38. KEHILANGAN

9.1K 749 47
                                    

Backsound: Belum Siap Kehilangan - Stevan Pasaribu ft David Noah'
_____________________________________

"Guin, aduh. Lo demam ya. Kita anterin ke kos aja yuk. Nanti gue mintakan ijin ke pak Eko sama Bu Ina juga, itu Rani juga lagi ijin ke kak Andika biar Lo bisa pulang" Melly membantu Guin membereskan peralatan praktikum mereka. Setelah Rani mendapatkan ijin dari asisten praktikum mereka, ia menghampiri keduanya.

"Sorry ngerepotin kalian berdua lagi" Guin merapatkan jaket lusuhnya sebelum meninggalkan laboratorium. Melly dan Rani berjalan di belakangnya.

"Mel, Ran. Makasih ya. Bagi gue kalian sangat berharga." ucapnya ketika Melly membukakan pintu mobil.

"Lo juga berharga Guin, semangat terus kuliahnya. Semoga langgeng juga sama doi. Hehehehehehee" Rani memeluk Guin sebelum mereka berpisah.

" Jaga kesehatan ya Guin" Melly tersenyum sendu sebelum berlalu.

Guin menunggu Melly dan Rani berlalu dari gang kosannya, ia menatap kepergian dua sahabatnya dengan senyum lemah. Tanpa sadar ia meremas tangannya yang mulai berkeringat dingin. Tiba-tiba sebuah truk besar yang kehilangan kendali menabrak mobil Melly. Membuat mobil tersebut terpental hingga menabrak pohon. Guin berlari, ia terus berlari sambil meneriakkan nama Melly dan Rani.

"Melly, Rani" teriaknya bercampur dengan tangis yang mulai pecah. Badannya gemetaran. Ia berlari sekuat tenaga namun mengapa ia sulit untuk menggapai Melly dan Rani. Dadanya sesak membayangkan kedua sahabatnya yang terluka.

Ia mempercepat larinya. Tangisnya terhenti diganti dengan kebingungan. Ia berhenti berlari. Dari tempatnya berdiri Guin memandang mobil yang dikendarai kedua sahabatnya. Mobil itu terbalik, kaca bagian depan hancur, juga asap yang berasal dari saluran bahan bakar mulai keluar, membuat tangis Guin semakin menjadi.

Boom. Mobil itu meledak. Hawa panas langsung menyerbu, api membesar, melahap kepingan besi-besi.

"TIDAKK... MELLY RANI!! " kaki Guin terasa lemas melihat mobil itu hancur, ia ingin berlari menghampiri keduanya, namun tubuhnya terasa mati rasa. Ia hanya bisa menangis tersedu seorang diri. Terdengar suara ledakan seperti tulang yang meledak membuat Guin meraung keras memanggil nama kedua sahabatnya.

"Ini enggak mungkin. Hiks. Kenapa bisa seperti ini. Kenapa? Hiks" rasanya sesak sekali.

"Guin, Lo kenapa nangis?". Guin berbalik, ia melihat Melly dan Rani menghampirinya. Keduanya tidak terluka sama sekali, bahkan wajahnya terlihat segar.

"Kalian" Guin menutup mulutnya." Aku kira kalian..hiks.. mobil kalian disana" Guin menunjukan sebuah mobil sudah terbakar setengahnya.

"Tenang Guin, jangan nangis lagi ya. Kita berdua nggak papa kok. Sini peluk dulu" mereka bertiga berpelukan lama sampai tangis Guin mereda.

"Kalian berdua bener enggak apa-apa? Ke kosan dulu yuk. Kalian pasti syok." Guin mengajak Melly dan Rani ke kosannya, ia pikir keduanya pasti tidak baik-baik saja.

"Sini, genggam tangan gue, biar gue yakin kalau kalian baik-baik aja" mereka bertiga berjalan bersama.

"Bentar, gue buka kuncinya dulu ya" Guin membuka pintu kamarnya agar Melly dan Rani bisa masuk.

"Mel, Ran, yuk ..maass..mas uk.. Melly Rani! Kalian dimana?" Guin dilanda kebingungan. Melly dan Rani tadi dibelakangnya, dan sekarang keduanya menghilang. Ia mulai menangis, lalu berlari ke ujung jalan berharap kedua sahabatnya ada disana.

"Melly, Rani..hiks ..kalian dimana a a "

"MELLY, RANI" Guin bangun dengan nafas terengah-engah. "Hah..hah..hah.. Melly, Rani". Disampingnya ada Airlangga yang juga ikut terbangun.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now