48. FAT ISSUE

5.2K 463 51
                                    

Untuk menunjang sumber daya proposal skripsinya, Guin memerlukan beberapa buku sebagai referensi. Ia sadar, buku-buku miliknya sangat terbatas, bahkan beberapa ia dapat dari Kakak kelasnya yang sudah lulus.

"Apa buku ini bisa membantu?" Airlangga menyerahkan 5 buah buku tebal yang semuanya berbahasa inggris. Dari judulnya saja, Guin sudah menebak buku-buku ini cukup berat untuk dipahami. Ia membuka sebuah buku mengenai metabolit sekunder.

"Isinya seputar biokimia"Airlangga memberitahu.

Guin menyandarkan kepalanya dibahu Airlangga, ia membuka lembar demi lembar buku yang ia pegang.
"Terlalu sulit, standar skripsi seharusnya nggak serumit ini."komentarnya sambil menutup buku.

Ia menjauh dari Airlangga untuk menjangkau sebuah buku yang lebih tipis dari sebelumnya. Membuka lagi lembar demi lembar buku. Kali ini tentang tanaman kedelai.

"Tentang apa?" Airlangga ikut melihat buku itu, ia merengkuh Guin lalu ikut membaca. Untuk beberapa waktu keduanya hanya terdiam, lalu sebuah lampu terang bersinar di atas kepala Guin. Keduanya pun saling berpandangan seolah memiliki pikiran yang sama.

"Kamu yakin, yang. Mau budidaya kedelai?" Airlangga memeluk Guin dari belakang. Harusnya pertanyaan itu ditanyakan dengan nada tegas penuh keyakinan, namun Airlangga justru mengutarakannya dengan nada manja sambil mengendusi rambut Guin. Wangi.

"Belum mas, ini makanya aku nyari referensi." Guin melanjutkan membaca buku itu sampai selesai.  Ketika ia menoleh, Airlangga telah tertidur lelap dengan posisi meringkuk. Astaga, saking konsentrasinya, ia melupakan suaminya.

"Bangun mas, pindah yuk" Guin menepuk-nepuk pelan pipi Airlangga yang hanya dibalas dengan gumaman. Wajah suaminya tampak lelah, kacamata baca yang sedari tadi bertengger juga telah berpindah tempat. Guin memindai tubuh Airlangga, Ia berpikir bagaimana memindahkan tubuh jangkung suaminya. Tubuhnya yang ringkih tidak akan bisa memapah Airlangga yang sebesar jerapah.

"Mas," Guin menepuk-nepuk kuat perut Airlangga. Semoga cara ini berhasil, gumamnya."Mas!! kamu gendutan deh kayaknya. " teriaknya di depan wajah Airlangga.

Dan dengan begitu Airlangga langsung bangun, ia mendudukkan tubuhnya dan berjalan sendiri menuju kamar. Guin hanya menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, buru-buru ia menyusul Airlangga sebelum pintu tertutup sepenuhnya.

_____________________

"Apa menunya tidak sesuai selera anda pak?" Abimana menatap bingung Airlangga yang nampak tidak berselera makan hari ini. Padahal mereka telah melakukan 3 kunjungan di 2 provinsi berbeda, harusnya lambung boss nya ini merespon dengan rasa lapar.

"Ya, ganti saja dengan salad buah dan jus alpukat." Abimana mengangguk, ia kemudian keluar untuk mengganti menu dengan cepat. Setelah mendapatkan pesanannya, Abimana kembali ke ruangan Airlangga.

"Pukul setengah 2 nanti akan diadakan rapat untuk evaluasi capaian tribulan kedua pak." Ucapnya sambil menyerahkan sekotak besar salad buah di meja Airlangga dan satu bungkus nasi Padang untuk dirinya. Memang setiap makan siang, mereka akan makan bersama. Selain karena Airlangga sudah mengenal Abimana bertahun-tahun, juga karena hal ini bisa menghemat waktu mereka.

Sesekali Airlangga melirik nasi Padang dengan lauk ikan goreng milik Abimana. Hatinya ingin namun egonya menolak keras. Alarm tanda bahaya di otaknya seakan berbunyi
lantang, menolak untuk makan nasi dan ikan. Abimana yang menyadari lirikan Airlangga mendongak, ia berniat menawari Airlangga.

"Mau saya belikan nasi Padang juga pak? Hari ini bapak masih memiliki satu kunjungan setelah rapat nanti. "

"Tidak, terlalu banyak kalori tidak baik untuk tubuh. Pesankan saja salad buah lagi nanti."

The Minister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang