31. LALUNA

10K 740 12
                                    

"Mas, berangkat sekarang? " Tanya Guin ketika suaminya sedang sibuk melihat lagi berkas-berkas yang semalam ia bawa. Besok beberapa pemimpin dunia akan ke Bali untuk melaksanakan sebuah acara besar. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun ini diadakan di Bali. Tentu sebagai tuan rumah ia harus ikut menyambutnya. Selain itu banyak isu-isu yang akan mereka bahas untuk kelangsungan hidup banyak negara.

Fokus utama Airlangga tentu saja pada perang yang saat ini sedang terjadi antara 2 negara di belahan bumi Utara. Ketegangan global semakin meningkat. Kini perang bukan hanya terjadi pada 2 negara tersebut, banyak pemeran figuran yang ikut masuk entah sebagai penengah atau justru pemantik api.

Pertahanan negara bukan hanya soal kekuatan menyerang tetapi juga bagaimana caranya bertahan di tengah krisis juga ditengah perang itu sendiri. Ia sudah membuat beberapa poin untuk bisa menarik beberapa perwakilan negara agar mampu memadamkan api perang. Bagaimanapun perang sudah terjadi, korban sudah banyak yang mati.

PERANG tercetus atas perintah pimpinan tertinggi, namun semua itu pasti ada sebab -akibat yang akan merusak tatanan global kedepannya. Bukan lagi resesi atau pandemi yang menjadi ketakutan Umat manusia saat ini. Tapi ketidakpastian pangan dan rasa aman.

"Masih 1 jam lagi, orang tuaku akan datang hari ini. Mereka ingin menjemputmu ketika pulang kuliah. Bagaimana?"

Ha?

Guin terbengong beberapa saat.

"Ck, mereka ingin merasakan bagaimana rasanya menjemputmu putri mereka  pulang sekolah. Jadilah putri yang berbakti " Airlangga berdecak.

"Apa enggak apa-apa, kok jadi aku yang dijemput ya. Harusnyakan kita yang menjemput dan melayani mereka mas. Gimana sih " Guin tidak mau kalah. Dia tidak ingin merepotkan apalagi orang tua Airlangga datang dari jauh.

"Enggak apa-apa, itu keinginan mereka. Besok mereka juga akan menyusulku ke Bali. Dad menjadi tamu undangan juga. You Wanna come with me? Atau kamu bisa menyusul bersama Dad dan Mama." Airlangga memeluk Guin selama beberapa saat, ia pasti akan merindukan istrinya.

"Lihat besok sajalah, hmm, enak deh dipeluk gini. Hehehe" Guin semakin mendusel di dada Airlangga mencari kenyamanan.

Setelah Airlangga berangkat ke Bali ditemani Abimana, Guin segera memberi tahu Kaisar dan ibunya bahwa mertuanya akan datang. Jennifer yang mendengarnya sangat antusias. Ia segera pergi ke dapur untuk menyiapkan jamuan.

"Ayo berangkat, aku akan mengantarmu." Kaisar sudah rapi dengan setelah tuxedo berwarna abu terang. Kakaknya terlihat sangat tampan dan berbahaya.

"Kakak mau kemana kak? Rapi banget."

"Ada pertemuan dewan komisaris, aku harus ke kantor hari ini. Ayo cepat. Kita dikejar waktu" Kaisar mendorong Guin ke meja makan untuk sarapan. Setelah itu keduanya melenggang pergi menuju kampus Guin.

"Aku nggak tahu kakak punya perusahaan, beneran kak? Boleh aku mampir kapan-kapan? Aku penasaran." Ucap Guin sebelum turun dari mobil Kaisar.

"Kamu meragukan kakakmu. Datanglah ketika kamu ada waktu, aku akan memberimu alamatnya" Kaisar seperti biasa menyodorkan tangannya untuk dicium Guin.

"Belajar yang benar, jangan hanya mengurusi organisasimu" ucapnya tegas membuat Guin mendengus. Kakaknya songong sekali. Dia tidak tahu perjuangan Guin untuk berada di titik ini. Organisasi dan komunitas yang diikutinya itu sangat penting baginya.

"Baik kakak pertama. Adik cantikmu akan belajar dengan giat" ucapnya sambil tersenyum yang dibuat-buat.

"Ck bocah ini, sangat menyebalkan." Kaisar tahu adiknya tersinggung dengan pernyataannya. Tapi itu semua benarkan? Tidak penting berapa banyak organisasi kampus yang kamu ikuti, yang terpenting adalah bagaimana kamu bisa berkembang dan mengembangkan diri. Kaisar rasa ia perlu mendaftarkan adiknya untuk mengikuti MUN*  tahun ini.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now