Part 18

2.1K 89 2
                                    

Auriga

"Siniin!"

Gue memutar bola mata jengah melihat kelakuan Leo dan Tarendra saat ini. Mereka berdua merebutkan bolpoin berwarna biru itu sampai-sampai saling mengejar. Banyak anak kelas yang protes karena mejanya menjadi berantakan akibat ulah mereka.

Tentu saja mereka hanya nyengir dan melanjutkan aksi kejar-kejaran itu. Dari pada gue memperhatikan mereka, mending gue belajar Fisika untuk ulangan nanti. Gue mengambil buku paket, kertas kosong, dan bolpoin yang hampir menjadi korban sialan sama Leo dan Tarendra.

"Ga, gue boleh minta ajarin nggak?"

Gue menoleh ke samping saat ada cewek berambut pendek sedang berdiri di sebelah meja gue sambil membawa buku paket Fisika. Sebenernya gue nggak mau, tapi karena itung-itung bagi ilmu, gue mengangguk lalu menyuruh cewek itu duduk di sebelah gue.

"Yang mana?" tanya gue sambil mengubah posisi menjadi miring ke kanan.

"Nomer tiga," tunjuknya.

Gue melihat soal itu dan membacanya dengan seksama. Kemudian gue meraih kertas kosong dan bolpoin milik gue untuk dijadikan sebagai tempat mengerjakan soal itu.

Saat tangan gue masih sibuk mencoret-coret angka, cewek itu menanyakan hubungan gue dengan Azura selama ini. Tidak lupa juga dia memberi makian kepada Azura yang entah gue sendiri nggak suka dengernya.

"Masa lo deket sama Adik kelas nakal itu, Ga?" tanyanya.

Gue hanya membalas dengan deheman dan terus menunjukkan cara kerja otak gue untuk mengerjakan soal ini.

"Cewek nggak punya harga diri. Dikit-dikit nantangin orang yang nggak sengaja nyenggol dia," lanjutnya.

"Gue sendiri heran, kok ada ya cewek kayak gitu."

Gue menghentikan aksi menulis jawaban di kertas. Cewek bernama Rista itu terus mencecar Azura yang katanya sangat bandel. Gue setuju itu, tapi nggak harus menilai semua kejelekan dia.

"Ya kayak nantangin Kakak kelas berantem. Dia kan cewek! Kayak nggak tau cewek aja. Caper!"

Kedua alis gue terangkat, "Gue juga bandel."

"Lo beda. Meskipun bandel, tapi tetep jadi juara di sekolah," jawabnya.

Gue memutar bola mata jengah menatap cewek di hadapan gue ini. Niatnya mau diajarin malah ngejelekin orang.

"Berisik! Lo diem atau gue nggak mau ngajarin lo lagi?!" gue mengancamnya dengan tatapan tajam.

Rista mendengus kesal lalu kembali diam. Gue juga kembali mengarjarkannya cara mengerjakan soal nomer tiga itu. Awas aja kalo berisik lagi, bisa gue gibeng nih anak. Nggak peduli cewek atau cowok.

Lima menit kemudian, kelas gue ulangan Fisika. Untung gue udah belajar, jadi mungkin nanti gue nggak terlalu sulit buat ngerjain soalnya. Bu Shinta mulai membagikan kertas soalnya dan memberi waktu satu jam untuk mengerjakannya.

ΦΦΦ

Lima menit gue menunggu pesanan bakso gue, dan akhirnya datang. Leo dan Tarendra segera duduk di hadapan gue dengan tangan penuh. Gue mengerutkan dahi ketika menyadari Tarendra membawa dua mangkok bakso.

"Nih, bos. Uangnya pas lho!" kata Leo sambil menyodorkan satu mangkok bakso ke arah gue.

Setelah mengucap terima kasih, gue menyuapkan satu bakso kecil ke dalam mulut. Karena gue nggak suka saos atau kecap, gue memilih untuk tidak memakai keduanya.

"Lo beli dua?" tanya gue melirik Tarendra.

Tarendra menghentikan kegiatan menuang sambal di mangkok. Dia mendongak sedikit menatap gue dengan heran. Tarendra menaruh sendok sambal itu ke tempatnya lalu mengedarkan pandangannya. Kemudian kembali menatap gue. Membingungkan.

"Lo nanya gue?"

Astaga!

"Iya lah bego!" saut Leo cepat.

Gue berdecak kesal melihat kelakuan Tarendra. Dia nyengir sambil menggaruk pelipisnya kemudian meminta maaf karena dirinya gagal fokus.

"Lo nanya apa tadi?"

Fuck!

"Mau gue beliin obat tetes telinga gak? Mumpung gue baik hati," ucap Leo yang sudah geregetan.

Gue merapatkan bibir agar tidak mengatakan umpatan kasar ke Tarendra sekarang. Bener-bener bikin gue pengen nabok pake sepatu pantofel Papa.

"Itu bakso," ucap gue lembut sambil menunjuk satu mangkok di sampingnya, "Buat siapa?" tanya gue masih dengan suara lembut.

Tarendra mengangkat kedua alisnya, "Oh! Ini semua buat gue."

Leo tersedak dan langsung mengambil air mineral di hadapannya. For your information, selain bego, Tarendra juga rakus.

Game Over (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang