."

Gue dan dua temen gue saling lirik. Leo dan Tarendra setuju. Akhirnya gue menjulurkan tangan dan disambut baik oleh Mikko.

"Deal!"

Game Over (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang