29. Heart Attack

10.6K 808 14
                                    

Hidup tidak pernah mudah, jika hidup terlalu mudah, manusia akan cenderung merasa bosan dan jenuh. Untuk itu tuhan memberikan kita tantangan, rintangan. Semata-mata untuk menjadikan kita semakin kuat.

_________________________________________

Pagi ini Guin diantar oleh Kaisar karena Airlangga sedang ada kunjungan kerja. Ketika mendekati gerbang Kampus, Ia melihat beberapa iringan yang mengikuti sebuah mobil berplat merah di depan mereka. Hal itu membuat beberapa pengendara ikut menyorot siapa gerangan yang datang.

Begitu pintu mobil terbuka, tampaklah Airlangga dengan pakaian lengkap seorang jenderal turun beserta jajarannya. Mereka berjalan santai ke arah gedung rektorat. Tidak ada sambutan khusus dari pihak universitas karena ini merupakan sidak dadakan. Sehingga, gedung rektorat yang tadinya senyap mendadak heboh begitu rombongan tersebut memasuki lobby kantor.

Guin bisa melihat banyak mahasiswi -mahasiswi yang mengabadikan moment itu. Ia mendengus pelan mengetahui banyak yang mendamba suaminya. Kenyataan bahwa Airlangga tidak bilang akan ke universitasnya hari ini membuat Guin tambah sebal saja.

"Kenapa ya kak kira-kira?" Guin menoleh ke arah Kaisar, sementara pria itu mengendikkan bahu. Ada senyum misterius dibaliknya.

Setelah mencium tangan kakaknya, ia turun dari mobil menuju ruang kelasnya.  Beberapa mahasiswa yang melihatnya turun dari mobil sport merah metalik itu dibuat terkejut tatkala yang keluar adalah Guin. Si mahasiswa beasiswa yang tergolong kurang mampu.

Guin tak menghiraukannya. Ia berjalan lurus menuju kelas. Begitu sampai kelas, beberapa temannya menatap sinis kepadanya.

"Beneran sugar baby ternyata Lo Guin, ga nyangka kita semua. Btw, inceran Lo boleh juga. Bugatti guys" ucap Ira, ketua Himpunan jurusan yang saat ini menjabat. Ia cantik dan pandai berkata-kata.

Guin menghembuskan nafasnya mencoba tenang. Mau berkata bahwa tadi adalah kakaknya pun tak kan ada yang percaya. Jadi dia tak menghiraukan kalimat hinaan itu. Ia memilih duduk di kursi belakang sambil membuka buku catatannya. Membaca materi lebih penting daripada meladeni mulut-mulut sampah yang sukanya mengolok-olok orang lain.

"Hii."

Guin mendongak mendapati Gabriel berdiri menjulang didepannya. Laki-laki itu tersenyum manis lalu ikut duduk di sampingnya.

"Gue sempat berpikir itu bukan Lo, rambut Lo terlihat sangat pendek setelah insiden.."

"El" Guin merendahkan nadanya memperingati Gabriel. Ia melirik teman temannya yang mulai memasang telinga lebar-lebar.

"ya ampun. El. Udah lama banget gue nggak ketemu Lo. Kok Lo kurusan sih. Aduh ini lagi, mata panda Lo keliatan banget, kebanyakan mikirin gue ya. Hahahahha " Guin berusaha terlihat heboh dan centil. Ia sengaja membuat Ira kepanasan sendiri. Guin tahu Ira dan teman-temannya mengincar Gabriel.

"Bye the way, makasih ya El, Lo Udah bantuin gue"

Ia menarik tangan Gabriel, menjabatnya dan membuat gerakan naik turun seolah mereka sahabat karib. Gerakan itu diakhiri dengan tos dengan kepalan tangan keduanya.

"Kalo dulu Lo enggak bantuin pasti sekarang gue udah tinggal nama."

"Ngawur, Kaisar nggak bakal biarin orang yang dia sayang lecet sedikitpun. Meski gue enggak tahu siapa Lo sebenarnya, tapi gue yakin Kaisar pasti sayang banget sama Lo. Buktinya hari ini Lo dianterin pake si Blaze." Gabriel menaikturunkan alisnya menggoda Guin.

"Blaze siapa lagi bapak?" Apa ia katakan saja bahwa Kaisar adalah kakaknya? Tapi ibunya sudah mewanti-wanti agar mereka tidak terlalu mencolok di publik. Belum saatnya.

The Minister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang