15

58.7K 3.6K 115
                                    

Pengalaman baru berjalan kaki di sekitar apartemen. Tidak ada pemandangan menarik hanya ada kendaraan yang berlalu-lalang dan lampu-lampu. Tapi hal itu bukan masalah, Ginela hanya ingin keluar dan berpikir. Meski akhirnya dia hanya berjalan dan berdebar karena genggaman tangan Alaric. Otaknya tidak mampu berpikir apapun saat ini.

"Kita mau ke mana?"

Ginela kebingungan. Ke mana? Dia sendiri tidak punya tujuan. Matanya melihat cafe di ujung blok. Dia pun menunjuk cafe itu, Rasa Kopi.

"Sudah pernah ke sana?"

"Belum. Kita coba, mau?"

"Asal bersamamu."

Ginela refleks menyikut perut Alaric dan membuang muka.

"Saya pandai merayu 'kan?"

"Ya, saya nggak percaya kamu nggak punya pacar."

"Saya memang nggak pernah punya pacar tapi bukan berarti saya nggak pernah dekat dengan wanita. Saya masih normal."

Seketika suasana hati Ginela berubah. "Oh, pamer ceritanya? Dasar playboy."

"Bukan, bukan. Saya cuma takut kamu berpikir saya nggak normal seperti mama saya."

Apanya yang nggak normal? Ginela menggerutu. Jelas-jelas Alaric paling bisa membuatnya melayang-layang. Banyak alasan! pikir Ginela.

"Gin."

"Hm..."

"Jangan marah dong."

"Buat apa saya marah. Laki-laki di mana aja sama saja." Ginela melepas genggaman tangan Alaric dan masuk duluan ke dalam kafe.

"Gin, tunggu." Alaric mengacak rambutnya, menyesal sudah asal bicara. Padahal maksud dia hanya ingin Ginela menganggapnya pria keren seperti partner ONS wanita itu. Dia tidak mau dianggap cupu.

Alaric mengejar Ginela yang sudah di depan kasir akan memesan kopi.

"Kakak mau pesan apa?" tanya waitress bernama Mila.

"Kopi rasa Masa Depan," jawab Ginela.

"Lalu kakaknya?"

"Kopi rasa Masa Lalu buat dia," jawab Ginela dengan mimik wajah kesal.

"Baik. Ada lagi?"

"Saya hot kopi Masa Depan aja nggak suka masa lalu apalagi kalau nggak sama istri saya, Mba."

"Ok."  Mila mengulum senyum. "Ada lagi?"

"Sudah, itu aja."

"Makanannya?"

"Nggak usah mba, saya udah kenyang sama bualan suami saya." Kali ini Ginela yang menjawab dengan cepat sebelum Alaric bicara. Dia langsung mencari tempat duduk.

Alaric senang bukan main disebut sebagai suami di depan umum. Ginela memang tidak terduga.

"Semua tujuh puluh ribu rupiah."

"Tambah ini, cocho lava." Alaric menunjuk cake coklat. Dia berharap bisa meredam kemarahan Ginela.

"Semuanya seratus lima ribu rupiah."

One Night StandWhere stories live. Discover now