22. Celine

9.9K 872 11
                                    

Kedatangan sosok Celine malam ini membuat Guin agak minder. Wanita itu memang benar-benar sempurna secara visual, kesan bright and beauty rasanya kurang mewakili. Celine datang dengan kemeja biru muda dan celana jeans hitam, membuatnya nampak seperti remaja.

"please don't take it personal Guin. Airlangga was my best friend. It was normal for us walking around together. I mean I already have a boyfriend." Ucapnya ketika makan malam bersama. Ada juga Kaisar dan seorang bodyguard yang ikut berbaur bersama.

Airlangga hanya mesam-mesem. Lalu ijin mengangkat telpon entah kemana. Diikuti oleh Kaisar bersama bodyguardnya.

"Thanks, Celine" Guin meminum orange juicenya perlahan. Entah kenapa ia merasa gundah padahal sosok Celine sangat ramah dan bisa membawa diri. Guin menatap Celine lekat untuk meyakinkan diri.

Semua baik-baik saja. Lambat laun Guin merasa nyaman mengobrol dengan Celine.

"Yes. No one can deny that he is very annoying. But, I don't know why Kaisar looks care with you. The things he never did with other girls "Celine terlihat tidak begitu menyukai Kaisar, wajar kakaknya memang menyebalkan.

"Hahahaha, that's non sense. He is my husband's friend" Guin tentu tidak serta merta membicarakan hubunganya dengan Kaisar. Ia harus waspada agar Alexander Rhodes tidak mencium jejaknya.

Untuk sesaat Ia menangkap guratan sinis dari Celine, namun segera terganti dengan senyuman. Celine mengalihkan pandangan lalu mengangkat gelas anggurnya. Ketika selesai meminum dengan sengaja ia menjatuhkan sebagian minumannya ke baju Guin.

" Ah, sorry Guin. Let me help you" Celine merasa bersalah, buru-buru ia berdiri menghampiri kursi Guin untuk membantu.

"It's ok Celine, give me some minutes to handle this" noda anggur ini benar-benar kentara di blouse hijau mudanya. Guin berdiri dari kursi untuk ke toilet.

Saat berjalan keluar toilet, tiba-tiba ada seseorang yang mendorongnya hingga tersungkur. Belum cukup parah, pelaku juga menampar kepala Guin. Ia ingin berdiri namun sesuatu menyergapnya hingga kegelapan menyelimuti.

______________________________________________

Guin terbangun ketika inderanya mencium bau busuk, ia membuka matanya dan mendapati ruangan asing yang kotor dan ada beberapa potong tulang yang tergeletak sembarangan.
Tempat itu remang-remang dan pengap, seperti sebuah gudang. Ia sendiri dalam kondisi kaki dan tangan terikat serta mulut yang dilakban. Kepalanya terasa pusing, tangan kanannya juga agak terkilir karena tersungkur. Dadanya bergemuruh, ia merasa tidak memiliki masalah. Lantas mengapa ia disekap seperti ini.

Bagaimana ia bisa keluar dari sini? Siapa yang menyekapnya?

Di tempat lain, Airlangga bersama Celine dan Kaisar sedang berusaha mencari keberadaan Guin. Airlangga menyuruh Celine agar tenang, wanita itu sedari tadi hanya diam namun meneteskan airmata, ia ikut bersedih atas hilangnya Guin.

"Celine, you'd better go home. I'll take this" Celine mengangguk lalu berlalu dari restoran itu.

"Is that your Dad?Kai" Kaisar menggeleng. Ia yakin Alexander tidak mungkin melakukan ini. Ayahnya sedang disibukkan dengan megaproyek pembuatan energi green hydrogen yang sangat menguras tenaga dan pikiran. Alexander bahkan tidak tahu jika Jennifer berada di Indonesia.

"Kamu khawatirlah seperti biasa, jangan berlebihan dan jangan sampai hal ini tercium oleh publik. Berikan aku ponselnya" Airlangga memberikan ponsel Guin kepada Kaisar.

"Gabriel, come" Kaisar menelpon seseorang sambil mengarahkan Airlangga untuk mengikutinya ke ruang CCTV.

Ia harus mengetahui jejak terakhir adiknya.

Gabriel datang dengan penampilan serba hitam, ia mendekati Kaisar.

"Boss"

Kaisar memberi isyarat Gabriel untuk mendekat, sambil tetap memperhatikan layar monitor. Obrolan Guin dan Celine sepintas tidak ada yang aneh, namun Kaisar melihat kejanggalan. Di menit ke 26 ia bisa melihat Guin masuk ke toilet, setelah Guin keluar toilet keanehan terjadi. Seseorang mendorongnya lalu menampar kepalanya hingga tersungkur. Airlangga yang melihat itu menahan geram.

"Sialan" ia menendang kursi disampingnya.

Gabriel cukup terkejut mengetahui bahwa yang diculik adalah Guin, teman barunya.

Setelah mendapat beberapa petunjuk, Kaisar meluncur untuk mencari keberadaan Guin.

Hari sudah malam ketika ia memasuki sebuah kawasan liar. Ia sudah mengatur strategi dengan Airlangga. Begitu tempat itu digrebek tidak ada tanda-tanda Guin ada disana. Kaisar tidak menyerah, begitu pula Airlangga. Gabriel di dalam mobil masih mencoba melacak keberadaan Guin.

"Ketemu," Gabriel merasa lebih tenang ketika menemukan titik koordinat dimana Guin berada" tapi Guin sudah tidak berada di Indonesia. Dia.. dia berada di Singapura" lanjutnya parau.

Airlangga merosot ke tanah sambil meremas dadanya.

"Abimana, atur jadwalku selama seminggu kedepan. Aku mengambil cuti. Guin belum ditemukan." Kaisar menepuk pundak Airlangga. "Trust me, She is ok" ucapnya menenangkan.

"Gabriel, tolong urus ijin perkuliahan Guin sampai dia bisa ditemukan. Kamu boleh kembali" Gabriel mengangguk, ia sebenarnya masih ingin membantu namun sepertinya masalah ini lebih rumit dari yang ia duga. Juga sosok Guin ternyata bukan wanita sembarangan, sampai-sampai menteri pertahanan seperti Airlangga sangat terpukul kehilangan wanita itu.

Siapa sebenarnya Guin? Sampai-sampai seorang Kaisar Rhodes harus turun tangan.

"Airlangga, kita harus kembali. Aku akan mengirim beberapa orangku disana." Mereka berlalu meninggalkan tempat itu dengan tangan kosong.

______________________________________________

Pencarian Guin semakin diperluas. Jennifer langsung terbang ke Singapore dini hari. Sementara Kaisar dan Airlangga menyusul setelah mendapatkan beberapa petunjuk baru. Penculik ini sangat rapi, Kaisar sampai sulit untuk mendeteksi keberadaan adiknya. Namun dengan bantuan Ibrahim, ia bisa sedikit mengetahui keberadaan Guin.

Ada satu tikus kecil yang harus dia ringkus. Celine. Entah kenapa ia lengah dan percaya begitu saja kepada wanita mengerikan itu.

"Apa dad bersamamu Ibra?" Kaisar bertanya pelan.

"Yes. We're still here. Banyak yang harus ditangani. Dad bahkan melewatkan makan siangnya." Ucap Ibra diseberang sana.

"Dia harus tahu bahwa Guin adalah putri kandungnya, ini adalah waktu yang tepat. Aku tidak tahu apa Guin bisa ditemukan dalam keadaan baik-baik saja atau tidak." Kaisar memberitahu.

_____________________________________________

Sumpah ini agak susah buat dapetin feel-nya. .. yeah ...lanjut lagi .

The Minister is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang