21. Gabriel

10.5K 801 5
                                    

Guin melipat tangannya di bangku kelas, menunduk dan menyenderkan kepalanya di bangku kayu untuk menyalurkan rasa kantuk yang sedari tadi menderanya. Sudah 4 mata kuliah dia masuki hingga petang ini dan rasanya benar-benar menguras tenaga. Ditambah praktikum lahan untuk menentukan titik lokasi sebuah penelitian ilmiah. Rasanya daki-daki kembali menghuni tubuhnya.

Hari ini tidak berbeda jauh dengan hari kemarin. Meski berita-berita Airlangga menikah sudah santer seantero Indonesia. Namun tidak ada satupun laman berita yang berani menyebutkan namanya.

Justru salah satu putri kecantikan dari Austria yang menjadi nama terdepan yang menjadi kandidat terkuat istri Airlangga.

Kenapa figur "brain and bright" seperti Airlangga sering disandingkan dengan pemenang ajang kecantikan?

'karena hubungan diantara mereka lebih realistis, dan tepat dosis'

'brain and bright' VS 'bright and beauty'

Apalah dirinya yang tidak bright apalagi beauty.

Sebenarnya Guin tidak ambil pusing dengan berita itu, sisi positifnya dia bisa lebih hidup manusiawi tanpa nyinyiran netizen. Tetapi mendengar teman-temannya membicarakan betapa cocoknya Airlangga dengan Celine Schrenk, hati Guin mulai terbakar.

"Gue udah scroll sampai mentok IG nya si Celine, sumpah keren banget. Cocok banget sama pak Airlangga" mahasiswi di samping Guin bercerita.

"Ho oh, gue lihat si Celine juga jadi Brand ambassador UNICEF juga"
Astaga, telinga Guin rasanya sudah berasap.

Guin semakin menenggelamkan kepalanya agar bisa lebih rilex. Menit-menit menunggu dosen memang sebaiknya dibuat tidur, agar ketika dosen datang otak kita sudah siap menampung air bah yang maha dahsyat itu.

"Permisi" begitu suara maskulin itu jatuh, mahasiswi-mahasiswi di ruangan itu heboh seketika. Seolah pembicaraan tentang Airlangga yang tadinya menggebu, sekejap menjadi hilang. Guin menegakkan punggungnya malas-malasan untuk melihat sosok itu, tak lupa mengelap ujung bibir juga matanya yang agak berair.

"Ommo, oppa" Guin terkejut dan takjub dengan perawakan tinggi di depan sana. Sungguh melepaskan dahaganya selama beberapa minggu ini. Pria itu berpakaian casual seperti mahasiswa lainnya. Banyak kasak-kusuk mencuat,  membuat kelas yang tadinya hening menjadi agak gaduh. Bisikan-bisikan manja serta lirikan-lirikan maut tertuju pada pria itu. Namun tanpa sungkan Pria itu berjalan santai, tatapannya lurus menatap Guin.

"Hi"Pria itu duduk di samping Guin dengan begitu elegan.

"Hi" Guin tersenyum seadanya.

Pria itu mengulurkan tangannya.
"Gabriel Tan, panggil El"

"Oh, Gue Guin" balas Guin.

"Lo emang suka tiduran di kelas ya? Ck ck, mahasiswa apaan Lo. " Dih, ganteng sih ganteng tapi mulutnya pedes banget.

Dah lah. Guin hanya tersenyum terpaksa dan tak merespon balik ucapan Gabriel.
Sesaat kemudian pak Heru datang, membawa banjir rob maha dahsyat untuk mengguncang mahasiswa -mahasiswa suka tidur.

________________________________

Hari sudah gelap ketika Guin keluar dari kelas, hari ini ia akan dijemput oleh mamanya. Ah, Guin jadi bersemangat kembali.

"Tired?"

"Hmm, iya ma. Tadi aku ketiduran juga"Guin menyandarkan dirinya di jok belakang, mamanya bersama Kaisar di jok depan. Ngomong-ngomong soal Kaisar, kenapa kakaknya ini masih berkeliaran bebas.

"Kak"

" Hmm,"

"Lo nggak kerja atau memang pengangguran kelas kakap, gue perhatiin dari bulan lalu Lo nyantai banget." Sambil memejamkan matanya Guin mengubah posisinya menjadi rebahan di jok belakang.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now