15. Traktiran

13.5K 903 12
                                    

" Masa depan itu dinamis, begitupun manusia"

________

Setelah kelas terakhir selesai, Guin mengajak kedua sahabatnya untuk mampir ke cafe kampus. Melly sedang duduk di depan Guin sambil menyesap es jeruk dihadapan mereka. Sedang Guin dan Rani, keduanya sedang terlibat pembicaraan mengenai acara akhir periode di BEM Fakultas mereka.

"Malam keakraban terlalu riskan deh kalau sampai ke Bali, gue nggak yakin anak-anak pada setuju. Mending ke vila atau kebun teh gitu nanti rasa kekeluargaannya makin dapet. Kalo kita ke Ubud yang ada malah flirting sama bule" sambil menggeser layar smartphonenya, Guin mencuri pandang pada notifikasi yang muncul, namun nihil. Tidak ada satupun pesan masuk dari suaminya.

"Kenapa enggak? Siapa tahu abis pulang dari Bali dapet gebetan hot, yang bule abis kayak pak Airlangga noh. Hehe. Ayokk dong ke Bali guys" Rani membalas antusias.

Plak!!

"Aw, jehong deh lu pada, paha gue jadi sasaran maut" keluh Rani sambil mengusap pahanya yang panas.

"Hadeuhh, Ran, ran" Melly menepuk jidatnya melihat aksi Rani yang mulai cemberut.

Guin menanggapinya dengan gumaman pelan, ia melanjutkan berselancar di internet, mencari referensi tempat untuk acara mereka.

Hening sebentar. Ketiganya sudah sibuk dengan ponselnya masing-masing. Guin mendongak, ia melirik sebentar ke arah Melly yang langsung dibalas dengan tatapan sengit.

Deg. 'ada apa nih?'

"Guin, Lo pindah kemana sih?" Melly membuka suara. "Gue baru inget, kemarin Lo bahas pindahan deh,"

Alamak. Apakah aku harus ngaku? Dadanya dag dig dug, ia kan sudah tak tersegel. Apa kata dunia?
Guin  menarik nafas perlahan sebelum memberikan atensi sepenuhnya ke arah Melly.

"Eh, pindah apa?" Rani yang sedang berselancar di instagramnya menyahut cepat. Ia tidak ingin ketinggalan informasi penting.

"Hehe, gue pindah kos kosan Ran, ke  Graha Cendana, baru kemarin. Sebenarnya gue kerja juga sih di rumah itu. Jadi pemilik rumahnya punya anak dan gue disuruh jadi guru private gitu" Ah, licin sekali mulutmu Guin!

Guin meminum es Boba nya begitu ia menyelesaikan kalimatnya.

"Syukur deh, gue lebih tenang sekarang, tadinya gue mikir yang iya-iya, I mean Graha Cendana itu seperti sarang para dosen sama beberapa pejabat lokal " Melly mulai melunak, ia menepuk-nepuk bahu Guin. "Gue salut sama Lo Guin". Ya Mel? Nganu, aku minta maaf nutupin ini dari kamu ya. Ucap Guin dalam hati.

"Oh gitu, yaudah nanti kalo kita balik berarti lebih deket dong, eh ada Galih tuh" Rani mengalihkan pandangannya kepada seorang pemuda yang baru saja memasuki cafe.

Makasih Rani, kamu sudah mengalihkan pembicaraan ini. Ahihihihi

"Katanya abis ini dia mau maju jadi Presma, bener nggak sih?"

"Hmm, katanya. Tapi gue nggak tahu dia aliansi sama siapa, mungkin dari FK atau Fisipol" Guin melirik sebentar Galih yang sedang berjalan ke arahnya. Ia menukikkan alisnya, heran.

'kenapa senyum-senyum gitu?aneh banget'

Setelah benar-benar di hadapan Guin, Galih langsung menduduki kursi kosong disamping Guin. Membuat Melly dan Rani saling pandang. Belum selesai rasa heran mereka, Galih tiba-tiba menjabat tangan Guin.

"Selamat ya, baru official nih ceritanya, pak Abimana loh yang konfirmasi, uhuy, rupanya bukan adiknya yang meluluhkan hatimu wahai drupadi, sepupunya telah membawanya ke ladang cinta yang penuh bunga" Galih melantunkan kata-kata puitis, membuat Guin shock. Dasar anak senja.

Belum sembuh keterkejutan Guin, Galih mengajak Tos Melly dan Rani. Keduanya hanya mengikuti apa yang Galih arahkan. Meski Guin tahu, sumbu mereka perlahan memendek dan akan meledak saat Galih berlalu. 

"Udah, nggak papa. Nggak usah sok sungkan gitu Lo sama gue Guin" Galih memberikan tatapan 'cie-cie' kepada Guin.

"Oke, sekarang gue kesini mau nagih pajak jadian, hehehe"

Plak

"Aduh, sakit paha gue njir. Kok Lo makin liar sih Guin."

"Rasain, Lo rese soalnya, nih gue pukul pake buku praktikum gue sekalian. Gue sebel sama lo. Gue mau ngasih tau Rani sama Melly duluan tau, yah nggak jadi surprise"

Galih mengelus pahanya yang terasa panas, juga lengannya yang terasa seperti ditonjok hulk.

"Eh" Rani dan Melly yang sedari tadi tegang, mulai mencair.

"Jadi Melly, Rani. Sebenarnya hari ini gue mau ngasih tau kalian kalo gue umm, ya kayak yang dibilang si sableng, official. Tapi it's complicated. Walaupun gitu gue harus tetep traktir kalian, soalnya gue udah ganti status. Hehehehe" Guin tertawa garing, yang barusan benar-benar membuatnya terkejut.
Padahal hanya berita bodong, Galih yang tiba-tiba memberikan selamat, sepupu Abimana yang bahkan Guin tidak tahu seperti apa.

"Bahh, pantas auranya beda, dari hari Jumat kemarin si Guin udah anti galau-galau club. Biasanya pas gue jalan sama Rangga, atau Melly jalan sama sandi. Si Guin mukanya kek nelangsa. Sekarang berarti bisa dong tripple date" Rani mulai mengompori.

"Yaelah, dasar cewek-cewek. Date mulu, urusin tuh tugas Lo dulu baru pacaran. " Galih menggurui sambil berdiri, seolah-olah sedang memarahi anak-anaknya.
"Nih ya, bapak kasih tahu. Masa depan itu dinamis, kalo kita nggak siap untuk bersaing dan nggak punya kualitas diri yang bagus. Kita akan kalah"

"Galih ngapain sih"bisik Melly kepada Guin.

"Melly, gue denger ya Lo ngomongin gue" galih pura-pura merajuk.

"Halah, udah udah, jadi ditraktir nggak nih.?" Guin menengahi, ia memandang lembut ke arah Galih. Membuat laki-laki itu langsung menduduki kursinya kembali dengan cepat.

______________
Pendek?
Vote dan comment dong biar tambah panjang...hueheheheheheheheehee

The Minister is MineWhere stories live. Discover now