Part 31

1.2K 58 0
                                    

Auriga

Diskon. Hanya gara-gara itu Mall malam ini rame banget. Gue berdecak pelan saat menunggu Mama belanja dari jam setengah delapan sampai jam setengah sembilan malam belum kelar juga. Nyesel gue, udah batalin acara makan-makan di rumah Tarendra. Selain bisa tidur disana, lumayan juga ada hiburan ngumpul bareng. Bukan malah kejebak disini dengan lautan para wanita yang heboh memilih tas dan sepatu diskonan.

"Nungguin pacarnya ya, Dek?"

Gue menoleh dan langsung mendapati laki-laki paruh baya sedang menggendong anaknya. Dia duduk ditemani oleh tiga kantong kresek berukuran besar di sampingnya.

"Bukan, Om. Mama saya," jawab gue sopan.

Laki-laki itu hanya manggut-manggut lalu kembali memperhatikan sekeliling. Gue yang udah mulai bosen, kini pergi berkeliling sebentar untuk mengusir kebosanan yang melanda. Dengan santainya gue berjalan menghampiri penjual minuman disana. Tenggorokan gue kering kelamaan nungguin Mama.

Setelah gue memesan minuman disana, gue duduk di bangku-bangku yang disediakan. Dari jauh gue lihat Mama yang sibuk memilih tas sambil berdiskusi dengan seorang wanita di sebelahnya. Saat pesenan gue datang, gue segera menyeruput minum itu sambil memperhatikan sekeliling.

"Gila! Berat banget!"

Gue menoleh ke samping. Cherise dan Althea. Mereka berdua sedang berjalan dan masing-masing membawa empat kantong kresek berukuran besar. Dengan susah payah mereka berjalan keluar dari kasir. Gue hanya tersenyum dalam hati melihat kelakuan para cewek ini. Salah siapa beli segitu banyak?

"Tinggal turun dari eskalator, jalan delapan puluh meter, sampe deh di parkiran," ucap Althea dengan wajah yang dipenuhi keringat.

Ada yang kurang.

Gue kembali menyeruput minuman gue dan juga mendengarkan setiap obrolan dari mereka. Saat mereka berjalan mendekati tempat gue, mereka kembali membuka suara.

"Kita langsung ke rumah Azura aja. Kasian banget tuh anak. Papanya baru aja pulang, eh malah bawa si kunyuk," kata Cherise dengan nada kesal.

Azura.

"Iya. Dengan kedatangan Papanga aja nggak suka, ini malah bawa-bawa Mikko. Disuruh nginep lagi! Haduh, kasian gue," timpal Althea.

Gue langsung beranjak berdiri dari tempat itu. Gue berjalan ke kasir untuk membayar minuman dan segera menghampiri Mama yang masih sibuk memilih belanjaan. Sedikit sulit mencari keberadaan Mama di tengah banyaknya kerumunan wanita.

"Ma, Ri–"

"Bentar-bentar. Bagusan warna Merah apa Ungu?" Mama mengangkat kedua tas itu di depan wajah gue.

"Ih, Maaa. Riga mau–"

"Pilih dulu."

Gue berdecak, "Merah."

Mama manggut-manggut lalu menaruh tas warna ungu di etalase, "Kayaknya bagusan warna ungu deh," Mama kembali mengambil tas itu.

Kalo gitu ya nggak usah nanya-nanya, Ma!

Tanpa persetujuan Mama, gue berlari menuju lantai dasar. Gue terus berlari menghampiri mobil dan langsung membuka kuncinya. Gue menyalakan mesin dan melajukannya dengan cepat. Bisa bahaya kalau Mikko deket dengan Azura lagi. Bahaya buat gue juga tentunya.

Ponsel gue berdering bertepatan dengan lampu merah. Gue melihat caller ID yang tertera di layar HP, Mama nelpon. Gue menyalakan speaker untuk tetap bisa mengendarai mobil.

"Apa, Ma?"

"Mama masih milih-milih baju, kamu tunggu ya. Mungkin satu jam lagi. Bagus-bagus nih, kamu mau Mama beliin nggak? Oh iya, Mama udah beli tas yang warna ungu, yang merah Mama kurang suka. Kamu jalan-jalan aja dulu, ntar Mama telpon lagi. Dadah sayang..."

Gue langsung mematikan HP dan kembali menyetir dengan normal. Butuh waktu lima menit lagi untuk sampai di rumah Azura. Gue mencari jalan tikus untuk sampai disana. Gue juga melihat mobil Cherise dari jarak seratus meter dari mobil gue. Saat mobil mereka berhenti di depan rumah Azura, gue ikut memparkirkan mobil di dekat rumahnya.

Bisa gue lihat sekarang, Cherise dan Althea sedang memencet bel rumah dengan beruntun. Sesekali Cherise berteriak dan Althea yang masih memencet bel rumah dengan sopan. Sedangkan gue hanya melihat di balik gerbang rumah Azura.

"MIKKO! KELUAR LO! MANA AZURA?!" teriak Cherise.

"OH IYA, LO MAU LIAT BELANJAAN KITA NGGAK?!" Althea menyautnya.

Gue terus memperhatikan pintu yang masih tertutup rapat itu. Sampai akhirnya pintu terbuka sedikit dan menampilkan wajah si brengsek Mikko dibaliknya. Gue semakin mendekat ke arah sana sambil mengendap-ngendap, dan akhirnya gue menagkap sosok Azura yang menangis.

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now