23. Mission

9.5K 788 10
                                    

Lapar, itu yang Guin rasakan. Badannya sudah lengket, kemihnya juga sudah terasa penuh. Ia mengamati sekitar secara perlahan. Tempat ini berbeda dengan terakhir kali ia disekap. Dimana dia sekarang?

Suara-suara kaki berjalan terdengar di inderanya, tampaknya mereka sedang tergesa-gesa. Ada 5 orang menghampirinya. Satu orang diantaranya adalah wanita.

"Periksa dia" sang wanita memberi perintah.

Keempat lelaki berbadan besar langsung mengerubunginya. Membuka penutup mulut dan simpul tali di lengannya. Seseorang dari mereka menekan ujung pergelangan tangannya, lalu mengecek matanya yang ia pejamkan.

"Denyut nadinya melemah, dia kekurangan nutrisi selama beberapa hari. Jika dibiarkan dia bisa.."

"Cukup, beri dia asupan, setelah itu ikat dia kembali" sang wanita memerintah dengan tegas tanpa bantahan.

Beberapa menit berlalu, setelah selesai dengan makan dan mengosongkan kemih. Guin diikat kembali. Ia hanya menampakkan wajah tidak berdaya dan lemah. Faktanya ia merasa sangat lemah. Ingin menangis saja rasanya tapi ia tahan. Ia ingat, masih ada orang-orang yang menyayanginya yang menginginkan ia tetap hidup. Ia harus berjuang.

Sampai kapan ia disekap seperti ini, siapa orang-orang itu? Pikirnya. Mereka sangat rapi dan sama sekali tidak meninggalkan jejak. Guin mengamati sekitar untuk mencari hal berguna. Ia menemukan tutup botol bekas yang bergerigi di dekat kakinya. Dengan usaha lebih, tutup botol itu bisa ia genggam lalu ia mencoba melepas ikatan tali yang mengikatnya.

Setelah tali itu lepas, Guin tidak langsung kabur. Ia menunggu malam tiba untuk keluar dari tempat ini. Ya, dia harus mengumpulkan energi untuk berlari sejauh mungkin dari sini.

Malam tiba, Guin bisa merasakan suasana gelap nan mencekam di bangunan tua ini. Seorang penjaga yang berjaga di depan jeruji besi terlihat mengantuk. Guin berpura-pura tidur ketika penjaga itu mengecek keadaanya. Dengan sebelah mata terbuka sedikit ia mengamati pergerakan sekitarnya.
Setengah jam kemudian, bangunan itu benar-benar sepi. Guin menduga penjaga-penjaga itu terlelap.

Sebuah batu yang berada di dekat penjaga ia lempar ke sebuah tong besi sehingga menimbulkan suara yang keras. Para penjaga yang mulai terlelap kaget seketika. Mereka satu persatu masuk ke dalam gedung untuk memastikan Guin tidak kabur.

Guin berpura-pura terlelap ditempatnya, ketika suara beberapa orang berpencar untuk bersiaga disekitarnya. Satu jam berlalu, para penjaga tidak menemukan ada penyusup ataupun hal aneh yang mungkin menyerang. Kemudian mereka pergi meninggalkan Guin untuk terlelap di pos masing-masing.

Kira-kira pukul 3 pagi, semua penjaga yang tadinya waspada mulai terlelap karena kelelahan, entah apa yang mereka kerjakan. Guin memanfaatkan keadaan ini untuk mencoba keluar. Ia mengutak-atik kunci jeruji cukup lama, barulah pintu bisa terbuka. Beruntung penjaga di depan selnya sudah tertidur pulas.

Ia berjalan mengendap-endap agak menyeret kakinya. Metode ini ia gunakan agar ia tahu benda apa yang ada didepannya ketika gelap. Takutnya ia menginjak ranting kering atau benda lain yang menimbulkan suara. Peluh membasahi dahinya, meski suhu tidak panas sama sekali. Jujur ia gemetar, ini pertama baginya dan ia, bagaimanapun caranya harus bisa keluar dari kondisi sulit ini.

Guin menyusuri jalanan yang dikelilingi semak-semak. Ia terus berjalan hingga menemukan sebuah perkampungan kecil. Hari sudah pagi, Guin bisa melihat samar-samar matahari mulai menyingsing dari ufuk timur.

Guin bertanya kepada seseorang yang ia temui tentang dimana ia berada, namun gadis itu tidak mengerti bahasa yang dipakainya. 

"Ok" Guin menunduk lesu.

Gadis itu menyesal tidak bisa memahami bahasa lawan bicaranya. Lalu ia menggunakan bahasa isyarat untuk bertanya.

Guin membalasnya dengan bahasa isyarat bahwa ia akan menyerahkan cincinnya kepada gadis itu jika ia memberinya 3 pasang baju.

The Minister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang