16.JOGJA

12.5K 906 7
                                    

"Sayang..."

Airlangga meletakkan sepatunya di sembarang tempat, dia masuk rumah dengan tergesa-gesa. Setelah mendapat kabar dari mbak Yuli jika istrinya terlihat pucat dan lemah, dia langsung tancap gas untuk pulang. Tak peduli cekalan tangan Abimana yang memaksanya untuk kembali. Hari ini memang dirinya harus menghadiri pertemuan penting dengan Perwakilan dari European Commission untuk membahas pertemuan di Glasgow* pada November kemarin. Mau tidak mau akhirnya Abimana yang harus mengalah untuk menggantikan Airlangga.

Airlangga membuka pintu kamarnya, ia mengamati sekeliling untuk mencari Guin. Namun nihil. Kamar tersebut kosong. Kembali Airlangga berbalik arah, berjalan menuju dapur.

"Sayang.. kamu dimana?" Panggilnya setengah berteriak.

Tiba di dapur ia juga tak menemukan istrinya, ruangan itu sepi. Ia menghela nafas perlahan, masih sambil berdiri, memijit kepalanya yang mulai pusing. Tiba-tiba sepasang lengan memeluknya dari belakang. Airlangga melunak, ia bernafas lega. Guin berdiri dibelakangnya, menempel begitu erat dengan Airlangga.

"Stt.... "Airlangga berbalik badan, ia menatap wajah sayu istrinya sambil tersenyum.

"Kenapa?hmm" ucapnya sambil membelai kepala Guin. Sementara Guin hanya diam, tak bertenaga.

"Aku mual-mual, ketika aku cek ternyata negatif. Kayaknya cuma asam lambung mas" Guin menghembuskan nafas lelahnya.
" Gendong dong" ia segera mengalungkan lengannya ke leher Airlangga.

Airlangga tersenyum, menyambut Guin dalam gendongannya. Ia mengantarkan Guin ke kamar untuk beristirahat.
____________________

" Kamu yakin ikut berangkat? kamu masih terlihat pucat." Airlangga mengelus Surai hitam Guin sebentar sebelum wanita itu turun dari mobil. Hari masih gelap, karena rombongan Guin memutuskan untuk berangkat pukul 3 pagi.

"Aku nggak papa, aku ketua panitianya, mas, nggak mungkin nggak ikut. Nanti aku kabari kamu langsung kalo ada apa-apa. Oke" Guin memaksakan senyumnya agar terlihat ceria, ia tidak ingin Airlangga menahannya untuk mengikuti malam keakraban yang akan diadakan di Jogja. Ia mencium pipi kanan dan kiri Airlangga sebelum keluar dari mobil tanpa melambai ke arah suaminya.

Ia melangkah menuju teman - temannya tanpa menoleh kembali. Dari kejauhan ada Melly yang melambai-lambai tangan kearahnya.
"Guin, tumben Lo keliatan lesu gitu, btw ke bus yuk, anak anak udah pada ambil posisi"
Guin mengikuti Melly ke bus, rupanya semua peserta  sudah hadir, tinggal dirinya dan Melly.
"Lah, udah penuh gini Mel,"
Guin menaruh barang-barangnya lalu memberi arahan kepada teman-temannya.
Selesai mengarahkan, ia duduk disamping Melly, sementara temannya itu sibuk mengabsen temannya satu -persatu.

"Jogja, Jogja Yes Yes Yes...." Suara teman-temannya memenuhi perjalanan kali ini.

"Lo sehat kan Guin, bentar ..." Melly menyentuh dahi Guin." Alhamdulillah, enggak panas. Lo pakai liptint gih biar enggak pucat" Guin menyetujui saran Melly, diulasnya liptint ke bibirnya yang kering.

"Gimana?"

"Not bad, lebih manusiawi lah, hahaha" Melly membalas sambil meledek.

"Yahh, si teteh mah". Guin mendapati smartphone nya bergetar, Airlangga menelpon. Untuk sesaat ia menimbang-nimbang untuk mengangkatnya atau tidak.
"Halo, " begitu kata tersebut terucap, ia mendengar nada lega suaminya diseberang, disusul kalimat wejangan maut yang wajib ditaatinya ketika bepergian. Guin hanya mengangguk mengiyakan lalu mematikan obrolan.
Ia menengok ke samping, menemukan Melly yang sudah terlelap juga beberapa temannya yang lain. Guin menarik nafas panjang sejenak lalu ikut tidur.

Pukul 8 pagi, mereka tiba di tempat penginapan, Guin turun terlebih dahulu untuk mengurus Chek in agar teman-temannya dapat beristirahat sebentar.

"Atas nama Guinina Larasati kak, 56 orang" ucapnya kepada receptionist.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now