1.Guinina Larasati

49.6K 2.2K 43
                                    

Dalam sekali pandang, semua orang akan tahu Guinina Larasati adalah gadis independen yang tangguh. Dilihat dari gigihnya dia menjalani hari juga pemikirannya yang sistematis. Orang orang akan mengatakan gadis ini cerdas dan kritis. Pembawaannya yang tegas dan diplomatis serta mata almondnya yang teduh adalah kombinasi yang pas.

Suasana kelas pagi ini masih sepi, Guin yang nyawanya hanya tinggal seperempat memutuskan untuk mencharge matanya sebentar agar terisi energi. Rapat koordinasi panitia semalam benar benar membuat dia harus rela hanya tidur tidak lebih dari 2 jam. Di tambah kelas pertama dimulai pukul 5.30 pagi. Matanya masih terasa berat untuk sekedar melihat apakah dirinya masih di kelas sama, atau barangkali dosennya sedang berjalan ke arahnya karena dia ketiduran. Guin  menyandarkan kepalanya di bangku dengan tangan kanan sebagai tumpuan.

"Guinnnnnnn" Astaga, kepalanya mendadak pusing. Matanya baru terpejam selama beberapa detik, belum genap satu menit. Namun suara itu mau tak mau harus ia perhatikan. Sejenak Guin mendengus, sedikit mengangkat kepalanya untuk menengok ke pintu kelas, dan menemukan kedua temannya agak berlari ke arah mejanya. Sudah ia duga 2 temannya ini pasti akan merecokinya pagi ini.

Melly mengambil inisiatif untuk duduk di kursi depan Guin sedangkan Rani berada di samping kanannya. Guin sendiri hanya menatap mereka dengan mata satu Watt nya.

"Eh, eh gimana hasil rapat tadi malem, katanya sampai jam 2 ya? " Rani menatap Guin menuntut jawaban.

Tahun ini adalah tahun kedua bagi Guin. Dia dipercayai untuk menjabat sebagai sekretaris BEM Fakultasnya. Tidak ada unsur nepotisme ketika ia menduduki posisi itu karena sebelumnya dia sudah pernah menjadi wakil ketua umum Himpunan jurusan. Tentu ini tidak lepas dari aksi heroiknya ketika Maba. Ketika dirasa perpeloncoan saat Ospek melebihi yang seharusnya, ia berteriak marah kepada panitia dan melayangkan protes kepada ketua BEM saat itu. Tidak sedikit orang yang mengelu-elukan namanya setelah itu, apalagi senior di jurusannya. Mereka bahkan langsung mengajak Guin terjun di Himpunan jurusan saat semester 2.

Sialnya meski banyak orang yang mengenalnya, tidak semua benar benar berteman dengannya. Ia  tetap saja merasa hidupnya kesepian.

Tidak ada keluarga.

Siklus hidupnya mungkin tidak sama dengan gadis seusianya di luaran sana. Namun ia benar-benar tidak punya pilihan selain bertahan. Siapa tahu waktu akan memberinya sedikit kejutan.

"Iya, kelarnya jam 2 guys. Tapi gue harus beres beres dulu akhirnya baru pulang ke kos jam setengah 3. Nanti gue kasih tau di grup panitia aja hasil rapatnya. Plis, gue ngantuk" Tanpa menunggu respon keduanya, Guin kembali memejamkan matanya tidak peduli suara kaki lain berdesakan untuk memasuki kelas.

*************

Kantin kampus saat ini tidak terlalu ramai, mungkin karena beberapa mahasiswa laki laki sedang menunaikan kewajiban mereka. Solat Jumat. Guin tidak berkomentar, karena sebentar lagi mereka akan memenuhi kantin juga.

Guin sudah mengikuti 2 kelas hari ini. Tinggal 1 kelas lagi setelah itu dia harus tidur untuk recovery, karena sabtu dan minggu dia harus bekerja.

Ia menyendokkan bulatan bakso lagi ke mulutnya. Sesekali mengecek kembali hasil rapat yang harus segera ia tinjau ulang.  Fakultas mereka akan mengadakan Seminar Nasional 2 bulan lagi, namun untuk pematerinya mereka masih terombang-ambing. Galih Ardiansyah sang Ketua BEM agak susah karena terkendala tugas dan praktikumnya. Maklum saja anak Ilmu Kelautan. Di kampusnya ini prodi itu masih bergabung dengan fakultas pertanian.

Susah untuk mencari kandidat yang pas dengan tema mereka. Beberapa menteri dan influencer sudah mereka list tapi kabar buruknya adalah menteri yang diusulkan akan turun jabatan bulan depan. Itu artinya jika panitia nekat mengundang mereka, maka eksistensi seminar akan turun drastis.
Mereka jelas jelas butuh seseorang yang Fresh atau setidaknya sangat prestisius untuk menjadi daya tarik utama acara mereka.

Guin melengok ke sampingnya, mengetahui jika Galih yang baru saja menempelkan pantatnya ke kursi di sampingnya juga sama mengenaskannya dengan dirinya.

"Lih, sisiran kek. Biar nggak suram-suram banget."

Galih menutup botol air mineral yang baru saja ia teguk. Alih-alih menuruti Guin, lelaki itu justru mengarahkan kameranya ke arah Guin.

Cekrek, cekrek cekrek

"Nih, liat. Siapa yang paling mengenaskan?"

Guin meringis melihat wajahnya sendiri. Ia memang tidak memakai bedak atau sekedar lipbalm tapi ia tidak menyangka wajahnya akan seburuk itu. Lingkaran hitam di bawah matanya sangat menggangu siapapun yang melihatnya.
Jiwa wanitanya meronta-ronta, ingin terlihat glowing seperti mahasiswi lainnya.

Galih berdiri, menepuk nepuk pundak Guin sambil memasang wajah pura-pura prihatin yang memuakkan.

" Haishh, just go away. Lih."

Guin membuka HP nya untuk menghubungi Melly. Setelah tersambung mereka janjian di toilet fakultas agar lebih efisien.

"Nih, aku bawain sabun cuci muka juga. Barusan nemu di mobil. Kayaknya masih ada dikit."

Setelah mencuci muka dan memoles sedikit wajahnya. Guin merasa sedikit lebih manusiawi.

"Thanks Melly, I lope you."
Kata Guin seraya menghampiri kedua temannya. Mereka berjalan beriringan menuju kelas karena pelajaran selanjutnya akan dimulai.

"Eh, bentar. Barusan Haris chat katanya Pak Rifan ada rapat jadi kelas kita diganti jamnya" .
Rani menginterupsi mereka.

" Oke, kalo gitu kita duduk duduk aja di taman kampus, lumayan sambil merumput" Melly menyahuti.

Guin menuruti keduanya, tidak buruk juga sambil merumput.

Selamat datang di dunia Guin dan Airlangga di The Minister is Mine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang di dunia Guin dan Airlangga di The Minister is Mine.
Vote dan komentarnya ya... Thank you❤🙏

The Minister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang