18

48.7K 3.2K 53
                                    


Seminggu di Maldives masih belum puas meski sudah mencoba diving hingga terbang dengan parasailing. Tiada hari tanpa kegiatan seru dan indah yang Ginela dan Alaric lalui. Saatnya kembali ke dunia nyata, bekerja, dan memutar otak untuk kelangsungan hidup.

Mereka pulang ke apartemen sebelum lusa kembali bekerja. Ginela langsung merebahkan diri di kasur setelah mandi tanpa berniat membongkar koper. Dia sudah tidak punya daya, lelah setelah liburan panjang.

"Ternyata liburan terlalu lama juga menguras tenaga." Ginela merentangkan tangan menatap langit-langit. "Biasanya libur 3 hari saja sudah banyak telepon masuk menanyakan ini itu. Tapi ternyata liburan lama tanpa ada yang mengganggu juga cukup melelahkan."

"Tapi kamu senang 'kan?" Alaric ikut berbaring di samping Ginela yang menggeser badan.

"Tentu saja. Siapa yang nggak happy habis pulang liburan?"

Ginela melirik ke arah Alaric karena cukup lama diam tidak ada sahutan lagi. Ginela menggerutu saat melihat Alaric sudah terpejam.

"Bisa-bisanya tidur begitu saja? Menyebalkan!" gerutu Ginela dalam hati.

"Tidurlah. Kamu pasti lelah." Alaric memeluk Ginela dengan mata masih terpejam. Dia tidak ingin membuat istrinya kelelahan apalagi mereka baru saja sampai. Masih ada besok hari Minggu untuk bersenang-senang.

"Ya...."

Malam Minggu yang menyedihkan. Apalagi dia tidak bisa tidur juga meski badan terasa lelah. Aroma Alaric yang baru saja mandi membuatnya semakin sulit tidur. Tapi pria itu sudah terlelap sampai ke bulan. Penyiksaan!

****

Baru saja bersenang-senang, suasana hati Ginela sudah rusak oleh penampakan Rolan pagi ini di kantor. Untuk apa pria itu ada di kantornya? Dia benci berada pada situasi saat ini apalagi tidak ada Alaric. Suami barunya itu hanya mengantarnya lalu pergi meeting di luar.

"Hai, Gin."

Ginela tidak menanggapi, dia justru melewati Rolan begitu saja. Dia berdoa dalam hati bertemu seseorang yang dia kenal jadi dia bisa terhindar dari bayangan mantan.

"Gin, tunggu."

Ginela tetap mengabaikan Rolan. Sampai Rolan meraih bahunya barulah dia menoleh.

"Ada apa ya?" Ginela menepis tangan Rolan dengan menggerakan bahunya.

"Bisa bicara sebentar?"

"Pagi, Pak," sapa Dini yang sudah tahu tentang Rolan yang sudah berada di kantor selama seminggu sebagai kepala tenaga profesional.

"Pagi."

Ginela merasa sangat tertolong dengan kehadiran Dini.

"Kak Gin." Dini menghampiri dan bergelayut di lengan Ginela.

"Nempel-nempel, ada maunya 'kan lo?"

Dini nyengir. "Gimana Kak liburan bareng Pak Bos?" bisik Dini.

"Rahasia."

"Ah, Kak Gin. Gue penasaran."

"Ginela."

Ginela dan Dini menoleh bersamaan. Rolan masih saja berusaha mengajak Ginela bicara.

"Iya, Pak."

"Bisakah kita bicara sebentar?"

Ginela mengangguk meski sebenarnya enggan. Harusnya kisah hidupnya jadi indah bukan kembali ke masa lalu seperti ini. Ingin sekali dia menendang Rolan saat ini.

One Night StandWhere stories live. Discover now