11. Pacaran itu?

14.3K 1K 12
                                    

"Kepada kamu pemilik hatiku, jangan risau. Aku sudah datang dan siap membahagiakanmu" Airlangga Lynn Marshall.
________

"Ayo". Guin masih bingung mencerna perkataan Airlangga beberapa saat yang lalu. Dan sekarang pria itu malah mengulurkan tangannya.

"Ayo kemana mas?, " Guin masih bertanya.

"Guin, kamu jangan kebanyakan melamun. Ayo kita ke mall. Kita harus mengisi lemarimu sekalian kita belanja kebutuhan dapur bulan ini"

Guin beringsut, ia belum mengemukakan pendapatnya tetapi Airlangga justru langsung menggiringnya.

"Aku nggak mau tinggal disini, mas. Kita ini bukan siapa siapa. Maksudku kita tidak sedang pacaran atau sebagainya. Aku tidak mau tinggal dengan mas" Kembali Guin menghempaskan dirinya di kursi. Ia duduk sambil menyilangkan kakinya.

"Guin, kamu baru saja dipecat kan? Kamu pasti butuh pekerjaan." Guin mengangguk menyetujui perkataan Airlangga. Bohong jika dia bilang tidak butuh pekerjaan.

"Aku akan memberimu pekerjaan, sekaligus sebuah jabatan khusus" Airlangga perlahan duduk disamping Guin, mengabaikan raut wajah Guin yang tiba-tiba melotot.

"Kamu aku beri pekerjaan sebagai asisten ku di rumah ini, dan untuk jabatan, sebagai pacarku bagaimana, tidak apa kan turun pangkat dari tunangan ke pacar?. Umurmu lebih cocok untuk diajak pacaran daripada langsung menikah. Ayo kita pacaran Guin"

Reaksi Guin jangan ditanya, lututnya sudah lemas. Jantungnya sudah bertalu-talu kedua pipinya memerah menahan malu. Dia grogi sekali.

"Bagaimana kalo sekarang kita langsung jalan?, hitung-hitung kencan pertama." Airlangga sudah berdiri, ia mengulurkan tangannya untuk digenggam Guin.

Sebentar, tadi Airlangga menawarinya atau memaksanya? Kata Bagaimana harusnya disusul dengan sebuah pendapat dari mulut Guin. Dia bahkan belum memberi jawaban iya, mau, aku terima atau sekedar mengangguk menyetujui ajakan pacaran Airlangga.
Dan kini lelaki itu sudah menggenggam tangannya dan membawanya pergi tanpa bisa ia tolak.

____

Plaza Indonesia sore ini sangat ramai, setelah wabah Corona berakhir banyak orang berbondong-bondong datang ke tempat tempat ramai. Mereka seperti sedang balas dendam karena sebelumnya disuruh untuk berdiam diri di rumah.
Guin masih agak malu berjalan beriringan dengan Airlangga ketika mereka sampai di pelataran mall. Sesekali dia akan berjalan pelan membiarkan pria itu berjalan di depannya. Guin mengamati beberapa orang tengah sibuk menikmati waktu mereka, ada yang memilih-milih baju, atau mencoba sepatu ada juga yang hanya menyesap secangkir coffee di kedai.

Airlangga berhenti di sebuah toko pakaian, ia masuk dengan begitu santainya mengabaikan beberapa gadis yang memandanginya dengan tatapan memuja.

"Mas" Guin memanggil pria itu, bermaksud memperingati. Matanya memberi kode kepada Airlangga untuk melihat apa yang terjadi.

Airlangga  malah mengulurkan tangannya.
"Ayo"

Guin terpaksa menerima uluran tangan Airlangga, niatnya adalah menghindari keramaian dan tatapan banyak orang. Tetapi Airlangga justru membuat mereka seperti tontonan. Guin bisa merasakan kecupan-kecupan kecil ke kepalanya, membuat beberapa orang terang-terangan melirik ke arah mereka.

Keduanya berhenti di salah satu toko yang menjual pakaian lengkap. Guin mengambil sebuah kaos panjang dan sebuah celana jeans untuk diberikan kepada Airlangga. Sementara pria itu sedang memilih beberapa pakaian di rak sebelah. Setibanya di kasir Guin menghampiri Airlangga, pria itu sudah menenteng banyak sekali tas. Guin mengangsurkan pakaian yang tadi dipilihnya. Setelah semua dibayar, mereka berdua keluar dari toko.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now