55.AFFECTION

4.5K 370 44
                                    

Tujuan utamaku adalah membahagiakan kamu. Jadi apa kamu sudah bahagia bersamaku?

Airlangga suami Guinina

_______________________________

Guin terdiam sejenak sebelum menjawab. Banyak hal yang ingin ia lakukan setelah lulus kuliah. Ketika melihat senior-seniornya bekerja, merasakan terik matahari membakar kulit mereka untuk tetap bertahan hidup dan mengembangkan diri, ia juga ingin merasakannya. Pengalaman seperti itu pasti menyenangkan karena lumayan menantang.

Namun, terkadang ia juga ingin menghabiskan waktunya untuk liburan bersama Airlangga. Liburan yang benar-benar hanya berdua, melakukan hal-hal receh, menertawakan hal-hal remeh atau piknik kecil-kecilan.

"Gue mau jadi budak korporat habis ini. Gue merasa gue perlu merasakan pengalaman-pengalaman kayak wanita-wanita pada umumnya. Kerja, dimarahin boss, dikejar deadline. Gue ingin merasakan itu juga, tapi kalau inget suami, gue jadi bingung sendiri"

"Emang boleh sama pak Airlangga kalau lo kerja? "
Gabriel justru berpikir kalau Airlangga hanya akan menyuruh istrinya liburan sepuasnya, atau kalau Guin ingin shopping sepuasnya, Airlangga pasti akan lebih senang.

"Ya itu masalahnya. Boleh banget, malah mas Airlangga bilang kalau gue boleh melakukan apa aja yang gue mau. Pengalaman apapun yang mau gue rasain asal nggak berbahaya boleh gue ambil. Termasuk kerja." Guin memasukkan handphonenya ke dalam tas sebelum melanjutkan. "Yang penting gue masih berada di radar yang sama, langit yang sama dan waktu yang sama sama dia"

"Menurut gue sih, gue sebagai cowok ya. Gue bakal mastiin istri gue bahagia secara keseluruhan. Kalau dia ingin belajar mandiri, ingin kerja atau mencari pengalaman, gue setuju aja selama itu membuat dia seneng. Tapi sebenarnya, gue bakal jauh lebih seneng kalau istri gue nanti lebih memperhatikan keberlangsungan hubungan kami.  Gue ingin membuat momen sebanyak-banyaknya bersama pasangan gue nantinya. Kita enggak pernah tahu kapan semua ini berakhir, jadi selagi ada, jagalah sebaik-baiknya."Gabriel memberikan gambaran. Ia tidak ingin Guin menyia-nyiakan waktunya yang berharga itu.

Sebelum Guin sempat menanggapi, ponselnya berdering nyaring.

"Halo mas.."

"...... "

"Oh. Okey. Siap, aku pamit dulu ke mereka berdua". Guin menyeruput cappucino ditangannya sampai habis lalu berpamitan dengan kedua sahabatnya.

" Guys, suami gue udah di depan. Gue duluan ya. Makasih el traktirannya "

"Oke," Gabriel mengangguk maklum.

Guin memperhatikan sekitar sambil mencari-cari dimana Airlangga. Banyak mobil yang sedang parkir di depan hanya untuk take away menu-menu di resto ini. Begitu netranya mengenali Airlangga, Guin berjalan kearahnya dengan perasaan bahagia.

Ketika jarak mereka semakin dekat, dia menyadari kalau Airlangga tidak pernah kehilangan cahayanya. Bahkan dengan gurat lelah, suaminya itu tetap paling memukau.

Guin merasakan getaran rasa haru di dadanya. Melihat suaminya tersenyum sambil merentangkan tangan ke arahnya membuat dirinya tersadar kalau Airlangga selalu ingin membuatnya bahagia, suaminya itu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk dirinya.

Apapun yang membuat dirinya aman dan nyaman, Airlangga pasti selalu mengupayakan. Lantas sekarang apa ia harus menuruti egonya sebagai wanita muda yang ingin berkarier? atau dia harus mengalah dan memprioritaskan Airlangga. Demi kelangsungan hubungan mereka.

Guin memeluk Airlangga erat-erat membuat suaminya terheran-heran.

"Ada apa? Penelitian kamu direvisi banyak? Atau ada hal lain yang membuat kamu sedih? " Airlangga menepuk-nepuk punggung Guin, menenangkan.

"Pulang yuk mas, aku lagi ingin meluk kamu sampai puas" Ia melepas tangannya lalu naik di samping kursi kemudi.

"Aku masih memiliki rapat setelah ini. Tapi aku janji nanti malam akan pulang lebih cepat. Kamu istirahat saja kalau lelah. Nanti aku bawakan terang bulan favoritmu" Airlangga merangkul Guin lalu mengecup kepalanya. "Sabar dulu ya, sayang"

Mendapatkan perhatian seperti itu mau tak mau justru membuat hati Guin menghangat.

"Kalau kamu perhatian banget begini, aku jadi terharu. Aku merasa sangat beruntung dan bersyukur bisa dipertemukan dengan kamu mas"

"Kamu seneng? "

"Banget" Guin menghapus air mata di sudut matanya. Hatinya membuncah merasakan haru bahagia.

Ketika tiba di rumah, Guin melihat mobil ibunya terparkir di depan rumahnya.

"Wah, ada mommy mas. Aku masuk dulu ya"

"Iya sayang" Airlangga mencium pipi Guin sebelum beranjak pergi.

"Mommy.. Wah, lagi masak apa mom?" Guin menghampiri ibunya di dapur berharap ada yang bisa dia bantu.

"Pasta, mommy lagi kangen daddy." Guin bersitatap dengan ibunya sesaat, ia menggenggam jemari Jennifer, menyalurkan ketenangan.

"Mom, aku yakin daddy juga sangat menginginkan mommy menetap bersama daddy. Aku tahu, mommy disini karena ingin melihatku setiap harinya. Setelah sekian lama kita akhirnya dipertemukan, aku tahu mommy ingin menebus waktu-waktu yang telah lalu bersamaku." Guin mengambil piring, membantu ibunya memindahkan pasta dari wajan.
"Aku juga ingin selalu dekat dengan mommy dan daddy. Tapi aku juga ingin selalu berada di samping mas Airlangga."

"Kamu benar sayang. Kita berdua terjebak bersama mereka. Kamu yang tidak bisa jauh dari Airlangga sama dengan mom yang tidak bisa jauh dari Alexander."

"Kalau gitu jalan tengahnya akan aku diskusikan dengan mas Airlangga mom. Maksudku, mungkin saja setelah purna tugas, mas air mau kembali ke Austria. "

"Kamu selesaikan dulu studimu, sayang. Airlangga bisa menunggu" Guin mengangguk mantap.

Sepeninggal ibunya, Guin menghabiskan waktu dengan membaca beberapa referensi untuk penelitiannya. Hari sudah gelap dan di luar sedang hujan  deras. Guin khawatir karena suaminya belum kembali.

"Aku pulang" Mendengar suara Airlangga, buru-buru Guin beranjak untuk menghampiri suaminya.

"Maaf sayang, tadi antriannya panjang banget. Ini terang bulan kesukaan kamu. Rasa coklat, kismis, keju. Aku beli martabak juga sekalian"

"Makasih sayang" Guin berbinar. Ia mengecup pipi Airlangga lalu  mengambil makanan tersebut dan menaruhnya di piring.

"Aku buatin wedang jahe mas, diminum dulu ya biar badan kamu hangat."

"Kayaknya aku mandi dulu deh, nggak nyaman. Tunggu sebentar ya"

Beberapa menit kemudian, Airlangga bergabung dengan Guin di ruang TV. Ia memeluk istrinya erat dibalas pelukan lebih erat oleh Guin.

"Tadi katanya mau peluk erat-erat" Airlangga menepuk-nepuk punggung kecil Guin. "Hari minggu kita jogging bareng yuk Guin. Kamu perlu olahraga supaya tetap fit"

"Siap boss"

"Sekarang cerita, kamu kenapa?hmm"

"Tadi mommy kesini" Guin Menggenggam jemari Airlangga"mommy lagi kangen daddy. Nanti kalau kita udah tua, jangan jauh-jauh dari aku ya mas. Aku mungkin nggak bisa sekuat mommy yang sanggup berjauhan dengan daddy."

"Aku akan berusaha selalu di dekat kamu Guin. Mau dengar pendapatku?" Guin mengangguk.

_______________

Part ini khusus buat pecinta Airlangga..

Vote dan komentarnya reader kesayanganku🥰

Dostali jste se na konec publikovaných kapitol.

⏰ Poslední aktualizace: Mar 06 ⏰

Přidej si tento příběh do své knihovny, abys byl/a informován/a o nových kapitolách!

The Minister is MineKde žijí příběhy. Začni objevovat