26. All is well

10.4K 804 17
                                    

Ketika badai telah berlalu dan kamu masih baik-baik saja. Itu tandanya kamu adalah orang terpilih yang kuat

______________

Alexander duduk di kursi penumpang bersama Guin. Sepanjang perjalanan ia hanya memeluk putrinya sambil mendengarkan cerita-cerita Guin.
Banyak hal-hal sulit yang sudah dilalui putrinya, ia menyayangkan dirinya yang tidak bisa berada disisi putrinya ketika Guin kesusahan.

"Pulanglah Guin, Austria menunggumu" ucapnya sembari menepuk-nepuk kepala Guin.

"Umm, aku perlu berdiskusi dengan mas Airlangga dulu Dad"

" Why?"

"Dad, umm. Aku sudah menikah"

"Shit, siapa yang berani menikahimu tanpa ijin dariku? Ceraikan saja Guin. Setelah semua ini terjadi. Dad ragu dia bisa melindungimu." Alexander menggeram, ada rasa marah yang terpancar. Ia masih tidak rela putrinya dimiliki lelaki lain, sementara dirinya baru bisa bertemu minggu lalu.

Guin tersenyum maklum, ia mengeratkan pelukannya di pinggang Alexander. Entahlah, ia ingin bermanja-manja pada ayahnya. Hmm, jadi seperti ini ya punya keluarga lengkap, yang saling menyayangi dan mengasihi. Guin meneteskan air matanya tak kuasa menahan haru.

Masa-masa sulitnya dulu berseliweran dibenaknya, juga ketika satu-persatu orang terdekatnya pergi. Neneknya, om Lucas, juga Tante Lisa. Sekarang ia seperti hidup kembali.

"Don't cry baby. Kenapa menangis, daddy sudah disini, sssttt" mendengarnya Guin justru semakin terisak-isak. Ia memanggil nama ayahnya berulang-ulang untuk meyakinkan diri bahwa ini nyata.

"Sttt..." Alexander menepuk-nepuk pundak Guin hingga gadis itu terlelap.

_____________________________________

Setibanya di Kampus, Guin berpamitan kepada ayahnya terlebih dahulu. Ia juga berpelukan sebentar sebelum melambaikan tangannya dan berjalan menuju kelas.

Rasanya sudah lama ia tidak masuk kelas, ia rindu belajar.

Setibanya di kelas Guin duduk seperti biasa, Melly dan Rani belum datang. Jadi dia memutuskan untuk menunggu keduanya.

"Guin, ini beneran elo?" Guin menoleh, mendapati salah seorang teman kelasnya.

"Ada apa, Sida?" Guin melihat gambar yang disodorkan Sida kepadanya.

"Oh, iya itu gue sama bapak gue, hmm kenapa?" Guin melirik teman-temannya yang mulai terang-terangan menatapnya penasaran.

"Bapak kandung atau bapak asuh alias sugar Daddy nih? Hmm sorry ya Guin. Kita cuma ga mau aja di kelas kita ada sugar baby"

"Hmm, gitu ya na, tapi aku memang manggilnya Daddy sih." Nana adalah mahasiswi tercantik satu angkatan, namun ketika dulu menjadi banquet, kerap kali Guin menemuinya bersama orang yang berbeda-beda. Mulai dari yang muda hingga yang paruh baya.

Guin tahu apa yang ada dipikiran teman-temannya ini. Sungguh picik sekali, tetapi Guin tidak bisa langsung menunjukkan bukti konkret. Ia ingin tahu mana teman yang baik dan busuk.

"Tuh kan, "sahut segerombolan cowok di barisan belakang.

Melly dan Rani datang. Mereka agak kaget suasana kelas menjadi tegang.

'Belum juga ujian, udah pada tegang aja'

"Kenapa Guin? Btw Lo baik-baik aja kan sekarang? Gabriel bilang Lo sakit"Melly mendekati Guin dengan hati-hati.

"Kok pada liatin Guin kayak gitu sih? Bubar Lo pada!" Teriak Rani.

"Eh, Ran. Ngapain Lo bela sugar baby segala. Dia udah ngaku tuh tadi. Beberapa hari nggak masuk palingan juga liburan sama daddynya" Nana menyalak membuat Rani dan Melly geram.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now