34. OFFICE

9.1K 853 16
                                    

Setelah selesai dengan dokter Yasa, Airlangga dan Guin memutuskannya untuk mampir sebentar ke restoran seafood. Guin sudah request kerang pedas dari minggu lalu, namun baru hari ini mereka berdua bisa makan siang di luar bersama.

"Mas, pake masker lah. Malu tau jadi tontonan.. hmm" Guin ngambek. Airlangga menyadari ketika mereka keluar dari klinik Yasa setengah jam yang lalu. Tidak ingin perdebatan panjang yang menyiksa diri, Airlangga langsung memakai maskernya ketika Guin sedang bicara.

"Kebalik pakenya, bapakkk" Guin membantu Airlangga memasang masker sebelum akhirnya wanita muda itu ikut memakai maskernya sendiri.

Airlangga berjalan pelan mengikuti langkah istrinya. Ia jadi merasa bersalah karena membuat mood istrinya memburuk hari ini. Tapi kemudian ia tersenyum lega, rupanya Guin juga bisa bersikap posesif kepadanya.

"Airlangga?"

Seorang pria western menyapa Airlangga, membuat pria itu menoleh sebentar.

"Jarren, wow. Surprisingly. " Airlangga menggandeng Guin menyapa sahabat lamanya.

"Siapa gadis ini Airlangga? Bukankah dia pelayan hotel saat pertama kali aku mengundangmu dalam jamuan resmi beberapa bulan yang lalu?"

Ah, Guin ingat pria ini. Dia pria yang pernah semeja dengan Airlangga di malam mereka pertama bertemu.

"She is mine. Apa yang kamu lakukan disini?" Alis Airlangga terangkat sambil meneliti penampilan Jarren. Diplomat muda itu memakai baju yang cukup santai.

Pertanyaan Airlangga terjawab ketika sosok Allura muncul di tengah-tengah mereka.

"Dia bersamaku Air" Jawabnya tegas. Matanya menyorot tajam ke arah Guin.

"Aku terkejut ternyata selera kamu seperti ini Airlangga. hei, Larasati" Allura mendekati Guin, mencoba mengintimidasi gadis itu.
"Kamu pandai juga merayu Airlangga." Ucapnya dengan sebuah smirk.

Allura mengelus surai Guin namun ditepis halus oleh Airlangga.

" Malam itu Aku menyuruhmu untuk membantuku mendapatkan Airlangga, namun bukannya membantu, kamu justru mengambilnya untuk dirimu sendiri. Wah wah.. rupanya kamu tidak sepolos itu." Allura memandang Guin dengan wajah mencemooh.

"Hentikan Allura, kamu tidak berhak menghakiminya. Guin dan aku sudah terikat sejak lama. Terimakasih, karena berkat rencana kamu kemarin, akhirnya aku bisa bertemu dengan gadis yang aku cari selama ini. Sekarang Guin adalah istriku. Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan itu." Jawaban Airlangga membuat Allura terdiam ditempat.

"Appp-apaaa?? Istri?" Ucap Allura terbata.

Seperti ada sebuah palu besar menghantam  hati Allura, dalam sepersekian detik wajahnya berubah sendu. Bagaimanapun, dia dulunya adalah pengagum garis keras Airlangga, bahkan ketika pria itu masih belia. Ia pikir ia telah menyingkirkan gadis-gadis yang berpotensi merebut Airlangga darinya, mengabaikan gadis biasa seperti Guin yang menurutnya bukanlah apa-apa. Tapi kenapa? Kenapa akhirnya Airlangga justru memilih gadis lusuh ini!

Untuk sejenak tubuhnya terasa oleng,  secara reflek Jarren yang berada disampingnya memegang bahu ringkih Allura. Pria itu mengelus pundak Allura pelan.

Guin yang menyaksikan betapa terlukanya Allura, membuat hatinya mencelos. Ia menggenggam jemari Airlangga, membuat pria itu menatap istrinya dalam.

"Jarren, kami harus bergegas." Airlangga merengkuh Guin dalam dadanya. Ia melirik Allura yang hanya diam memandanginya berjalan menjauh.

Setibanya di mobil, keduanya terdiam untuk beberapa saat. Airlangga benci dengan kondisi ini, ia takut menyakiti hati Guin.

"Sayang, trust me. Ok" Airlangga mengecup singkat kening Guin. Ia mengeratkan pelukannya, berharap rasa sesak Guin dapat luntur.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now