2. Sebuah Jalan

32K 1.8K 54
                                    

Vote dulu yaa..hehe

----------
Budaya merumput di taman kampus sudah terjadi sejak mereka masih mahasiswa baru, dulu saat ada tugas kelompok untuk Ospek para LO (Pendamping senior tiap kelompok) terkadang mengajak mereka untuk duduk melingkar di atas rumput-rumput ini lalu berdiskusi setelahnya. Taman kampus mereka memang seperti lapangan hijau dengan air mancur di tengahnya dan pohon nyiur di sekelilingnya.

"Jadi gimana menurut kalian? Gue buntu soal pemateri karena memang gue nggak kenal sama orang orang seperti mereka ini"

Guin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Forum diskusi di Whatsapps sudah ramai mempertanyakan opsi yang harus dipilih atau setidaknya sebagai cadangan pemateri nanti.

" Gue ada usul sih, ini baru aja jadi trending di Twitter, tapi beliau belum pasti bakalan naik jabatan atau enggak. But, " Rani menjeda sejenak.

" He's Adorable, dia pria berdarah Indonesia yang udah jadi bintang di Austria."

" Artis? Sorry, aktor yang mencalonkan diri jadi senat ?" Guin menatap tidak percaya kepada Rani.

" Coba tebak Guin, Mel?"

"Ga asik ah Ran, gue sama Guinina mana tahu dunia Twitter, kita berdua paling mentok cuit cuit di Instagram" Melly mengerucutkan bibirnya sebal.

" Jadi?" Guin menatap penuh selidik.

" Dia mantan menteri luar negeri sekaligus diplomat di Austria, tapi baru satu tahun setengah dia menjabat katanya dia mengundurkan diri. None knows why he did it, clearly unreasonable."

"Kok gue greget ya dengernya" Melly semakin mendekatkan diri dengan Rani, tidak peduli rumput yang mereka duduki sudah pengap karena tidak bernafas sedari tadi.

"Oh, Melly. Lo bakalan lebih greget kalo ketemu dia secara langsung. Trust me!" Rani mengacungkan jarinya ke arah Melly.

" Kenapa dia disebut Bintang, padahal dia seperti itu?, Maksudku kalo aku jadi beliau aku nggak bakalan menyia-nyiakan kesempatan seperti itu. Jabatan itu bukan mainan" Guin bertanya.

" Pertanyaan bagus. Jadi gini, sepak terjang dia di dunia hukum dan politik itu menurut pakar pakar pengamat politik bagus. Setelah dia ngambil master di Wina, dia langsung bergabung dengan JVP (partai rakyat muda), setahun kemudian dia jadi ketua partai, dengar-dengar ada perombakan kabinet juga disana. Dan orang ini jadi kandidat terkuat untuk mengisi posisi saat itu."

"Kayaknya orang ini titisan Siliwangi," Melly menyahuti.

"Maybe, dia golongan old money guys, virus Corona kemarin nggak bikin kerajaan bisnis keluarganya merana, buktinya dia bisa melewati krisis."

Langit sore itu agak mendung, namun angin sepoi-sepoi masih mampu membelai rambut mereka bertiga. Sesekali Rani menggosok gosok jemarinya karena mendapat angin terlalu banyak.

"Jadi kenapa kamu ngusulin beliau? I didn't get the point,yet. Ran. Bukannya beliau di Austria bukan di Indonesia?" Guin ikut merapatkan diri ke depan, bersila menghadap Rani dan Melly.

"Dia balik ke Indonesia"

" Buat?"Guin masih belum mengerti.

"Mungkin alasan dia mengundurkan diri itu ada kaitannya dengan kembalinya dia ke tanah air, aku dengar presiden menawarinya mengisi kursi di kementerian. Tapi aku bingung, kenapa dia lebih memilih duduk di kursi sini daripada di kursi Austria? Don't you guys think about it?"

"Cinta mungkin? Umm Kayaknya bukan. Dia terlalu tua untuk merasakan jatuh cinta dan melakukan hal yang irrasional. Bener nggak?" Guin memandangi kedua sahabatnya bergantian.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now