17

51.8K 3.3K 63
                                    

Ginela menatap cermin yang memantulkan dirinya seraya mendengarkan omelan Nara yang tiada henti. Marah karena Ginela baru memberitahu sahabatnya di hari H.

"Sudah belum? Gendang telinga gue bisa pecah." Ginela menutup telinganya karena suara Nara yang memekikkan telinga.

"Lo bener-bener bikin gue naik darah. Gue nggak tahu lagi mau ngomong apa."

"Yaiyalah, orang lo udah ngoceh daritadi. Apalagi yang mau lo omongin."

"Untung aja lo mau nikah bentar lagi, kalau nggak, lo udah gue bejek-bejek. Gue sayang sama make up lo."

"Temen gue emang beda. Tahu aja make up mahal."

"Sinting lo!" Nara menoyor kepala Ginela.

"Makasih ya lo mau dateng."

"Jelas gue dateng. Gue nggak mau lo nggak punya tamu undangan."

"Sialan." Kali ini Ginela yang menarik rambut Nara yang tergerai.

Nara lalu memeluk Ginela dari belakang. Matanya berkaca-kaca. "Lo harus bahagia!"

"Pasti."

"Kalau suami lo bikin lo sedih, lo harus kasih tahu gue. Lo tahu 'kan gue lebih kejam dari emak tiri?"

Mereka saling berpelukan menahan air mata. "Udah-udah ayo siap-siap. Kalau kita berdua terus gini yang ada kita bikin banjir ruangan. Jangan sampai make up lo rusak."

"Make up mahal nggak akan luntur 'kan?"

"Serah lo seseneng lo aja," seru Nara lalu mereka tertawa bersama.

Acara pernikahan sangat cepat dan hanya ada beberapa orang terdekat saja. Tidak ada resepsi hanya ada makan bersama keluarga. Ginela bersyukur Alaric selalu menjaganya dari pertanyaan keluarga yang menyudutkannya. Meski Ginela menyadari tatapan mereka padanya tapi dia berusaha tidak peduli.

"Jangan pernah berpikir kamu berbeda. Sekarang kamu istri saya." Alaric menepuk punggung tangan Ginela yang dingin.

"Bolehkah saya sombong?"

"Tentu saja."

"Tapi saya juga nggak tahu harus sombong pada siapa."

"Pada mantanmu mungkin."

"Ck." Ginela mencubit pelan Alaric.

"Apa Rolan itu mantanmu?"

"Harus banget membahasnya di pernikahan kita yang baru hitungan jam? Jangan memancing masalah," gumam Ginela yang tidak mau orang di sekitar mendengar ucapannya.

Alaric tertawa sumbang, dia sedikit kesal. Tebakannya benar soal Rolan. Dia harus mencari tahu daripada mati penasaran. Andai dia tahu Rolan adalah mantan Ginela. Dia pasti sudah menolak untuk kerjasama meski itu tidak profesional.

Bagaimana bisa dia menang bersaing dengan mantan sementara Ginela saja belum memberikan hati padanya? Bencana besar.

"Gin..."

Ginela menoleh pada suara yang bisa merusak gendang telinganya. Nara.

"Gue pinjem istri lo bentar, ya?"

"Silakan."

"Thank you."

Nara menarik Ginela sedikit menjauh.

"Ada apa?"

"Pokoknya kalau ada yang nyakitin lo, lo harus lapor sama gue. Gue nggak suka sama orang kaya yang belagu sok berkuasa."

"Lo lagi ngomongin diri lo sendiri?"

"Ih, kalau gue beda! Gue kaya dari sebelum dibikin jadi bebas." cerocos Nara dengan gayanya.

One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang