30. DON'T RUN TO ME

10.6K 806 33
                                    

Gabriel tidak mengerti hubungan antara Guin dan Airlangga, tapi jelas itu bukan sesuatu yang bagus untuknya atau bisa jadi itu akan justru menguntungkannya. Sudah 2 kali pria itu turut andil saat Guin dalam bahaya. Pertama saat tragedi hilangnya Guin, kedua adalah hari ini. Kejadian tadi pasti bukan kebetulan Airlangga salah ruangan, dunia tahu pria itu jenius dan tidak pernah menunjukkan emosi berarti.

Gabriel memandangi Guin dari kursinya, gadis itu sedang mendengarkan dosen dengan seksama membuat Gabriel tersenyum miring. Begitu banyak hal yang ingin ia ketahui tentang Guin. Ia sangat penasaran dan ia rasa ia mulai jatuh pada pesona Guinina Larasati.

Gadis itu terlihat biasa bagi dunia, namun Gabriel bukan lelaki bodoh yang tidak tahu fakta bahwa Guin sangat diincar oleh Pria -pria seperti Kaisar Rhodes dan Airlangga, entah apa pesona Guin yang sudah menyihir mereka dan sekarang dirinya.

Kaisar bahkan tidak memberi klarifikasi apapun tentang siapa Guin, seakan gadis itu tidak terlalu penting baginya namun disaat yang bersamaan Kaisar terlihat sangat frustasi ketika gadis itu terkena masalah. Hubungan yang rumit, pikirnya. Airlangga juga tidak menunjukkan kedekatan khusus dengan Guin, namun Gabriel jelas tahu tatapan itu bukan tatapan kasihan. Seperti tatapan takut kehilangan dan mendamba. Apa mungkin.. apa mungkin? Gabriel menggelengkan kepalanya mengusir semua pemikiran gila itu. Tidak mungkin Guin menjadi simpanan pria-pria dewasa sekelas Airlangga ataupun Kaisar. Selera mereka tidak mungkin Serendah itu.

Setelah pelajaran pertama selesai, Galih menghampiri Guin ke kelasnya. Hal itu tidak luput dari pandangan Gabriel. Gabriel tahu Galih Ardiansyah adalah calon presiden mahasiswa yang sedang santer dibicarakan seantero kampus.

"Guin, Lo mau kemana? " Tanyanya ketika Guin akan menghampiri Galih di luar pintu kelas mereka.

"Eh, gue ada urusan nih sama Galih. See you El" Dan gadis itu pergi melenggang begitu saja membuat Gabriel mengepalkan tangannya. Sial. Rasa penasarannya semakin menjadi melihat Guin sama sekali tidak menaruh tatapan memuja padanya.

Gabriel memutuskan untuk mengikuti Galih dan Guin secara diam-diam. Sesekali ia mendengus karena semua ini seperti bukan dirinya. Menguntit seorang gadis yang bahkan tidak menganggapnya lebih dari teman. Tapi bukankah ini menarik?. Gabriel yakin ada yang Kaisar sembunyikan disini.

Galih dan Guin duduk berdua di taman kampus, meski suasana sedang terik, kedua remaja itu justru asik berdiskusi tentang program kerja BEM yang telah mereka laksanakan.

Melly dan Rani datang dan bergabung bersama keduanya, jadilah mereka berempat berdiskusi tanpa tahu bahwa Gabriel sedang mengawasi mereka. Lama mereka mengobrol hingga Gabriel capek sendiri harus bersembunyi di balik pohon nyiur yang berada di sekeliling taman. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke kantin, kulitnya bisa terbakar jika ia terlalu lama di bawah sinar matahari.

"Kenapa Guin?, "Galih bertanya ketika Guin menoleh kearah laki-laki berpakaian kotak-kotak yang langkahnya semakin menjauh. Galih jadi ikut menoleh dan memperhatikan lelaki itu.

"Itu si Gabriel bukan sih? Kok enggak gabung ya"?

Melly dan Rani berpandangan.

"Alah, biarin aja Guin. Lo jangan terlalu dekat deh sama Gabriel. Nanti dia baper"

"Bener Guin, gue setuju sama Rani. Itu cowok kayaknya mulai ngincer Lo deh. Ati-ati" Melly menimpali.

"Iya Guin, bener kata Melly dan Rani. Mending Lo sama gue aja. Lumayan, biar gue nggak diteror Maba* lagi" Sontak ketiga gadis itu menonyor kepala Galih karena sebal.

"Ampun selir-selirku" ucap Galih sambil mengusap-usap kepalanya. Wajahnya pasrah sekali.

________________________________________

The Minister is Mineحيث تعيش القصص. اكتشف الآن