1

225K 6.9K 91
                                    

Ini adalah cerita baru aku dengan genre dewasa. Semoga kalian suka ya. Ceritanya ringan kok bisa jadi pelepas lelah dan penat. Nggak harus mikir keras. Selamat menikmati kisah mereka.

************

Ginela Heera nyaris lupa caranya bernapas saat membuka mata, dia melihat wajah bosnya. Bagaimana ini bisa terjadi? Kepala Ginela masih terasa berat. Terakhir dia ingat, dia minum terlalu banyak karena patah hati.

Ginela tidak mau berpikir lagi, dia ingin segera pergi sebelum bosnya membuka mata. Dia perlahan bangun dan memunguti pakaiannya. Dia berbenah tanpa melihat cermin dan langsung keluar kamar.

Dadanya terasa lega saat dia bisa merebahkan punggungnya di kursi taksi. Dia mencari-cari karet rambut di tas tapi tak bisa menemukan. Dia berteriak saat melihat pantulan wajahnya di cermin.

"Kenapa Kak?" Supir taksi pun sempat terlonjak kaget.

Ginela merasa dunianya runtuh saat melihat wajahnya yang berantakan serta tanda merah di lehernya. Kenapa aku bisa sebodoh ini? Keluar hotel tanpa memastikan tampilannya dahulu.

"Kak, nggak pa-pa, 'kan?" ulang supir taksi yang khawatir dengan keadaan Ginela yang terus berteriak dan menjedotkan kepala ke jendela.

"Nggak pa-pa, Pak," jawab Ginela dengan nada putus asa.

Nasi sudah menjadi bubur. Kali ini, dia hanya bisa berharap semoga bosnya tidak mengenalinya di kantor. Dia menyesal sudah minum alkohol terlalu banyak. Dia pun jadi mengingat orang yang mengajaknya semalam. Segera dia menghubungi teman laknatnya.

"Halo," sapa suara di seberang sana dengan sangat manis.

"Hei, di mana lo?" Ginela berteriak sampai supir taksi kembali kaget.

"Gimana pagi lo, Sayang? Apa partner lo hebat?"

"Lo emang cari mati! Hei, bagaimana bisa lo ninggalin gue sama bos gue?"

"Hah?"

"Hah heh hah heh. Di mana lo? Kita butuh ketemu!"

"Sekarang gue masih... lo tahu 'kan? See you."

Ginela mengumpat keras saat teleponnya diputus sepihak. Lagi-lagi telinga supir taksi yang jadi korban.

Ginela masih ketakutan. Bagaimana jika bosnya mengenalinya? Dia mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.

"Kak, sudah sampai."

"Oh, iya, Pak, makasih." Ginela menyerahkan uang dan menutupi wajahnya dengan syal. Dia tidak mau lebih banyak lagi yang melihat wajah berantakannya.

Ginela merebahkan badannya di sofa panjang setelah membersihkan diri dan membuat teh panas untuk relaksasi. Meski sudah mandi di bawah pancuran shower cukup lama dan meminum setengah gelas teh panas, dia masih gelisah. Mengingat wajah tampan bosnya yang selalu dielu-ekukan para karyawan wanita di depan wajahnya, Ginela ingin terjun dari balkon rasanya. Dia benar-benar tidak mengingat apapun selain bangun dengan bosnya. Itu membuatnya frustasi.

Baru kali ini dia mengalami hal begini. Biasanya dia bangun dengan perasaan bahagia lalu say goodbye dengan partner ONS-nya dan tidak akan ada pertemuan lagi. Itu prinsipnya. Tapi sekarang?

Ginela takut jika hanya dia yang tidak mengingat lalu bosnya mengingat wajahnya. Dia tidak akan punya muka lagi. Haruskah dia memakai topeng tiap ke kantor?

Seingatnya semalam dia bersama Nara, tidak ada laki-laki. Karena dia memang hanya berniat-bersenang-senang tanpa melakukan hal lain lalu pulang. Tidak seperti sebelum-sebelumnya yang mencari kehangatan di malam Minggu. Tapi kenapa semua ini terjadi? Patah hatinya membawa petaka. Padahal hanya karena kehilangan kesempatan memenangkan undian liburan ke Maldives. Dia menyesal karena terlalu berlebihan menanggapi patah hatinya. Pasti orang-orang akan menertawakannya. Sungguh bodoh!

One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang