Part 39

1.8K 73 7
                                    

Auriga

Gue menggebrak meja dengan mata membulat. Demi apa?! Apa yang Leo katakan waktu di kelas tadi bener-bener dilaksanakan. Dia bilang kalau nanti istirahat dia bakal nembak Cherise secepatnya. Gue gak nyangka.

Gue saling tatap sama Azura, dia bilang, "Kalo kayak gini, kita nggak bisa musuhan."

Bener. Gue juga mikir begitu. Tapi gue bahagia kalau geng gue dan geng Azura bisa baikan. Karena gue juga udah nggak ada semangat buat adu jotos lagi sama mereka. Kalaupun juga Tarendra mau pacaran sama Althea, gue juga bakal dukung.

"Demi apa?!" tanya Azura histeris.

"Demi Tarendra yang suka barbie!" jawab Althea.

Gue hanya tersenyum melihatnya. Leo yang anti banget sama cewek, sekarang bisa bahagia bisa pacaran dengan Cherise.

"Kenapa, Ra?" tiba-tiba Tarendra dan Leo muncul menunjukkan cengirannya.

"Bener, Le? Gila lo! Kita nggak bakal bisa adu jotos lagi dong!" ucap Azura setengah bercanda.

"Bener lah!" Leo merangkul bahu Cherise.

"The, sini!" panggil Tarendra.

Gue menggelengkan kepala saat Althea menghampiri Tarendra penuh penasaran. Azura menoleh ke arah gue meminta penjelasan. Gue hanya mengedikkan bahu tidak tau. Tapi saat Tarendra memegang kedua tangan Althea, gue dan Azura terpekik kaget. Jangan bilang kalau Tarendra mau...

"Lo mau nggak, jadi pacar gue?"

Tuh kan!

"Gila gila gila!!!" Azura bertepuk tangan dan menghampiri mereka berdua.

Gue semakin terbahak saat Azura naik ke atas kursi dan berlagak seperti MC.

"Yak, saudari Althea. Apakah anda menerimanya? Jika anda menerimanya, acara akan dilanjutkan dengan prasmanan."

Gue tertawa lalu dengan cepat menggendong Azura sampai dirinya terpekik. Gue nggak peduli, yang penting dia duduk lagi kayak tadi, itu nggak sopan. Azura sempat memprotes, tapi gue memberi isyarat untuk tetep diem.

"Jawab, The!" suruh Cherise.

Althea membasahi bibir bawah lalu mengangguk samar, "I-iya."

Saat Tarendra hendak memeluk Althea, gue langsung berlari dan memeluk Tarendra dengan erat. Gue berteriak besorak kegirangan sambil mengangkat tangan. Akhirnya dua sahabat gue nggak jomblo lagi.

"Wuahahaha! Parah! ALTHEA SAMA TARENDRA JADIAN YA AMPUN ASTAGA!" Azura terus berteriak dan mengguncang bahu Althea dengan kencang.

Gue melepas pelukan karena Tarendra yang marah, gue berbalik dan menatap Leo dan Cherise bergantian.

"Jadi, gue dapet pajak jadian dari dua pasangan dong!"

"Lo nggak mau ngikutin jejak kita nih?" Leo memainkan kedua alisnya naik turun.

"Maksud lo?"

"Jadian sama Azura, misalnya."

ΦΦΦ

"Ra."

Azura berbalik, "Iya?"

Gue melepas selt belt lalu menghadap ke Azura sepenuhnya. Gue menengok ke pekarang rumahnya, ada mobil Mikko disana. Gue beralih menatap Azura yang masih menunggu gue bicara.

"Mikko masih disini?"

Azura mengedikkan bahu, "Gue maunya sih gitu."

Gue membelalakkan mata. Nggak mungkin Azura ngomong begitu. Dia nggak suka Mikko, tapi malah minta Mikko tetep di rumahnya. Berdua.

"Nggak usah kaget gitu kali!" kata Azura mengibaskan tangannya sambil terkekeh pelan.

Dia menyedot es jeruknya kembali. Gue mendengus, ketahuan kalau gue kaget denger dia bilang gitu.

"Gue nggak ada temennya di rumah. Bi Ana belum ada tanda-tanda kalo mau ke rumah," jelasnya.

Gue manggut-manggut lalu menghadap ke depan lagi. Suasana hening menyelimuti gue dan Azura di dalam mobil. Gue nggak tau kenapa dia masih belum turun dari mobil gue. Mungkin masih ngehabisin es jeruknya atau mau lama-lama deket sama gue? Gue terlalu menghayal. Gue juga nggak mau Azura cepet-cepet turun, gue maunya dia deket sama gue terus. Cuma itu.

"Tumben nyokap lo ngajak gue ke rumah lo?" tanya Azura memecah keheningan.

Gue menoleh sedikit, "Katanya ada yang mau dikasihin."

Azura mengangguk samar dan kembali menyedot es jeruknya lagi. Gue hanya memperhatikannya diam-diam. Sebenernya gue mau nanya kenapa dia waktu pingsan tadi bisa nyebut gue sebagai Papanya. Tapi mungkin ini terlalu sensitif, jadi gue hanya diam. Mungkin Azura nggak bisa nyeritain masalah itu dengan sembarang orang.

"Emang es jeruknya Bu Lin enak banget. Jeruknya kerasa, nggak banyak gula," ujar Azura sambil mengangkat kantong plastik berisi es jeruk itu ke arah gue.

Dari tadi belum habis juga.

Gue menarik pergelengan tangan Azura dan langsung menyedot es jeruk itu tanpa permisi. Gue melirik Azura sambil tersenyum, dia membulatkan matanya tanda protes. Setelah meminum sedikit es jeruk itu, gue menjauhkan tangan Azura.

"Ini sedotan yang sama, Ga..."

Game Over (Completed)Where stories live. Discover now