14. Menjadi istrimu

16.6K 1K 28
                                    

Note : mengandung adegan romantis yang membuat kamu meleleh!

Guin memejamkan matanya perlahan, menikmati angin sore yang berhembus pelan. Ia berdiri di depan balkon kamar barunya dengan Airlangga, baru saja mereka selesai berberes segala tetek bengek dan printilan printilan Guin. Airlangga masih mandi, untuk itu Guin memutuskan untuk menunggunya sambil menikmati pemandangan sore dari balkon.

Hari ini setelah orang tua Airlangga kembali ke Austria, Airlangga langsung memboyong Guin menuju rumah baru mereka, untuk sementara mereka akan tinggal disini agar Guin bisa beraktivitas di kampus tanpa memikirkan jarak dari apartemen Airlangga ke kampusnya. Lokasi rumah ini cukup dekat dengan kampus tidak seperti apartemennya dulu.

Tidak pernah ia duga sebelumnya bahwa hari ini akan datang, hari pertama dimana dia resmi menjadi istri Airlangga Lynn Marshall. Ia pikir hari ini hanyalah halusinasinya belaka. Oh, tentu saja!. semua terlalu cepat dan magic bagi seorang Guin. Ia baru sadar bahkan ketika Airlangga mengajaknya menikah, pria itu tak memberi waktu dirinya untuk memilih iya atau tidak, apalagi waktu untuk berpikir. Tidak sama sekali.

Guin mengambil smartphonenya untuk mengecek beberapa notifikasi, ia tidak mengabari siapapun saat ia menikah, bahkan ketika ia pindah ke apartemen Airlangga sampai hari ini ke rumah baru mereka. Guin tidak mengatakan apapun kepada Melly maupun Rani. Ada sepucuk rasa bersalah yang dirasakan Guin, bagaimanapun Melly dan Rani adalah sahabat baiknya. Namun ia juga tidak ingin hidupnya dipenuhi drama nantinya. Jadi biarkan dunia tahu dengan sendirinya tanpa ia harus repot membeberkan ini itu.

Ia membuka notifikasi dari Galih mengenai absennya Guin hari ini, juga beberapa kalimat bernada khawatir dari sahabat sahabatnya. Guin membalas sekenanya, beralasan jika dia sedang ada urusan keluarga. Yah, tidak sepenuhnya berbohong, karena sekarang dirinya dan Airlangga adalah sebuah keluarga.

Ceklek.

Guin menutup aplikasi WhatsAppnya untuk memberikan atensi penuh kepada Airlangga. Begitu pintu kamar mandi terbuka, Airlangga muncul dengan sepotong handuk yang melilit pinggangnya. Glup. Guin merona hanya dengan melihat itu, ia memalingkan wajah, belum terbiasa dengan keadaan ini.

Ekspresi Guin tak lepas dari pandangan Airlangga, lelaki itu hanya tersenyum simpul, menyadari kegugupan istrinya. Ia pura-pura menggoda Guin dengan mendekatkan dirinya.

"Belum waktunya berbuka, sayang. Atau kamu maunya sekarang. Siap?" bisik Airlangga di telinga Guin. Ia menaikturunkan alisnya menggoda.

"Ish, mas rese,, kedengarannya malah cringe tau" Guin menyenggol lengan Airlangga lalu masuk ke kamar mandi.

Guin melengsek masuk ke kamar mandi dengan wajah Merah menahan malu. Dasar pria.
"Idih, apaan sih"
______________________

Guin membuka matanya perlahan, suara dering alarm membuatnya terbangun. Ia merasa capek, semalaman suntuk ia digempur Airlangga. Ia mencoba bergerak, namun tangan Airlangga dengan seenak jidatnya nangkring di dada sebelah kanannya. Guin langsung mendelik dan mendapati Deru nafas teratur Airlangga, ia menoleh ke samping mengamati sejenak wajah tampan suaminya. Alis tebal, Chek, bulu mata panjang, Chek, hidung mancung, Chek, bibir kissable, Chek, jangan lupakan rahangnya yang tegas.

Menyadari alarm subuh sudah berbunyi, ia memutuskan untuk membangunkan Airlangga.

"Mas, bangun udah subuh" Guin melepaskan tangan besar Airlangga didadanya. Airlangga yang merasa tidurnya terganggu membuka mata, tersenyum sebentar lalu mengecup dahi Guin sebelum beranjak ke kamar mandi.

Jangan ditanya reaksi Guin, dirinya sudah panas dingin. Mimpi apa dia dapat suami seperti ini. Mengabaikan rasa perih di pusat tubuhnya, ia bangkit sambil menyiapkan peralatan sholat untuk mereka berdua.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now