54. SEMINAR

2.6K 349 123
                                    

Seminar proposal Guin hari ini bisa dibilang tidak terlalu lancar. Banyak sekali revisi yang harus ia selesaikan. Mulai dari penggantian subjek serta penambahan variabel yang ternyata cukup kompleks. Untung saja dosennya tidak membantainya terlalu parah. Sebab tadi ada salah seorang temannya yang dirombak habis-habisan judulnya karena tidak terlalu jelas kemana arah penelitian yang akan dilakukan.

Sebenarnya di beberapa kampus sudah menghilangkan Skripsi sebagai syarat kelulusan, mereka memakai metode baru agar mahasiswa lebih leluasa untuk berkembang. Salah satunya dengan join project bersama profesor atau memenangkan penghargaan tertentu. Namun, Airlangga menyarankan Guin untuk melakukan penelitian atau skripsi saja sebagai jalan ninja menuju wisuda.

Baru saja Gabriel juga telah selesai melakukan seminar proposalnya. Ia harus lulus bersama-sama dengan Guin karena itu adalah tugasnya secara alami.
Galih memberikan 2 buket jajanan ringan serta ucapan selamat kepada mereka berdua.

"Tiba-tiba muncul rasa iri deh, " Adunya

"Halah, besok juga lo seminar proposal juga Lih. Berdoa aja nggak dibantai terlalu banyak. Dan, jangan sampai malu-maluin kita, ya nggak El" Galih mencebik pura-pura kesal. " Ckck..Teman macam apa lo berdua, gue udah sempetin dateng tapi nggak ditraktir."

"Ayo, cepetan. Gue traktir" Gabriel berjalan mendahului.

"El, di resto Michelin gitu loh El sesekali."

"Di kota ini nggak ada Galih. Lo mau kita keluar kota cuma buat makan di resto berkelas yang porsi menunya mini gitu? " Guin melepas tas ranselnya untuk diletakkan di bagasi.

"Nanti aja lih kalo kita bertiga udah lulus, udah wisuda. Gue bakalan traktir di salah satu resto bokap gue. Udah bergelar michelin bintang 3. Makanya kita harus semangat buat ngerjain Srikpsi" Gabriel bertutur sambil memanuver mobilnya.

"Yah, minimal bantuin gue nyangkul ya lo berdua" Guin menambahi. Gabriel hanya mendengus kasar sementara Galih pura-pura tidak mendengar. "Yah, laki bukan sih lo berdua? "

"Masalahnya Guin, kita berdua enggak bisa panas-panasan gitu. Tapi tenang aja, kita bakan bantuin lo kalo di laboratoriumnya" Gabriel membela diri.

"Bukannya hal teknis gitu bisa dilakukan sama profesional ya? Lo tinggal memperkerjakan petani sekitar, 2 atau 3 orang petani cukup buat bantu lo. Gue rasa mereka lebih paham bertani daripada lo."

"Emang boleh gitu el? " Guin memasang wajah serius.

"Kalo practical gitu kan kita memang butuh Guin, kecuali kalo lo nyerahin penelitian lo ke mereka, itu baru menyalahi aturan. Lagian sama aja kali, lo minta tolong kita nyangkul sama minta tolong mereka nyangkul. Sama-sama nyangkul" Gabriel menyahut.  Alasan lainnya ya supaya tanggung jawabnya mencangkul bisa tergantikan.

"Enak banget lo berdua, coba aja gue bisa nyewa orang buat penelitian gue."

"Emang lo penelitian tentang apa lih? "

"Gue sih milih di laboratorium aja, seputar kontaminasi bakteri sama tingkat garam gitu"

"Lo sewa aja laboran buat ngerjain lih, udah opsi paling bagus tuh" Gabriel menjawab enteng.

Galih seketika menggerakkan kakinya ke arah Gabriel.
"aduh, jahat amat lu lih. Dikasih solusi malah ngasih air tuba ke gue" Gabriel mengelus betisnya sementara Galih memasang wajah bersungut-sungut, ia tak menganggap wajah kesakitan pura-pura Gabriel, justru ia masih ingin menendang betis Gabriel lagi dan lagi.

"Kalo gue minta bantuan kayak gitu ke laboran, yang ada skripsi gue dibakar di depan mata gue. Pokoknya nanti kalian berdua juga harus ikutan bantuin gue di laboratorium. " Guin dan Gabriel memasang wajah melas. Mereka khawatir, kalau-kalau Galih meminta mereka untuk menghitung bakteri. Sebab terakhir kali, Galih meminta bantuan mereka untuk menghitung jumlah sisik ikan. Kalo ikannya besar itu pasti bukan masalah, tetapi ini cenderung ikan kecil. Hal itu membuat mereka mengalami migrain keesokan harinya.

The Minister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang